Setetes Air Mata Ibu
Suara lembut paginya membangunkan aku dari alam bawah sadarku.
Tangannya yang lembut menggenggam tanganku.
Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan itu.
Namun..
Apakah aku pantas mendapatkan kasih itu kembali ?
Dengan perkataanku yang membentak,
Dengan perilakuku yang membangkang,
Dengan pemaksaan yang selalu aku teterkan kepadanya,
Dengan buruk aku berbohong,
Dengan dosa besar aku menghujat ibu dari belakang, bila dia menasihatiku.
Apakah aku pantas mendapatkan senyuman di pagi hari ? Darinya ?
Apakah aku pantas mendapat tangan lembutnya di kepalaku ? Lagi ?
Penyesalan memang selalu datang diakhir.
Ketika ibu sudah meneteskan air matanya untuk kita,
Ketika ibu meneteskan matanya karena kecewa,
Karena sedih, Karena merasa gagal, Karena menahan emosinya..
Karena kita.
Rasanya seperti melihat diriku sendiri masuk kedalam lubang tak berdasar melihat ibu menangis tidak lain karena kecewa padaku.
Tangannya yang sabar membelaiku saat aku sakit, Matanya yang sakit menahan kantuk untuk menungguku mengantuk, Badannya yang pegal mengejar - ngejar aku saat tidak mau pulang, Mulutnya yang lelah menasihati kepala batuku.
Lalu dia menangis,
Di sudut ruangan,
Karena aku.
Sepucuk surat yang isinya merobek - robek hatinya karena tahu anaknya tidak berkelakuan baik di tempat anaknya menimba ilmu.
Bukan sang anak yang ia sesalkan.
Namun dirinya !
Ibu menyalahkan apa yang terjadi pada anaknya adalah kegagalan baginya.
Ibu membiarkan kita memiliki apa yang kita mau.
Ibu membiarkan kita memakai apa yang sepantasnya dipakai, namun kita membangkang.
Dan ibu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada anaknya.
Ini adalah hantaman keras bagiku ! Setetes air yang keluar dari matanya terasa seperti lautan yang menerpa habis tubuhku sampai mati.
Saat tersadar apa yang sedari dulu aku lakukan padanya, akupun menangis.
Bisa apa ku membalas dirinya ?
Bisa apa ku membahagiakannya ?
Apa yang sudah kuberikan padanya selama ini ?
Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan diatas.
Namun akhirnya,
Ibu, maafkan aku yang telah mengecewakanmu. Berhentilah menangis karena aku, maafkan aku maafkan aku maafkan aku. Aku buta dan tuli akan semua nasihatmu, aku memang anak yang nakal bu. Namun aku akan berubah. Aku tidak akan membuat air mata itu jatuh lagi matamu itu. Maafkan aku bu.
Ibu menggeleng,
Tidak nak, kau bukanlah anak nakal. Kau tidak pernah menjadi anak yang nakal di mata ibu. Apapun yang terjadi, bahkan jika kau ingin melupakan diriku, aku akan selalu menganggapmu anak yang terbaik. Ibu percaya suatu saat kau akan menjejakan dirimu di tangga yang paling atas. Dan ibu akan tetap di bawah. Namun ibu tak akan berhenti mendoakan yang terbaik untukmu. Sudahlah nak, jangan menangis. Ibu bangga padamu. Ibu bangga padamu karena berani mengakui kesalahan, dan berani meminta maaf dan berubah. Cukup nak, ibu bahagia.
Apa yang paling bahagia sesudah itu ?
My Beloved Mom :)
Good Blog Nada,. Visit Back ya >> http://esbepe-sbp.blogspot.com
BalasHapusWaahh makasih :) ini baru bikin :D
BalasHapusAku follow ya :))))