Clovis Calvert
“Kematian
Professor Keyton”
Chapter I, Clove.
Minggu, 9
Mei 2010. London gelap berduka atas kepergian Prof. James Harris Keyton,
Seorang jenius fisikawan dan guru besar di Universitas Cambrigde. Sangat banyak
karya – karyanya serta penemuan yang telah beliau hasilkan untuk London dan
Dunia. Berbagai ucapan berduka cita datang dari berbagai penjuru dunia. Beliau
meninggalkan putri tunggalnya, Evelyn Aldercy Keyton. Istri beliau telah
meninggal sebelum beliau karena kecelakaan. Kini, London dan Dunia akan sejenak
hening karena keperginnya dan akan selalu mengenang karya seorang pelopor
sejati ilmuan besar Prof. James Harris Keyton.
Daily London 9 Mei 2010
9 Mei
2010, 01.47 .
Korban
tergeletak dikamarnya tepat disamping tempat tidurnya yang tidak tersentuh.
Tangan kanannya berada di bawah tempat tidur dan tangan kirinya menjulur dengan
jari tengah yang menyentuh jari jempolnya. Tidak ada bau asam pada mulutnya,
hanya ada luka tusukan pada jantungnya serta goresan berbentuk “Z” pada
dahinya.
“Benar
sekali detektif, kami menemukan surat ini di bawah tempat tidur.” Ucap Aston,
polisi setempat yang sudah lama kukenal saat aku meragap sisi pinggir bawah
kasur.
“Terima
kasih” Saat kuterima sepucuk kertas itu.
“Kematian
yang mengenaskan untuk seseorang seperti dia” Gumam Alvin di sebelahku.
“Hmm..”
Aku tidak ingin mengomentari
“Apa
itu ?” Dia melihat sepucuk kertas yang kupegang
“Sebuah
kertas” Kataku
“Bahkan
lalat pun tahu itu adalah kertas” Alvin jengkel
“Sebuah
petunjuk” Ucapku datar
“Untuk
siapa ?” Tanyanya
“Kau
menemukannya, namun bukan di tempat kau menemukannya. Sama seperti aku
menggunakannya, dan kau mungkin akan terjebak. Berhati – hatilah J, jangan
biarkan sampai jatuh pada tangan yang Salah.”
“Untukku.”
Clove
“Untukmu
?” Alvin semakin heran.
“Kita
harus kembali” Kataku seraya meninggalkan Alvin dengan cepat.
“Terserah
saja” Dia berbalik melihat sebentar kearah ruangan lalu mengikutiku.
04.35
Clove
tidak berhenti memandangi kertas kecil itu. Matanya hampir tidak berkedip
menunjukan otaknya yang sedang berpikir keras tentang sesuatu.
“Hey
Clove” Panggil Alvin pelan. Namun ia tidak menjawab
“Clove
!” Panggilnya lagi.
“Ah..
Ada apa ?” Seakan Clove baru tersadar dari bayang – bayang imajinasinya.
“Apa
isi surat tersebut ? mengapa kau yakin itu ditujukan untukmu ?” Selidik Alvin.
“
Berhati – hatilah J. Jelas ini
ditujukan padaku.” Jawab Clove.
“
J ?” Alvin tak mengerti.
“Jenius,
Junior. Professor menanggilku J di sekolah. Itu panggilan khususnya padaku. Dan
dia juga pernah meninggalkan sebuah tugas dengan dominasi J pada soal yang
ditujukan padaku. Lalu dia senang saat aku berhasil mengerjakannya.”
Pandanggannya lurus tak berarti.
“Mengapa
ia memberikannya padamu ?” Alvin banyak Tanya.
“Dia
ingin aku mengerjakan tugasnya lagi.” Clove.
“Kasus
baru hah ?” Alvin.
“Tentu.”
10 Mei
2010, 08.09 .
Alvin
berjalan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Pagi ini ia
terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak sama sekali.
“Uwaah
!” Alvin kaget melihat Clove yang masih duduk di tempat dan posisi yang sama
dari malam kemarin.
“Aku
berhasil.” Ujar clove tiba – tiba.
“Kau
tidak tidur ?” Alvin tahu jawabannya.
“Otakku
tidak mengizinkannya” Celoteh Clove.
“Kau
mungkin bisa menaruh barang pada kantung matamu Clove.” Ejek Alvin yang melihat
iba kantung mata Clove yang berlapis – lapis seperti sarapan yang ia santap
sekarang.
“Percepat
sarapanmu, kita harus kembali ke kediaman Professor.” Perintah Clove.
“Apalagi
Clove ?” Bantah Alvin kesal.
Tanpa
berkata apapun Clove menyerahkan beberapa kertas dengan tulisan yang tidak
mengenakan untuk dilihat Alvin.
Kediaman
Professor Keyton, 09.15 .
Rumah
ini tidak terlihat rapih dan nyaman seperti biasanya. Buku – buku berjatuhan
dari lemari, sofa yang habis dikoyakkan oleh benda tajam, pintu – pintu lemari
yang tergeletak sangat terlihat lemari – lemari tersebut dibuka dengan paksa.
Alvin mengeriyitkan dahinya melihat Clove mengeluarkan ekspresi dari wajanya.
Sudah lama Alvin tidak melihat Clove menyerupai manusia. Namun kali ini beda,
wajah Clove menunjukan kecurigaan teramat sangat.
“Ada
apa Clove ?” Tanya Alvin.
“Aku
tidak senang melihat sofa itu terkoyak” Matanya mengarah pada sofa merah tua
besar di ruang baca.
“Kenapa
?” Tanya Alvin lagi.
“Kau menemukannya, namun bukan di tempat kau
menemukannya. Dia bermaksud mengatakan kepadaku bahwa aku telah menemukan
petunjuk pertama di bawah tempat tidurnya. Sama
seperti aku menggunakannya,Ini adalah teka – teki yang sangat sulit
kupecahkan, namun aku berhasil. Kalimat kedua bermaksud bahwa aku harus mencari
tempat dimana iya menggunakan sesuatu namun bukan pada tempatnya dan kau mungkin akan terjebak. Berhati –
hatilah J. Kalimat ini bermaksud agar aku tidak terkena jebakan yang ia
buat untuk orang selain aku.” Jelas Clove.
“Jadi
dia memperumit ini semua karena dia tahu hanya kau yang bisa mengerti. Lalu
dimana tempatnya ia melakukan sesuatu namun bukan pada tempatnnya ?” Tanya
Alvin.
“Kau menemukannya, Aston mengatakan surat
ini ditemukan di bawak tempat tidur. bukan
di tempat kau menemukannya, Namun sebenarnya Professor tidak pernah
menggunakan tempat tidurnya lagi semenjak ia pindah ke rumah ini, lebih
tepatnya saat istrinya meninggal. Sama
seperti aku menggunakannya, sama seperti yang aku jelaskan. Ia menyimpan
petunjuknya di tempat ia tidur namun bukan di kasur.” Clove
“Lalu
dimana ?” Tanya Alvin tak sabar.
“Sofa
merah itu. Ia menghabiskan waktu tidurnya di ruang baca, seringnya ia tertidur
saat membaca. Jadi kemungkinan besar petunjuk kedua ada disana.” Lalu Clove
manghampiri Sofa itu. Ia meraba – raba seluruh permukaan pada sofa yang sudah
hancur dikoyakkan.
Namun
keberuntungan sedang berada di pihak Clove, si penghancur rumah tidak teliti
sehingga ia tidak menemukan petunjuk kedua itu.
“Got
it !” Ujar Clove sambil cepat – cepat membuka kertas tersebut.
“Apa
pesannya ?” Tanya Alvin.
“Kode”
Jawab Clove lurus.
“Ah
lagi – lagi” Ulas Alvin malas.
“Hmm….
Isi kode ini mengatakan ambil penelitian rahasiaku di bawah Big Ben.” Clove
“Kalau
begitu langsung saja kita kesana !” Ungkap Alvin bersemangat.
“Lebih
baik kita ke rumah dahulu untuk menyimpan ini lalu pergi menuju Big Ben” Kata
Clove seraya pergi dengan muka datarnya.
Alvin
mengikutinya dengan perasaan herannya akan sikap Clove. Alvin tahu Clove
merencanakan sesuatu.
Pulang
10.43
“Apa
yang kau rencanakan Clove ?” Tanya Alvin yang sedari tadi menahan pertanyaan
tersebut.
“Saat
di rumah Professor kita tidak berdua. Seseorang bersembunyi di balik lemari
buku yang sangat besar itu” Jawab Clove
“Bagaimana
kau mengetahuinya ?” Alvin penasaran.
“Saat
aku memerhatikan sudut mati di ruangan baca itu dengan seksama, hanya ada satu
objek yang bergerak 0,3 milimeter dari tempatnya. Saat itu aku sadar kita
ditemani oleh sang penghancur rumah yang belum sempat kabur saat kita masuk
kedalam rumah Professor.”
“Kau
bisa memerhatikan sudut mati ?” Setelah hampir setengah hidupnya mengenal
Clove, Alvin baru tahu tentang hal ini.
“Kau
juga bisa, hanya harus butuh konsentrasi yang sangat tinggi.” Ujar Clove
“Pantas
pandanganmu sering sekali berdiam pada satu objek namun mulutmu berbicara.
Ternyata kau sedang memerhatikan sudut mati.” Kata Alvin
“Aku
tidak menyangka kau baru menyadarinya sekarang” Kata Clove masih dengan
pandangannya yang kosong.
Alvin
tidak menjawab, ia terus melanjutkan perhatiannya pada jalanan. Beberapa kali
mobil sedan hitamnya menerbangkan daun – daun kering dari sisi jalan. Musim
panas ini Clove tidak bisa menghabiskan waktunya dengan Professor Keyton yang
sudah seperti orang tuanya sendiri. Hidup tanpa keluarga sedari kecil, Clove
diasuh oleh keluarga besar Calvert dengan bakatnya yang luar biasa untuk
berfikir dan mempekirakan apapun. Kini umurnya yang masih belia, 16 tahun ia
adalah satu – satunya remaja perempuan muda yang telah dikenal hampir seantero
kepolisian Inggris lebih dari Emma Watson karena pemikirannya yang dapat
memecahkan kasus besar. Keluarga Calvert menitipkan Clove pada keluarga Egerton
tepatnya Clove sekarang tinggal dengan Calvin Egerton, atau Alvin yang
merupakan anak sulung dari keluarga Egerton. Awalnya Clove tidak mengerti
mengapa ia dititipkan kepada keluarga Egerton, namun setelah penyelidikan yang
ia lakukan sendirian, akhirnya ia mengetahui bahwa Ibu angkatnya Caroline
Calvert dan Ayah angkatnya Edwin Calvert telah mati dibunuh oleh seseorang yang
Clove tidak pernah ceritakan pada siapapun. Jika Alvin bertanya tentang
keluarganya, Clove hanya menjawab “Aku lebih baik menyimpan semua ini sampai
tubuhku tak bernyawa”. Ada banyak sifat aneh dari Clove yang hanya dimengerti
Alvin.
Chapter II, Penjebakan
11.30
“Apa yang
kita lakukan disini Clove ?” Tanya Alvin kesal karena kebingungan oleh perilaku
Clove.
“Menunggu”
Jawab Clove tanpa mengalihkan pandangannya dari jam besar Big Ben ikon kota
London.
“Cukup
Clove, jelaskan maksudmu padaku” Perintah Alvin
“Aku
menipu si penghancur rumah, sebenarnya tidak ada apa – apa di bawah menara Big
Ben. Aku sengaja mengatakan sangat jelas bahwa penelitian rahasia Professor ada
disana hanya untuk melihat si penghancur rumah itu. Jadi tugas kita hanya menunggu.”
Jelas Clove datar.
“Tapi
! Apakah harus ditempat seperti ini ?!” Kata Alvin kesal karena baju bermerek
yang baru dibelinya basah oleh keringatnya sendiri.
“Kau
bisa menggunakan topiku.” Tawar Clove yang melepaskan topinya dan memakaikannya
ke kekepala Alvin.
“No,
wanita lebih membutuhkannya” Alvin mengembalikan topinya kepada si pemilik.
“Itu
dia!” Clove meninggalkan Alvin dengan cepatnya sehingga topinya jatuh ke tanah.
“Ah dia itu..” Alvin
mengejarnya.
Clove dan Alvin berhenti berlari
dan berjalan pelan kearah seorang pria tinggi berambut cokelat yang kelihatan
lelah mencari – cari sesuatu. Pria itu mondar – mandir mengelilingi menara Big
Ben. Tak salah lagi ialah si penghancur rumah. Pikir Alvin.
“Bukan, buakn pria itu Alvin”
Ucap Clove tiba – tiba.
“Maksudmu ?” Alvin terkejut.
“Pria berambut cokelat itu
sedang mencari dompetnya yang hilang, orang yang ku maksud adalah, dia.” Mata
Clove menunjukan pandangannya kepada seorang perempuan remaja seumurannya yang
berpakaian terlalu mencolok dan sangat terlihat sedang mencari – cari sesuatu
di bawah menara Big Ben.
“Evelyn ? Evelyn Adercy Keyton
?” Clove mengabaikan seruan Alvin dan berjalan cepat menghampiri Evelyn.
“Tidakkah kau mendengarku
sebentar saja ?” Alvin menghalangi Clove.
“Aku belum terlalu yakin tentang
Evelyn, namun aku harus memastikannya lebih dekat lagi. Nah sekarang awas”
Clove menabrak paksa tubuh Alvin yang kekar.
“Clove !” Alvin mengejarnya.
Tanpa basa – basi Clove
mendatangi Evelyn tanpa ekspresi apapun pada wajahnya yang mampu membuat siapa
saja bingung dan mungkin ketakutan. Lalu Clove mengambil benda seperti sedotan
dari sakunya dan meniup benda itu kearah Evelyn yang menjerit kecil karena
lehernya tertancap benda kecil yang menyakitkan.
“Clove ! apa yang kau lakukan
?!” Bentak Alvin seraya menahan badan Evelyn yang jatuh lemas.
“Cepat bawa dia kerumah !”
teriak Clove tanpa ada ekspresi.
“Bagaimana bisa kau.. Ahh..!”
Alvin segera menggendong Evelyn di punggungnya untuk menghindari kerumunan
orang yang curiga, lalu ia segera berjalan dengan cepat menuju sedan hitamnya
diikuti dengan Clove yang berjalan santai dibelakangnya.
13.14
Alvin meletakan badan Evelyn
dengan susah payah di sofa. Wajahnya memerah karena kepanasan sekaligus kesal.
Clove meletakan tas kecilnya dan berjalan menuju Alvin yang membara.
“Maafkan aku” Clove memegang
kedua pipi Alvin dan ia tersenyum namun masih dengan mata yang kosong. Lalu ia
melepaskan tangannya.
“Kau mengeluarkan jurus ampuhmu”
Kata Alvin yang sudah tidak bisa berbuat apa – apa walau dirinya sangat kesal
pada Clove.
“Hey nona.. Bangun” Dia
menggerakan sebagian tubuh Evelyn dengan jari telunjuknya.
“Dia tidak akan bangun Clove.
Kau membiusnya, ingat ?” Jelas Alvin
“Aku pernah dibius dengan bius
yang sama dengan yang aku berikan padanya, namun aku masih sadar dan hanya
lemas tidak bisa bergerak. Tak kusangka dia akan tumbang seperti ini.” Sanggah
Clove.
Alvin hanya bisa menepuk
keningnnya mendengar ocehan Clove yang sangat kurang ajar namun masuk akal.
Alvin tidak tahu harus berbuat apa kepada Clove. Sebenarnya Alvin sangat
menyayangi Clove seperti adiknya sendiri sehingga kerap kali ia menahan
emosinya agar tidak menyakiti perasaan Clove. Namun sepengetahuan Alvin, Clove
seperti manusia tanpa perasaan. Pernah saat Alvin tertabrak gerobak super
market dan kakinya mengeluarkan darah seperti keran air, Clove hanya
memandangnya dingin dan berjalan pelan kearah kasir dan mengatakan “Tolong
bantuannya, di bagian makanan ringan ada seorang laki – laki tertabrak
keranjang berjalan.” Tentu sang kasir tidak percaya karena wajahnya yang datar
dan perkataannya tentang keranjang berjalan yang tidak dimengerti. Namun
akhirnya Alvin tetap selamat walau 30% darahnya keluar dari tubuhnya.
19.12
“Dimana aku ?” Ucap Evelyn yang
memegangi kepalanya yang pusing.
“Halo” Sapa Clove.
“Waa.!!” Teriak Evelyn kaget
melihat gadis tanpa ekspresi yang tadi membiusnya.
“Alvin bawakan segelas air
mineral untuk Evelyn !” Teriak Clove pada Alvin yang sedang memasak di dapur.
“Apakah dia sudah sadar ?” Balas
teriakkan Alvin dari dapur namun Clove enggan menjawabnya.
“Dimana aku ? Siapa kau ?
Mengapa aku disini ? Apakah kau menculikku ? Mengapa kepalaku pusing sekali ?”
Tanya Evelyn.
“Dirumahku. Clove. Kau pingsan.
Tidak. Kau baru saja terbius.” Jawab Clove
“Apa ? apa kau bilang ?” Kata
Evelyn yang kebingungan mencerna jawaban dari Clove.
“Kau bertanya. Aku menjawab.”
Ujar Clove.
“Abaikan dia nona Keyton, kau
pingsan karena terbius lalu kami membawamu kesini untuk suatu keperluan. Ini
minumlah agar menghilangkan pusingmu.” Kata Alvin sambil menjulurkan segelas
air mineral kepada Evelyn.
“Terima kasih” Jawab Evelyn yang
langsung meneguk airnya sampai habis.
“Maafkan atas kelakuan adikku
yang sembarangan nona. Saya Calvin Egeton panggil saja Alvin.” Kata Alvin
seraya menjulurkan tangannya
“Aku Clovis Calvert.” Singkir
Clove dari tangan Alvin. Lalu Clove dan Evelyn berjabat tangan.
“Aku Evelyn, Evelyn Aldercy
Keyton panggil saja Eve.” Balas Eve.
“Halo Eve. Sebelumnya aku turut
berduka cita atas Prof.Keyton. Dan juga maksud aku membawamu kemari untuk
menanyakanmu sesuatu.” Jelas Clove.
“Langsung saja Clovis.” Ujar Eve
tak ramah.
“Apa yang kau cari dirumah
ayahmu ? mengapa kau memporak porandakan kediaman ayahmu ?” Tanya Clove serius.
“Mengapa kau menuduhku
melakukannya ?” Tanya Eve sinis.
“Kau mengunakan parfum yang sama
saat bersembunyi di balik lemari dan saat di menara Big Ben.” Jawab Clove.
“Hah ?”
“Katakan apa yang kau cari ?”
Tanya Clove
“Aku tidak mencari apapun” Eve
meyakinkan Clove.
“Bicaralah. Kami ada dipihakmu.”
Alvin membantu.
“Aku tidak mencari apapun.”
Ungkap Eve.
Clove hanya duduk dan menggigit
kukunya dengan gemas. Ia tahu sejak bercakap dengan Eve, Eve bukanlah orang
yang ramah. Ia membuktikannya dengan Eve yang langsung memanggilnya Clovis
tidak dengan nona atau semacamnya. Clove juga tahu, bahkan Alvin juga tahu
bahwa Evelyn berbohong tentang ‘tidak melakukan apapun’ jelas dari jawabannya
itu Eve tahu bahwa rumah Prof.Keyton sudah hancur berantakan. Dan juga sikapnya
yang langsung meyakinkan bahwa ia tidak melakukan apapun tanpa ada penekanan
dari pihak Clove dan Alvin.
“Aku akan membiusnya lagi.” Ujar
Clove yang segera mengeluarkan alat pembiusnya. Lalu tanpa ragu ia melepaskan
biusnya kearah Eve.
“Ehhh?!” Eve kaget.
“Apa yang kau lakukan Clove ?!”
Alvin berusaha melindungi Eve, dan benar saja malah lengan Alvin yang tertancap
benda kecil menggelikan itu. Seketika itupun Alvin ambruk ke lantai.
Clove hanya memandang lurus Eve.
“Kau membuat Alvin mati Eve.”
Tukas Clove yang sekarang memegang kepala Alvin.
“A… Apa ? Tidak mungkin.
Bagaimana bisa kau membunuh kakakmu dengan mudahnya ?” Eve Syok.
“Seharusnya kau mengganti
kalimatmu menjadi bagaimana bisa kau membunuhku dengan mudahnya. Karena
targetku bukan Alvin. Oohh… Alvin yang malang, habislah hidupmu melindungi
pembohong..” Kata Clove datar.
“Hah ? bagaimana bisa kau dengan
mudahnya mengatakan hal itu !” Bentak Eve. Clove memandang Eve terdiam.
“Ini kesempatan terakhirmu. Kau
telah membuatku kesal karena membuatku membunuh kakakku sendiri. Sekarang
katakan, apa yang kau cari di dirumah ayahmu ?” Desak Clove.
“Baiklah ! Tapi kau harus
berjanji untuk tidak membunuhku !” Ucap Eve.
“Deal” Clove.
“Aku mencari sebuah barang,
Kunci ! aku mencari sebuah kunci laboratorium ayahku.” Ujar Eve.
“Untuk apa kau mencari kunci itu
?” Tanya Clove yang sudah mulai tenang dengan duduk manis di depan sofa Eve.
“Aku ingin mengambil sebuah
vaksin. Entah vaksin apa aku tidak mengerti tentang itu, namun yang pasti
vaksin itu adalah vaksin untuk melindungi tubuh dari penyakit yang sedang
tersebar di Vietnam.” Jelas Eve.
Clove duduk terdiam memandangi
perapian yang menyala – nyala. Pikirannya mengatakan hal lain. Mengapa semudah
ini ia mendapatkan apa yang ia cari ? sedangkan petunjuk kedua saja belum ia
mengerti ? Alvin adalah seorang ilmuan. Dulu. Dia mungkin bisa membantu jika ia
sadar. Segera Clove bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Eve
dan Alvin di ruang perapian.
“Dimana Alvin meletakkan benda
itu ?” Clove berusaha mencari penawar bius yang ia suntikan pada tubuh Alvin.
Clove tidak mungkin membunuhnya.
Clove menelusuri semua sudut
rumah dan akhirnya menemukan penawar itu.
“Hey ! apa yang kau lakukan!”
Tanya Eve yang kaget melihat Clove datang dan langsung menusukan Alvin dengan
jarum suntik yang lumayan besar.
“Aku memberikannya nyawa” Jawab
Clove datar.
Eve hanya melongo melihat
seorang wanita remaja yang sadis seperti Clove. Ia tidak tahu harus mengatakan
apa. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
“Uhukk!!” Alvin terbatuk.
“Alvin” Clove memeluk Alvin
tanpa ekspresi. Dan segera melepaskannya lagi.
“Jangan bilang kau memberikannya
padaku.” Curiga Alvin.
“I Already did it” Kata Clove
polos.
“Oh tidak Cloveeee!!!” Kata
Alvin ambruk.
“Jangan marah padaku” Clove
mengarahkan pandangannya pada Eve.
“Ah.., maafkan aku Alvin.” Iya
turun dari sofa dan memegang tangan Alvin.
“Tidak Evelyn, kau tidak salah.”
Bela Alvin dengan tatapan tajam kearah mata polos Clove.
“Evelyn” Panggil Clove.
“Apa ?” Jawab Eve.
“Apa nama vaksin yang kau
ceritakan tadi ?” Tanya Clove.
“CC-10” Jawab Eve.
Lagi – lagi Clove terdiam dan
kembali memandang perapian dengan pandangan tak berartinya. Ia masih belum
mendapatkan jalan untuk pikirannya pada keterkaitan masalah ini dengan kematian
Professor Keyton. Get out get out geat
out of my head..Ringtone sebuah ponsel yang bukan berasal dari ponsel milik
Clove atau Alvin berbunyi menyanyikan lagu One Direction. Segera Eve
mengangkatnya.
“Halo ?” Angkat Eve lalu ia
terdiam sebentar.
“APA ?! DANIEL RADCLIFFE DATANG
KE SEKOLAH ? KAU TIDAK BERBOHONG KAN !” Teriak Eve pada si penelepon yang
sontak mengalihkan Alvin dan Clove untuk memerhatikan sikap gadis labil ini.
“Please, bisakah salah satu dari
kalian mengantarkanku kesekolah ? aku mohon.. aku tahu ini tidak wajar namun
ada sesuatu yang penting disana !!” Mohon Eve dengan mata birunya yang menjadi
mata kucing.
“Hmm….” Clove berfikir sangat
lama sambil menggsek gesek dagunya.
“Aku akan mengantarnya” Kata
Alvin seraya berdiri dan pergi mencari kunci mobil.
“Tapi efek dari penawar itu…”
Teriak Clove.
“Tak apa, aku tidak akan mati
dengan rasa demam yang kualami.” Jawab Alvin.
Chapter
III, Evelyn
Sekolah Eve, 21.43
“Evelyn !” Teriak seorang wanita
dari kejauhan.
“Sam !” Jawab Eve yang langsung
memeluk wanita yang diketahui bernama Sam itu.
“Hey apa benar yang kau bilang
itu ! dimana dia sekarang ?” Desak Eve pada Sam.
“Apa kau percaya ? sekarang ia
sedang menunggu seseorang di depan ruang musik ! kita harap saja agar dia tidak
menunggu Emily !” Tukas Sam dengan nada suara yang naik turun.
“Aku akan menembaknya jika benar
itu terjadi !” Teriak Eve.
“Kau tidak akan melakukan itu
kan ? itu melanggar hukum.” Kata Alvin tiba – tiba.
“Hei siapa ini Eve ? Aaaa…
Apakah dia pacarmu ?” Ujar Sam.
“Eehh?” Alvin bingung.
“Wow kau sangat hebat Eve !
kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau sudah mempunyai pacar ? dasar kau
jahat” Hardik Sam pada Eve yang kesal sekaligus kagum melihat Alvin.
“Dia bukan pacarku Sam” Sangkal
Eve.
“Ya kami tidak ada hubungan
apapun.” Tambah Alvin.
“Aaaahh… Kalau begitu kau masih
single ?” Tanya Sam pada Alvin.
“Ya. Tentu.” Jawab Alvin.
“Kalau begitu kau jadi pacarku
saja yah !” Sontak Sam membuat Alvin kaget setemgah mati. Baru kali ini dia
berkecimpung di dunia percintaan.
“Eeehh ?” Ucap Alvin.
“Hey apa yang kau lakukan,
lepaskan tanganmu !” Paksa Eve melepaskan tangan Sam dari lengan Alvin.
“Kau cemburu yah…” Sam
memicingkan matanya.
“Apa – apaan sih kamu ?” Delek
Eve.
“Kalau begitu katakan apa
hubunganmu dengannya ?!” Paksa Sam.
“Teman.” Ucap Eve.
“Ahh matamu mengatakan
kejujuran” Akhirnya Sam menyerah.
“Alvin, terima kasih atas
tumpangannya. Maaf temanku berlebihan” Kata Eve.
“Tidak, sama sekali tidak
masalah Eve.” Jawab Alvin manis.
“Kalau begitu aku akan pergi”
Ujar Eve.
“Baiklah.” Alvin mengangguk
Lalu kedua gadis itupun perlahan
pergi, Alvin masih terdiam di posisinya memerhatikan Eve yang mulai berhimpit
dengan gadis lainnya. Ia memprediksi bahwa Eve akan pingsan lagi malam ini jika
ia pergi saat itu juga.
“Itu.. Itu !! Itu Daniel !!!!”
Teriak para kerumunan anak perempuan dari kejauhan yang berusaha menyerbu aktor
tampan itu. Namun tidak dengan Eve, ia terdiam. Memegangi dadanya, lalu jatuh
ketanah.
“Eve ! Evelyn !” Teriak beberapa
perempuan berusaha menyadarkan Eve.
“Eve.. Bangun Eve” Suara Alvin
yang membuat semua perempuan terdiam menatap kagum pria itu.
“Aaaaa….” Suara – suara
perempuan remaja yang kagum melihat Alvin.
“Sam, siapa itu ?” Tanya seorang
perempuan pada Sam.
“Dia pacarnya Eve.” Jawab Sam.
“Hah ?! tampan sekali !”
Perempuan itu kaget.
“Wahh dia menggendongnya !”
Teriak salah seorang perempuan dalam kerumunan.
Rumah Sakit, 11 Mei 2010. 00.01
Eve perlahan mengedipkan matanya
yang sayu. Ia masih merasakan jantungnya yang sakit dan kepalanya yang pusing
setengah mati. Dari kejauhan terlihat sesosok laki – laki tinggi yang tak asing
baginya. Itu Alvin.
“Uhh.. Dimana aku ?” Tanya Eve
kepada siapapun yang mendengarnya.
“Perkataan yang sama setiap kau
sadar dari pingsanmu.” Jawab Alvin.
“Alvin ? mengapa bajumu penuh
darah ?” Tanya Eve kaget.
“Kau pingsan di kerumunan saat
Daniel datang bersama wanita berambut cokelat. Dan kau mimisan saat kubawa kau
ke mobil.” Alvin.
“Ah.. Lagi – lagi aku membuatmu
susah maafkan aku Alvin !” Pinta Eve dengan sangat.
“Tak apa, lagipula sudah lama
hidupku berjalan seperti itu – itu saja. Aku cukup senang atas apa yang tejadi
saat ini.” Alvin tersenyum.
“Eh ? apakah aku berada rumah
sakit ?” Tanya Eve.
“Ya. Oh, tadi temanmu sempat
menunggumu disini namun kuantar pulang karena terlalu malam.” Ulas Alvin.
“Sam ? ah pasti akan terjadi
wabah gossip disekolah” Eve menepuk kepalanya sendiri.
“Sudah kukira. Apakah kau bisa
menanganinya ? Jika tidak aku akan membantumu.” Ujar Alvin yang membuat Eve
jantungnya sakit lagi.
“A..A..Ahh… Tidak tidak ! kau
tidak usah melakukan apapun, ini semua karena aku juga. Tidak apa – apa.”
Sangkal Eve.
“Baiklah kalau begitu.. Apa kau
membutuhkan sesuatu ? mau susu hangat ? aku akan membelikannya keluar” Kata
Alvin yang gelagatnya gugup.
“O.. Oke boleh” Eve.
Alvin keluar dari ruangan itu
berjalan dengan pikiran kosong. Melewati dinding – dinding pucat rumah sakit
yang sunyi, seperti hatinya sekarang yang blank karena perasaan yang ia sendiri
tak mengerti. Melihat Evelyn tidak seperti melihat Clove. Rasanya aneh, padahal
baru beberapa jam bersama Eve. Muncul suatu pikiran di benak Alvin namun ia
menyangkalnya.
Symphoni Beethoven terdengar
memantul dari sudut ruangan ke sudut ruangan, ponsel Alvin berbunyi dan tidak
lain Clove lah yang menelepon.
“Alvin” Ujar Clove.
“Clove” Balas Alvin.
“Dimana kau sekarang ?” Tanya
Clove.
“Aku tahu aku terlalu malam,
namun aku bisa jelaskan semuanya. Jadi saat aku..” Belum selesai Alvin bicara,
“Apakah kau sedang bersama Eve
?” Potong Clove.
“Tadinya, namun sekarang aku
sedang keluar untuk..”
“Kembali padanya ! Cepat bawa ia
kemari !” Teriak Clove di ponsel.
“Ada apa ?!” Alvin syok.
Tut..Tut..Tut..Tut..
Alvin
segera berlari menuju ruangan Eve. Tak henti – hentinya ia berfikir apa yang
sedang terjadi, tiba – tiba hidupnya menjadi seasik ini.
“Eve !” Teriak Alvin saat
membuka pintu ruangan itu. Namun Eve tidak disana lagi. Ia sadar ia terlambat.
02.00
“Bagaimana bisa kesempatan itu
hilang keseperkian detik darimu Alvin?” Kata Clove kesal. Walaupun itu tidak
tampak diwajahnya namun Alvin mengetahuinya.
“Maafkan aku Clove. Aku tidak
mengerti dengan apa yang terjadi.” Ulas Alvin lemas.
“Ini bukan salahmu Alvin, ini
salahku. Aku terlambat membaca petunjuk kedua dari Professor.” Bela Clove.
“Kau sudah mengerti tentang isi
petunjuk tersebut ?” Tanya Alvin.
“Ya. Ingin ku jelaskan ?” Tawar
Clove.
“Tentu.” Terima Alvin.
“Pada petunjuk kedua yang kita
temukan di rumah professor, petunjuk itu mengatakan,
Selamatkan
dahiku, lalu cepat menuju satu tanganku !
awalnya
aku tak mengerti namun aku tersadar untuk kembali memilah memoriku. Aku melihat
dokumentasi kematian Professor. Pada
dahinya tergores luka berhuruf “Z” dan aku langsung tersadar bahwa Evelyn
menyukai Harry Potter. Saat dia berteriak di telepon harusnya aku tahu. Itu
kesalahan pertamaku. Lalu petunjuk yang mengatakan ‘lalu cepat menuju satu tanganku’ aku melihat jari tangan sebelah
kiri professor berbentuk seperti patung budha yang pernah kulihat.
Pertanyaannya, apakah aku harus berkunjung ke setiap klenteng ? atau apakah aku
harus membaca setaip artikel entang budha ? atau aku harus menjadi orang budha
? namun aku sadar. Eve adalah kuncinya. Professor selalu mengajariku untuk
mengerjakan sesuatu dari awal. Apapun itu.” Jelas Clove panjang lebar.
“Aku benar – benar sangat
menyesal telah meninggalkannya demi sebuah susu.” Ujar Alvin yang menundukan
kepalanya.
“Jatuh cinta adahal hal terumit
yang akan kau alami Alvin” Kata Clove sambil pergi meninggalkan Alvin yang
memandangnya heran.
Chapter
IV, Love
12 Mei 2010,08.09
“You wake up early morning
Alvin” Kata Clove tiba – tiba.
“Kau selalu mengejutkan pagiku
Clove” Ujar Alvin yang sudah tidak kaget lagi melihat Clove tidak berubah
posisi sedari malam.
“Tadi subuh tidak tahu mengapa
bintang – bintang bermunculan lalu menghilang lagi.” Kata Clove.
“Mereka ingin menunjukanmu bahwa
mereka merindukanmu.” Ujar Alvin
“Apa yang ada di benakmu tentang
aku dan bintang ?” Clove menatap Alvin.
“Kau sama berharganya dengan
bintang jika aku memiliki bintang di bumi ini.” Alvin.
“Kau sama berharganya dengan
kakakku jika ia masih hidup sekarang ini.” Clove tak pernah sesungguh ini
mengatakan hal diluar kasusnya.
“Tidurku sangat tidak nyenyak
kemarin malam.” Curhat Alvin.
“Aku dapat melihatnya, rambutnya
3,33333 kali lebih berantakan dari biasanya. Itu menjunjukan pergerakanmu yang
lebih dari biasanya malam tadi. Kau resah, aku tahu itu.” Clove menyandarkan
dagunya di kedua tanggannya yang menyikut di atas meja menghadap Alvin.
“Berhenti menatapku seperti itu
Clove” Alvin memalingkan wajahnya.
“Kau..” Clove memiringkan
wajahnya.
“Tidak Clove ini tidak seperti
yang kau perkirakan.” Alvin berusaha menyangkal.
“Jatuh cinta.” Clove.
“Tidak!” Bantah Alvin.
“Kau baru saja membuktikannya.”
Ucap Clove dengan mata yang kosong.
“Ada apa denganmu” Mata Alvin
memicing kepada Clove dan ia berdiri untuk mengambil sepotong Ice Cream.
“Pagi – pagi menu sarapanmu Ice
Cream. Sepertinya kau ilmuan yang bodoh.” Hardik Clove.
“Kalau begitu buatkanlah aku
omelet.” Perintah Alvin.
“Kau mengejekku ?” Clove menatap
Alvin dengan seksama.
“Ahahaha aku lupa kau tidak
pandai memasak. Eh, tidak bisa. Hahaha ! kepalaku cukup pusing untuk membuatkan
sarapan untukmu maaf ya.” Ujar Alvin.
“Hey katakana kepadaku” Pinta
Clove.
“Apa ?”
“Bagaimana rasanya jatuh cinta
?” Lagi – lagi Clove membuat Alvin bingung.
“Entahlah, kau baru akan
merasakannya jika bertemu pria yang tepat. Namun untukku, cinta dimulai dari
hal – hal yang kecil. Bahkan sangat kecil. Namun tatapan mata atau senyuman
saja sudah cukup membuatmu bahagia dan hidup lebih lama.” Jelas Alvin.
“Cinta bisa memperpanjang umur
?” Tanya Clove.
“Tergantung” Alvin melahap semua
Ice Creamnya.
“POS!” Teriak seorang pria dari luar rumah.
“Dengan nona Colvis ?” Tanya si
tukang pos.
“Bukan, aku anaknya. Ibuku
sedang ada seminar, Ada perlu apa ?” Tanya Clove sok manis.
“Ada paket untuk ibumu.” Jawab
si tukang pos.
“Biar aku yang terima !” Ungkap
Clove semangat lalu menandatangani paket tersebut dengan mudahnya.
“Terimakasih nona” Kata pria
tersebut.
“Sama – sama !” Brukk ! Clove
menutup pintunya dengan cepat dan berlari ke dapur.
“Apa itu ?!” Alvin setengah
kaget dan hampir menyemburkan juice jeruknya kea rah Clove.
“Sebuah petunjuk keberadaan Eve
!” Kata Clove bersemangat.
“Kau belum membukanya” Kata
Alvin heran.
“Pikir saja, kita mempunyai
kotak surat di depan rumah. Mengapa paket ini sebegitu khususnya sehingga harus
aku tanda tangani ? memang tidak ada yang aneh. Namun tukang pos tadi
menggunakan parfum Channel no 5. Apakah tukang pos tersebut mantan CEO ?” Jelas
Clove sambil membuka isi paket yang telah ia sensor dengan sensor bom.
“Tentu saja !” Alvin baru sadar.
“Uhh.. Menarik” Kata Clove
setelah melihat secarik kertas yang penuh dengan angka – angka.
“Jauhkan benda itu dariku” Ejek
Alvin.
19.17
“Dimana kau sembunyikan
vaksinnya !” Bentar seorang pria dihadapan Eve.
“Aku tidak tahu ! Sungguh aku
tidak tahu !” Jawab Eve jujur.
Plakkk
sebuah tamparan keras mendarat di pipi Eve. Eve menangis.
“Untuk apa melindungi vaksin itu
? tidak ada gunanya juga untukmu ?” Kata seorag wanita 30 tahun-nan yang
mendorong kepala Eve dengan telunjuknya sampai kebelakang.
“Aku tidak melindungi apapun,
aku tidak mengerti apapun !” Bentak Eve.
“Mungkin dia berkata jujur bos”
Ungkap salah seorang pria kekar.
“Kau benar, perempuan bodoh ini
tidak tahu apapun tentang vaksin itu.” Kata si wanita menyeramkan itu.
13 Mei 2010, 04.00
“Alvin.. Alvin..” Clove
menggoyangkan badan Alvin yang tertidur di sofa dengan perlahan.
“Clove ! bagaimana apakah kau
berhasil mengerjakannya ?” Alvin memegang tanganku.
Clove
mengganguk.
“Oh syukurlah..” Alvin
menghempaskan badannya kembali ke sofa.
“Cukup sulit, namun aku
berhasil. Akan kujelaskan nanti sekarang kita harus ke Pelabuhan Tilbury.” Ucap
Clove.
“Lalu tunggu apa lagi ayo kita
berangkat !” Sontak Alvin berdiri dengan semangat.
Pelabuhan Tilbury, 06.00
“Which one
?” Tanya Alvin yang melihat beratus – ratus container box di pelabuhan.
“Surat itu berkata, keenam.”
Desis Clove.
“Apa ?” Alvin kebingungan.
“Kita cari setiap sudut blok 6A,
6B, 6C dan seterusnya. Perkiraanku dia ada di blok 6F karena F merupakan
Alfabet ke-6.” Lalu Clove mencari blok 6F.
6A… 6B… 6C… 6D… 6E…
“6F !” Teriak Alvin.
“Alvin aku mohon untuk tidak
membuat gerakan apapun. Tetap diam dibelakangku, aku akan mengamati sudut mati
di sepanjang blok ini.” Ujar Clove.
“Hah ? mana mungkin ?” Tukas
Alvin yang melihat kira – kira 500 meter jarak pandang yang akan Clove amati.
………………………………………………………………………………………………………………………………
Clove menutup matanya perlahan..
Menghirup nafas panjang dan mengumpulkan konsentrasinya dengan penuh lalu iya
membuka matanya dengan cepat. Angin yang berhembus, tikus yang berlari,
segerombol burung berterbangan diatas gerbong 6E12, suara nafas Alvin, decak
air sungai, suara besi yang diangkat, cerobong asap kapal laut, semut yang
berada di ujung kaki Clove
“Ketemu !” Teriak Clove yang
segera berlari sembari mengeluaran sedotan biusnya itu.
“Hei ! tunggu aku !” Alvin baru
menyadari bahwa Clove bisa berlari begitu cepat melebihi dirinya.
Brakkk ! Clove mendobrak paksa
pintu container 6E36. Dengan cepat dan tepat iya menembakan bius dari
sedotannya ke setiap leher pria – pria berotot di container itu terkecuali Evelyn yang terikat. Clove tak menyangka akan
semudah ini baginya.
“Clove awas !” Teriak Alvin.
Lalu seorang pria kekar yang belum terkena efek bius Clove memukul Clove dengan
sangat keras di kaki kirinya.
Wajah Clove sama sekali tidak
menunjukan kesakitan. Hanya beberapa kali dia mengigit bibirnya. Namun pria
tadi cepat lambat terkena efek biusan Clove.
“Itu sakit.” Komentar Clove.
“Clove.. Gerakanmu sangat
cepat”Ungkap Alvin kagum
“Cepat bawa Eve pergi. Aku akan
diam disini sampai si pemimpin datang.” Suruh Clove.
“Hah ? ini tidak seperti rencana
awal. Kita kan sudah bisa menyelamatkan Eve ?” Seruak Alvin tak setuju.
“Ini yang mereka inginkan Alvin.”
Ujar Clove.
“Itu membahayakan Clove ! Mari
pulang denganku !” Ajak Alvin.
“Alvin. Tenang saja aku punya
rencana. Jika aku tidak menemukannya sekarang, mungkin besok dan selanjutnya
akan terus jatuh korban.” Ujar Clove.
Alvin memegang tubuh Eve yang
pingsan dengan keras. Ia tak tahu apakah ia harus tinggal untuk membantu Clove
atau segera menyelamatkan Eve. Di satu sisi ia senang karena baru saja
menyelamatkan Eve, namun hatinya tidak bisa menerima bahwa Clove akan di posisi
berbahaya. Namun Alvin harus berpikir cepat karena tidak banyak waktu yang
tersisa. Mungkin si pemimpin komplotan ini dengan setengah lusin pasukannya
telah berjalan setengah perjalanan kesini. Dan Alvin pun memutuskan, ia menaruh
Eve di tanah dengan pelan.
“Kau harus berjanji kau akan
kembali.” Peluk Alvin pada Clove.
“Kau tak usah khawatirkan itu.
Mereka dari awal sudah merencanakan ini. Aku tahu harus berbuat apa.” Ungkap
Clove menenangkan.
“Apakah aku harus memanggilkan
polisi untukmu ?” Tanya Alvin.
“Hmmm… Suruh Aston saja
menungguku di The Shard besok pukul 00.00.” Perintah Clove.
“Hah ? Ehm.. Baiklah.” Ujar
Alvin.
“Ingat, setelah kau sampai
dirumah untuk sementara jangan dulu pergi keluar rumah sampai aku datang. Eve
juga.” Clove memandang Alvin kosong.
“Baiklah Clove. Jaga dirimu.”
Ujar Calvin, lalu dia pergi dengan tubuh Eve yang tak berdaya.
“Kau menang, kau sudah
memperdayakan perasaan Alvin pada Eve. Apa yang bisa kuperbuat untuk membuat
Alvin tenang ? Sekarang keluarlah.” Kata Clove
“Well.. Kau jeli juga Clovis”
Ujas seorang wanita yang berwajah bengis.
“Aku sudah mengikuti apa yang
kau inginkan. Sekarang katakana apa maumu ?” Tanya Clove.
“CC-10” Kata wanita itu.
“Vaksin itu ? Ahh kau akan
kecewa, aku sama sekali tidak tahu dimana vaksin itu. Bahkan akupun sedang
mencarinya.” Kata Clove sambil menyenderkan punggungnya ke senderan bangku.
“Kau tahu apa akibatnya jika
berbohong ?” Tanya wanita itu.
“Percuma jika kau ingin
membunuhku. Yang ada kesempatanmu mencari vaksin itu akan semakin sempit.”
Clove
“Bagaimana
bisa ?” Wanita itu memincingkan matanya kepada Clove.
Clove
menatapnya kosong.
“Akui saja, aku 34% lebih pintar
darimu. Cepat atau lambat kesempatan untuk menemukan vaksin itu lebih besar
pada pihakku daripada pihakmu. Sekalipun kau membunuhku, Alvin, atau Evelyn.
Kau akan benar – benar kehilangan jejak.” Jelas Clove.
Wanita ini
menapakan muka tidak mengerti.
“Ah begitu saja sudah tidak
mengerti.” Ejek Clove.
Lalu si wanita berwajah bengis
itu memukul kepala Clove sampai tak sadarkan diri.
Chapter V,
Drama
16.31
Melodi – melodi dari tuts piano
terdengar mengerikan. Seperti lagu kematian yang menghampiri Clove. Clove mulai
membuka matanya dan sesegera mungkin membuat dirinya tersadar. Lengannya sakit dan kakinya mulai kehilangan rasa, dia
kaku di kedua kakinya. Saat ia sadar, kondisinya sedang tergantung di atas
pemakaman yang berlubang siap untuk diisi oleh mayat. Clove tersadar bahwa ia
sedang diikat gantung di pemakaman. Kondisinya sangat mengkhawatirkan. Tangan
Clove tidak bisa meraih apapun.
“Kau lumayan kuat Clovis. Aku
pernah menggantung pria sepertimu namun ia sudah mati hanya dalam jangka watu 4
jam.” Ucap seorang pria dari arah belakang.
“Daripada membuang sisa hidupmu
lebih baik kau mengatakan dimana vaksin itu berada.” Ungkap wanita tadi.
Clove sudah benar – benar pucat
dan lemas dengan posisi seperti itu.
“Sudah kukatakan padamu aku
tidak tahu dimana Vaksin itu berada !” Teriak Clove
“Keras kepala, Desiree nyalakan
perekamnya.” Perintah laki – laki itu pada si perempuan bengis bernama Desiree.
Sebelumnya, 15.00
“Uhh..” Eve mendesis kesakitan
yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
“Evelyn ! Syukurlah kau sudah
sadar. Bagaimana jantungmu ? apakah masih terasa sakit ?” Tanya Alvin Khawatir.
“Darimana kau tahu tentang
jantungku ?” Delik Eve.
“Semenjak kejadian di sekolahmu,
pihak rumah sakit memberi tahu semuanya tentang jantungmu. Namun bagaimana sekarang ?” Tanya Alvin
memaksa
“Sudah baikan..” Kata Eve sambil
memegang dadanya.
“Aku sangat menyesal
meningglakanmu waktu itu. Maafkan aku.” Pinta Alvin.
“Ini bukan salahmu Alvin, kau
selalu minta maaf.” Ujar Eve.
“Baiklah.” Alvin.
“Alvin.. Aku ingin menanyakan
sesuatu padamu.” Kata Eve.
“Silahkan” Alvin.
“Apakah Clovis itu benar – benar
adikmu ? Nama belakang kalian berbeda, Clovis Calvert dan kau Calvin Egerton ?
Bahkan wajah kalian tidak mirip sama sekali. Maaf jika aku tidak sopan.” Tanya
Eve.
“Tidak, dia bukan adikku.
Keluarganya menitipkan dia pada keluargaku karena suatu keadaan. Namun sudah
sangat lama aku mengenalnya hingga begitu dekat. Aku menyayanginya lebih dari
apapun. Layaknya adik kandungku sendiri.” Jawab Alvin dengan wajah yang murung.
“Ohh.. begitu.. Kalau boleh
tahu, kemana keluarganya ?” Tanya Eve lagi.
“Clove melarangku
memperbincangkan tentang keluarganya kepada siapapun. Bahakan ia sendiri belum
pernah menceritakan secara rinci tentang keluarganya.” Jawab Alvin.
“Maaf.” Kata Eve.
“Tidak apa – apa. Bila aku
berada di posisimu aku juga akan menanyakan hal yang sama.” Ujar Alvin.
“Dan aku masih penasaran berapa
umur Clovis sebenarnya ?” Tanya Eve.
“16 tahun” Jawab Alvin.
“Hah ? dia lebih muda dariku ?”
Jelas Eve takpercaya.
“Berapa umurmu ?” Tanya Alvin
“17 tahun” Jawab Eve.
“Masa – masa yang indah.” Jawab
Alvin.
“Tidak juga, aku menghabiskan
waktuku hanya untuk menghabiskan uang ayah. Aku sangat sulit bertemu dengannya
saat liburan sekalipun.” Jelas Eve.
“Yeah, Professor sangat sibuk
akan proyeknya ini.” Dalam benak Alvin ia bingung karena Prof Keyton selalu meluangkan
waktunya untuk Clove.
“Emm.. Dimana Clovis bersekolah
?” Tanya Evelyn.
“Dia sudah tidak bersekolah”
jawab Alvin.
“Hah ? mana mungkin ?” Kata Eve
tak percaya.
“Sebenarnya ia telah lulus
sekolah, bahkan sudah kuliah. Namun ia mengatakan ia sudah tau tentang apa yang
dia pelajari di kampusnya dan dia merasa membuang – buang waktunya. Ia lebih
tertarik menyelidiki kasus. Namun bukan berarti dia berhenti belajar, ia tidak
pernah berhenti membaca. Dan dia mempunyai suatu kelebihan pada otaknya.” Jelas
Alvin sambil mengetuk kepalanya dengan telunjuknya.
“Dia sangat pintar bukan” Jelas
Eve.
“Ya, bahkan lebih dariku.” Alvin
tertawa.
“Matanya tidak pernah menampakan
perasaan apapun”Ujar Eve.
“Benar. Dia pernah berkata bahwa
perasaan yang ia miliki masih terpendam dan terkunci oleh pikirannya. Ya
intinya dia tidak terlalu memperdulikan perasaanya sendiri. Dia terlalu
mengabdikan dirinya untuk kasus – kasus yang seharusnya bukan untuknya.” Cerita
Alvin.
“kukira dia pernah mengalami
kejadian yang membuatnya begitu” Eve memutarkan matanya.
“Entahlah.” Alvin.
“Oh ya, dimana Clovis ?” Eve
baru sadar.
“Dia sedang diluar, ada urusan.”
Jawab Alvin bohong.
“Ohh..”
Keheninganpun terjadi. Eve masih
terbaring lemas di tempat tidur. Alvin memandangi rintik hujan dari jendela.
Eve masih mempunyai segudang pertanyaan pada Alvin namun ia menahannya. Eve
bukanlah orang yang terlalu pintar, namun ia tahu bahwa ada sesuatu yang
terjadi pada Alvin. Bahkan siapa saja pun tau dari raut wajah Alvin. Begitupun
Alvin, ia sangat menghawatirkan Clove. Memang bukan kali pertama Clove
melakukan hal berbahaya seperti ini. Namun tetap saja Alvin merasa tidak
nyaman.
Suara telepon berbunyi,
smartphone Alvin mengatakan ada video chat yang menunggu.
“Clove !” Teriak Alvin.
“Ada apa ?” Eve sontak berdiri
menghampiri Alvin.
Video itu hampir menghancurkan
jantungnya. Terlihat Badan Clove yang digantung di atas makam yang baru digali.
Clove terlihat mengenaskan dengan wajahnya yang pucat dan darah yang mengalir
di kepalanya. Yang kebih parah lagi Alvin tidak kuat melihat posisi Clove yang
tergantung seperti ikan.
“Halo Alvin. Apakah kau sudah
melihatnya ?” Ujar seorang pria dalam video.
“Apa yang kau lakukan padanya
?!” Teriak Alvin.
“Dia hanya tetap menutup
mulutnya tentang vaksin itu. Nah, aku ingin bertanya kepadamu. Apakah kau tahu
dimana vaksin itu berada ? Ah pasti jawabannya tidak.” Kata si pria.
“Lepaskan Clove !” Ujar Alvin,
tangannya bergetar hebat.
“Jika aku melepaskannya dia akan
terkubur hidup – hidup. Lihat ini.” Si pria memutarkan cameranya ke sekeliling
pemakaman.
Tali yang mengikat tangan Clove
tersambung dengan dua bak besar berisi tanah yang akan tumpah bila talinya
dipotong. Dengan kata lain, jika ada seseorang yang berusaha menyelamatkan
Clove, ia dan Clove akan terkubur hidup – hidup.
“Apa yang kau inginkan ?!”
Alvin.
“Vaksin itu.” Jawab si pria.
“Aku tidak tahu dimana !” Alvin
mencengkram rambutnya sendiri.
“Uh aku tidak suka jawaban itu.”
Kata si pria lalu wanita bernama Desiree itu memukul Clove dengan tongkat yang
panjang dan menyakitkan.
“Aaaaa!!!” Clove terlihat sangat
kesakitan. Badannya mungkin sudah hancur jika ia terpukul lagi.
“ Hei ! Jangan lakukan itu !”
Alvin geram.
“Anakku terkena penyakit sialan
itu, dan hanya vaksin CC-10 yang dibuat oleh Professor Keyton yang dapat
menyelamatkan anakku. Awalnya aku memintanya dengan baik, namun kesalah pahaman
terjadi. Ia tetap keras kepala menyembunyikannya. Dengan bodohnya ia merelakan
nyawanya demi vaksin itu. Dia tidak sadar bagaimana bahaya yang akan anaknya
terima. Namun apalah arti dari celotehanku ini ? lebih baik aku terus mencari.”
Lalu video itupun mati.
“Hei ! Hei ! Hei !” Alvin jatuh
terduduk di depan pintu kamar. Ia sangat takut dengan apa yang akan terjadi
pada Clove.
Alvin memegang dadanya yang
sakit dan menundukan kepalanya. Tangannya bergetar hebat dan setitik air jatuh
dari matanya.
“Clove maafkan aku..” Kata Alvin
pelan.
“Apa yang terjadi ?” Eve
memegang tangan Alvin.
“Saat kau di sandera, kami
berhasil menyelamatkanmu. Namun Clove menyadari memang kau lah umpan yang
diberikan oleh si penjahat untuk menangkap Clove. Lalu dengan terpaksa ia
menggantikan posisimu agar ia dapat bertemu dengan dalang dari semua ini. Aku
meninggalkannya untuk menyelamatkanmu. Dan ia memaksa ! Aku telah melakukan hal
bodoh !” Kata Alvin setengah menangis.
“Ma.. Maafkan aku.. Maafkan
aku..” Eve menangis.
18.00
“Jadi anakmu terjangkit virus
itu hah ?” Clove membuka mulut.
“Anakku dan istriku. Namun
istriku tidak bisa bertahan melawan virus sialan ini. Namun aku tidak bisa
membiarkan anakku mengikutinya. Ia harus tetap hidup.” Kata pria itu.
“Bagaimana bisa anakmu
terjangkit virus itu ?” Tanya Clove setengah sadar.
“Aaahh… Karena sebentar lagi kau
akan mati, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Beberapa bulan yang lalu aku
bertemu dengan Prof.Keyton untuk menjalin bisnis dengannya. Kami setuju untuk
membuat proyek sains Professor Keyton yaitu obat pengebal tubuh yang pasti akan
laku keras untuk para militer. Namun ditengah perjalanan aku menemukan hal yang
ganjil dengan proyekku ini. Dia tidak terlihat sedang membuat apa yang
direncanakan sebelumnya. Dia terlihat melakukan penelitian, dan memang benar
itu terbukti saat ia ketahuan saat berkunjung ke Vietnam. Ternyata dia ingin
menyelamatkan satu desa yang terjangkit virus mematikan itu. Saat dia
menjelaskan bahwa virus itu akan segera menyebar bahkan mungkin ke seluruh
dunia lalu ia mengabaikan bisnis kami dan beralih mengerjakan proyek itu. Namun
parahnya tidak selembar uang pun kembali kepadaku. Dia mengkorupsiku”
“Tidak mungkin ! dia tidak
mungkin melakukan hal itu !” Teriak Clove memotong.
“Dengar dulu anak muda. Ia
berjanji menggantinya saat proyek kami berhasil. Namun sayang proyek ini sama
sekali ditolak oleh pihak izin obat – obatan karena kandungan yang dapat
membahayakan kondisi si pemakai. Aku sempat bingung mengapa ia dapat salah pada
obat itu ? Namun aku tersadar sebenarnya dari awal ia tidak pernah niat untuk
bekerja sama denganku. Lalu aku meminta uangku kembali. Ia mengembalikan
semuanya kepadaku. Lalu masalah selesai. Namun masalah baru muncul, aku lupa
bahwa istri dan anakku sedang berlibur ke Vietnam. Saking sibuknya aku
mengurusi hal ini. Dan bisa kau tebak, mereka terjangkit virus itu karena
kebetulan dan sialnya mereka berlibur ke desa yang terjangkit virus itu. Memang
kecerobohanku untuk mengabaikan pesan anakku bahwa ia akan mendokumentasikan
sebuah desa di Vietnam. Virus itu menyebar sangat cepat. Istri dan anakku baru
mengintari desa itu sampai gerbangnya namun sudah terjangkit. Dan aku tidak
punya pilihan lain lagi, aku rela memberikan berapapun uangku untuk membeli
vaksin itu. Namun dengan alasan yang bodoh Professor menolak memberikannya
kepadaku. Dia sempat terdiam saat mendengar tentang istri dan anakku. Namun itu
tidak mengubah pikirannya.” Jelas si pria sambil merokok dengan santainya.
“Professor berfikir kau akan
menjual vaksin itu. Bahkan jika aku ada diposisinya akupun akan berfikir
begitu.” Kata Clove.
“Aku sudah berusaha menjadi
orang yang lebih baik dengan berusaha menyelamatkan keluargaku. Namun Professor
tidak mengizinkannya.” Kata si pria.
“Dia berfikir panjang.” Kata
Clove nafasnya mulai melemah.
“tapi sama saja ia membunuh
keluargaku.”
“Apa pedulimu ? bahkan orang
bodoh sekalipun tahu bahwa kau tidak memikirkan itu.” Benar kata Clove.
“Yang aku sayangkan darimu, kau
sangat pintar anak muda. Namun kau harus mati.” Kata pria itu.
“Apakah kita harus pergi
sekarang ? sebentar lagi acaranya dimulai.” Kata Desiree pada pria itu.
“Baiklah, oh ya. Namaku Gio
Hector. Semoga kau mengingatnya di neraka.” Lalu Gio pun pergi meninggalkan
Clove tergantung di pemakaman di hari yang menggelap.
“Seperti yang sudah
direncanakan.” Bisik Clove pelan.
The Shard 14 Mei 2010, 00.00
“Dimana dia menaruhnya … ! dasar
anak itu penuh dengan teka – teki.” Ujar Aston yang belum berhenti berputar –
putar di kantor Clove.
Ringtone ponsel Aston berbunyi,
Ternyata dari Alvin.
“Halo” Aston.
“Halo Aston, apakah kau sudah
menunggunya di The Shard ?” Alvin panik.
“Emm.. sebenarnya Perintah yang
ia berikan padamu adalah sebuah kode. Dia bermaksud untuk menangkap si pelaku.
Jadi yang aku lakukan sekarang hanyalah mencari sebuah petunjuk di The Shard.”
Ujar Aston.
“Apa ?! jadi dari awal.. Oh
tuhan” Alvin Syok.
“Maafkan aku tidak memberitahumu
karena dilarang oleh Clove.” Aston.
“Tak apa, aku hanya ingin memberi
tahumu mungkin dia tidak akan kesana. Aku tidak tahu bagaimana nasibnya, aku mendapat
video dari si pelaku. Dimana Clove digantung di sebuah pemakaman dan jebakan
untuknya. Aku tidak bisa berfikir jernih, jadi aku meneleponmu.” Jelas Alvin.
“Hah ?! seburuk itukah ? jadi
apa yang harus kulakukan ?” Tanya Aston bingung.
“Aku tidak tahu. Mungkin kita
harus mengerahkan polisi untuk menelusuri setiap pemakaman yang ada di London.
Namun itu akan menjadi percuma jika aku lihat waktunya yang tak memungkinkan.”
Kata Alvin sedih.
“Dia mungkin akan bertahan lebih
lama ! jangan habis harapan Alvin ! aku akan tetap mencarinya !” Tut. Lalu
Aston pun menutup teleponnya.
Aston terduduk lemas mendengar
percakapan tadi. Ia tak percaya bahwa orang yang paling dia kagumi akan
berakhir seperti ini. Benar kata Alvin, mungkin sudah terlambat untuk
menyelamatkannya. Namun Aston tidak percaya dia memutarkan otaknya untuk
mencari jalan keluar dari masalah ini.
“Hei ikan ini sudah mati.” Kata
Aston yang melihat seekor ikan koki mati di aquarium.
Aston, nanti jangan lupa untuk memakamkan
ikanku di pemakaman Highgate.
Aston teringat pesan Clove saat
beberapa minggu lalu ia sedang mendekor ruangan itu. Dia masih berfikir mengapa
ikan murahan seperti itu harus di makamkan di pemakaman bagus seperti itu ?
Itu dia !
“Pemakaman Highgate ! mengapa
aku baru tersadar !” Teriak Aston yang langsung berlari keluar ruangan.
01.15
“Alvin maafkan aku..” Kata Eve
pelan.
Alvin menggeleng.
“Aku selalu membuatmu dalam
masalah maafkan aku.” Eve menahan tangisnya.
“Aku akan begitu menyesal jika
kau juga berada disana.” Kata Alvin.
“Aku lebih baik disana.” Kata
Eve, matanya sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.
Lagi – lagi Alvin menggelengkan
kepalanya.
Eve menangis disamping Alvin.
Alvin hanya bisa melihatnya begitu sedih melebihi apa yang ia tidak bisa
ungkapkan. Alvin tidak ingin membuat Eve merasa bersalah karena memang
kenyataannya ini semua sudah diatur Clove. Namun dia juga tidak bisa menerima
keaadaan Clove yang ia lihat tadi. Hatinya bingung harus berbuat apa. Melihat
Clove yang sekarat dan melihat Evelyn menangis dengan sungguh – sungguh. Saat
itu dia tersadar bahwa,
“Aku jatuh cinta padamu.” Alvin.
Eve menatap mata biru Alvin
dengan perasaan kaget dan bingung bahkan ia berhenti menangis.
“Itulah sebabnya aku tidak bisa
membiarkanmu berada pada posisi Clove. Ahh.. ini serba salah.” Alvin pun
berdiri dan berjalan dengan wajah lemas.
“Alvin !” Eve memeluk Alvin dari
belakang.
“Aku tahu itu.. Sejak awal aku
tahu itu. Aku tahu perasaanku akan terbalas. Namun aku tidak akan menyangka
akan begini caranya. Maafkan aku.” Eve.
Alvin menggeleng, dia berbalik
dan memeluk Eve yang menangis. Tangannya menghapus airmata yang jatuh di pipi
Eve. Dan Alvin berbisik.
“Jangan pernah mengatakan maaf
lagi Eve” Alvin.
Malam itupun berubah menjadi
malam yang dingin dan tenang. Sudah lama Eve tidak merasakan kasih sayang yang
begitu nyata terhadapnya. Alvin seperti masa lalunya yang ia butuhkan kembali
sejak ayahnya meninggal. Tidak ada lagi seseorang yang dapat ia peluk. Eve
merasa sendiri sebelum bertemu Alvin. Bahkan ia masih ingat saat pertama kali
Alvin menyapanya. Eve tidak ingin kehilangan momen seperti ini.
Highgate, 02.43
Aston dan seluruh orang menganga
melihat kondisi Clove. Darah di bibir dan hidungnya terlihat mongering namun
tidak di kepalanya. Kedua kaki Clove tidak berwarna. Pucat dan terdapat lebam
di kaki kirinya. Tangannya terikat keatas oleh tali tambang yang bersambung
dengan jebakan yang dibuat oleh Gio.
“Jangan pernah mencoba itu.”
Ujar Clove yang mengagetkan separuh polisi yang berada disitu saat salah
seorang polisi mencoba memotong talinya.
“Kau.. Kau masih hidup..” Aston
“Tentu saja. Sekarang ambil
papan yang cukup kuat menahanku dan taruh papan itu tepat di atas lubang ini.”
Ucap Clove.
Semuanya terdiam. Bahkan polisi
yang sedari tadi memikirkan cara untuk menyelamatkan Clove tidak sempat
berfikir seperti itu. Setelah papan ditaruh tepat di bawah kakinya. Clove
menyuruh seseorang untuk memotong tambangnya.
“Potong tambangnya !” Perintah
Clove.
“Tunggu ! apakah kakimu kuat
bertumpu pada papan itu ?” Tanya Aston.
“Aku tidak tahu. Cepat potong
talinya !” Kemuakkan Clove akan kondisinya membuat ia pertama kalinya tidak
berfikir panjang.
Clove terjatuh tepat ke papan
kayu tersebut dan berusaha bergerak sebelum tanah menimbunnya. Namun kakinya
sangat susah bergerak karena mati rasa tergantung terlalu lama. Namun tiba –
tiba Aston memberanikan dirinya untuk menarik Clove dari papan tersebut. Namun
Aston terlambat sepersekian detik. Separuh tubuhnya tertimbun di sebelah
lubang, untungnya ia hanya pingsan dan masih terselamatkan.
Rumah sakit 15 Mei 2010, 09.00
Suara burung – burung kecil
terdengar melintas dari luar jendela. Bintik – bintik cahaya matahari menembus
serat – serat kalin tirai berwarna krem tersebut. Clove membuka matanya dengan
sangat perlahan, hidungnya menghirup aroma bunga lavender juga wangi roti yang
baru matang. Terlihat Alvin dan Eve yang berdiri di sudut ruangan dengan muka
yang berbahagia.
“Kalian berpacaran ?” Tanya
Clove karena melihat mereka bergandengan.
“Kau baru sadar sudah menanyakan
hal yang spesifik seperti itu.” Alvin berjalan kearah Clove terbaring.
“Wangi apa ini ? Ini bukan
dirumah.” Kata Clove.
“Kau sedang dirumah sakit
Clovis.” Eve.
“Ada sesuatu di kepalaku yang
ingin aku ungkapkan.” Kata Clove dengan mata kosongnya.
“Jangan, istirahatkanlah sejenak
otakmu. Kau baru saja melalui malam yang buruk.” Kata Alvin menasihati.
“Ya dan kalian baru saja
melewati malam yang menyenangkan.” Celoteh Clove.
“eehh ?” Alvin syok.
“Itu tergambar jelas di wajah
kalian berdua.” Clove.
“Itu salah. Kau tidak melihat
saat Alvin benar – benar menangis dan tidak bisa berfikir apa – apa.” Ungkap
Eve tersenyum.
“Uh sayang sekali aku
melewatkannya” Clove memandang Alvin.
“Ini semua kan gara – garamu.”
Alvin membela dirinya.
“Kau sadar begitu cepat Clovis.”
Kata Eve.
“Ahh.. otakku tidak bisa
berhenti bekerja, makannya sangat sulit untuk tertidur. Dan, mulai sekarang
panggil aku Clove.” Kata Clove seraya bangkit untuk mengubah posisinya.
“Aku senang sekali kau selamat
Clove.” Alvin memelukku.
“Hey nanti pacarmu marah” Clove
menunjuk ke arah Eve.
“Aku sangat berterima kasih
padamu Clove.” Eve memegang tangan Clove.
“Untuk apa ?” Tanya Clove.
“Untuk segalanya. Kau telah
mempertemukanku dengan Alvin, dan menangkap orang yang membunuh ayahku.” Eve
tersenyum.
“eehh ? Jadi si alis tebal itu
sudah tertangkap ? uhh baguslah. Kau menjawab pertanyaan di pikiranku.” Jelas
Clove.
“Tentu. Dengan bukti nyata yang
kau bawa.” Kata Alvin.
Clove segera memegang gigi
grahamnya.
“Ah sial.. Aku tidak akan bisa
mengunyah selama beberapa waktu.” Clove menggerutu.
“Hah ? kenapa ?” Tanya Eve.
“Pada gigi geraham sebeleh
kiriku terdapat alat perekam suara yang akan tersambung ke sebuah file
dirumahku. Dan semua perkataan yang pernah aku katakan akan terekam dan
tersimpan. Dan untuk membuka data tersebut kau harus mencabut gigi gerahamnya.
Untung saat dicabut aku sedang tidak sadarkan diri.” Jelas Clove.
“Apakah itu menyakitkan ?” Eve
memiringkan Alisnya.
“Tentu.” Jawab Clove.
Chapter
VI, Tugas terakhir
Rumah 17 Mei 2010, 09.00
“Luka ini terlihat menyeramkan.”
Ungkap Clove saat melihat lebam di kaki kirinya.
“Ini akan mengganggumu sementara
waktu.” Kata Eve.
“Sarapan siap !” Terian Alvin
dari dapur.
“Ummm.. Wanginya enak !” Eve
meninggalkan Clove.
“Alvin.” Clove mendatarkan
wajahnya.
“Ahh oke oke baiklah tuan putri
aku akan mengantarmu ke sarapan terbaik pagi ini !” Alvin bersuara seperti
pembawa acara. Lalu ia menggendong Clove sampai ke meja makan.
“Aku benci dengan keadaan ini.”
Kata Clove.
“Ini adalah momen dimana Sang
Perkasa Clove tidak bisa melakukan apa – apa tanpa Alvin.” Alvin tertawa
sembari mendudukan Clove di meja makan.
“Mari berdoa.” Kata Eve.
Lalu mereka mengepalkan
tangannya di depan wajah masing – masing dan berdoa. Clove menatap makanan
dengan kosong.
“Selamat makan !” Kata Eve yang
langsung menyambar omelet di hadapannya.
Setelah seharian kemarin
beristirahat, Clove marasa harinya begitu tenang untuk diusik. Sudah lama ia
tidak merasakan kenyamaan akan keadaan yang ia jalani. ‘Memang benar kata Alvin
bahwa aku terlalu keras bekerja. Bahkan seharusnya anak seumuranku masih
sekolah. Aku tidak menyalahkan apa yang terjadi aku hanya mensyukuri atas
hadiah yang aku terima. Aku menjadi sangat pintar dan berdosa. Apakah yang
kulakukan ini benar ? bahkan Professor mati karena aku. Apakah Gio berhak
dipenjara karena usahanya untuk menyelamatkan keluarganya ? apakah Eve berhak
tau yang sesungguhnya ? apakah aku akan mengungkapkan semuanya sekarang ?’
pikir Clove.
“Hey Clove ada apa ?” Tanya Eve.
“Kapan aku menjalani terapi
tulang ?” Tanya Clove pada Alvin.
“Besok pukul delapan pagi.
Kenapa ?” Jawab Alvin.
“Eve apakah kau tahu ini ?”
Clove membentukan jarinya seperti jari patung budha yang pernah ia lihat. Dan
juga posisi jari saat Professor ditemukan tewas.
“ Ya tentu saja, itu adalah
symbol yang ayah sering gunakan untuk berkata ‘kamulah jawabannya’ atau seperti
saat aku bertanya siapa pemilik perhiasan baru ini, ayah akan membentuk jarinya
seperti itu kepadaku. Ia biasa melakukannya saat memberikanku kejutan.” Jelas
Eve.
“kamulah jawabnnya…. Hmm…” Clove
mengunyah omletenya dengan perlahan.
“Darimana ayahmu mendapatkan
symbol itu ?” Tanya Alvin.
“Saat ia pulang dari tempat
penelitiannya di luar negri. Maksudnya adalah kedamaian, karena ayah sering
melihat penduduk desa membentuk jarinya seperti itu ketika mereka beribadah dan
terlihat sangat damai. Namun aku tidak mengerti mengapa ia selalu memberikan
symbol itu untuk memberitahu bahwa aku pemilik sesuatu barang atau semacamnya.
Mungkin aku adalah kedamaian baginya hahaha” Eve.
“10 = J, CC-10. Clovis
Calvert-J.” Ujar Clove tiba – tiba.
“Nama vaksin itu adalah dirimu ?
berarti kau adalah.” Tebak Alvin.
“Bukan, jika vaksinnya berbentuk
benda mungkin Gio sudah berhasil menemukannya. Namun itu bukan diriku. Simbol
pada tangan kirinya member tahu bahwa hanya akulah yang dapat mengerti arti dari
semua petunjuk. Dan hanya akulah yang tahu dari awal dimana vaksin itu berada.”
Mata Clove berubah.
“Jadi maksudmu..” Alvin.
“Evelyn. Kau adalah vaksinnya.
Sejak awalnya seharusnya aku menanyakan tentang symbol ini kepadamu. Betapa
bodohnya aku ! ternyata selama ini aku sudah mendapatkan vaksinnya !” Teriak
Clove.
“Aku.. adalah vaksinnya ?” Eve
mengingat saat ayahnya menyuntikan beberapa serum padanya dengan alasan untuk
penyakitnya. Namun Eve baru tersadar bahwa ayahnya telah menanamkan serum itu
padanya.
“Tidak salah lagi. Setelah
selesai sarapan, darahmu harus di tes.” Kata Clove pada Eve matanya menatap
Alvin.
Laboratorium, 11.32
“Ini akan sedikit sakit.” Alvin
menusukkan sebuah jarum ke tangan Eve.
“Kapan hasilnya akan muncul ?”
Tanya Clove.
“Aku tidak tahu. Namun mungkin
akan agak lama. Sebaiknya kalian berdua pulang duluan.”
“Siapa yang akan mengantarku ?”
Tanya Clove dari kursi roda.
“Aku.” Mata Eve membesar.
“Ah tidak – tidak… kau tetap
disini temani Alvin. Aku tahu itu yang kau mau. Terlihat dari matamu.” Clove
memandang mata Eve kosong.
“Apakah kau semacam peramal
atau..” Eve memelankan suaranya.
“Okay, aku akan menelepon Aston.
Bye !” Lalu kursi roda Clove melesat dengan cepat.
“Dia terlalu hebat akan
kemampuannya untuk membaca mata.” Kata Alvin.
“Eehh ? Bisakah ?” Eve tak
menyangka.
“Ahh itu salah satu keanehannya
menurutku.” Alvin tertawa dan melanjutkan pekerjaannya.
“Apakah aku menggangu ?” Tanya Eve.
Alvin memandang Eve dan
tersenyum
“Tidak, aku senang kau berada
disini.” Alvin.
13.23
Eve duduk di depan kolam ikannya
sambil merentangkan kakinya yang sakit dan terdiam, ia sepertinya melupakan
sesuatu. Matanya menatap lurus terpaku pada salah satu koi di kolam itu.
“Bagaimana ya keadaan putrinya
Gio ?” Clove menatap langit.
‘Apakah anaknya akan selamat ?
bagaimana perasaan anaknya saat tahu bahwa ayahnya dipenjara dan ibunya telah
meninggal ? bagaimana perasaannya saat ia tidak punya rumah untuk kembali
pulang ? apa yang ia rasakan sekarang ? melawan virus itu ? apakah aku akan
membiarkannya mati atau hidup ? mengapa aku mengurusi urusan orang lain ?
apakah para suster terjangkit virusnya juga ? uh rasanya tidak mungkin karena
sekarang rumah sakit sudah begitu canggih. Namun apa yang akan terjadi dengan
masa depan anaknya yang bukan urusanku itu ?’ Pikir Clove.
Suara bergetar yang langsung
dirasakan oleh Clove yang berasal dari dalam rumah dimana ponselnya berada.
Clove bersusah payah mengambilnya dengan kakinya yang merepotkan itu.
“Kaki sialan, Halo ?” Clove
menggerutu.
“Apakah ini dengan detektif
Calvert ?” Tanya seorang pria dalam telepon.
“Ya.” Jawab Clove singkat.
“Saya Harris HaNeul, pengacara
Tuan Gio Hector. Ada yang perlu saya sampaikan kepada anda.” Ucap orang yang
sepertinya dari Korea itu.
“Katakan.” Clove.
“Tuan Hector memohon dengan
sangat agar kau memberikan vaksin pada anaknya. Dia juga tidak akan mempersulit
masalah ini lagi, dia akan menyerahkan dirinya ke kepolisian. Dan dia ingin
mengatakan bahwa dia meminta maaf yang sebesar besarnya atas apa yang dia
lakukan kepadamu. Namun permintaan terakhirnya hanya ingin melihat anaknya
sembuh. Tuan Hector yakin kau mempunyai vaksinnya, dan dia akan memberikanmu
apapun untuknya. Kini posisi Tuan Hector yang disidang tidak memungkinkan
dirinya untuk memperbisnis vaksin itu. Aku mohon detektif, bahkan Tuan Hector
menangis saat mengatakan pesan tersebut. Dia tak mau anaknya mati sia – sia
karena ini.” Ucap HaNeul panjang lebar.
“Beri tahu dia, bahwa aku
berkata jujur tentang vaksinnya saat itu. Aku baru menemukannya pagi ini. Aku
tidak berbohong kepadanya. Vaksin itu berada di dalam darah manusia, jadi
temanku sedang mengusahakan untuk membuatnya jadi serum. Ah, masalah itu aku
tidak mengerti namun aku akan memberikannya jika temanku berhasil membuatnya.”
Kata Clove.
“Benarkah ? terima kasih
detektif atas kebaikan hatimu. Tuan Hector akan menyerahkan dirinya esok hari.”
Kata HaNeul.
“Tunggu, apa yang terjadi dengan
orang – orang yang terjangkit di Vietnam ? satu desa itu ? bagaimana nasib
mereka ?” Tanya Clove.
“Aku kurang tahu tentang itu,
namun apakah kau tidak melihat berita ? Ada satu desa di Vietnam yang terbakar
habis karena kesalahan perkiraan saat latihan perang.” Jawan HaNeul.
“Oh begitu.” Clove memutuskan
sambungan teleponnya.
‘Apa – apaan ini ? tidak
kusangka aku begitu terlambat sehingga akhirnya desa itu tidak terselamatkan.
Ulah siapa semua ini ? Ini termasuk cara ampuh untuk menghentikan penyebaran
virus itu namun tidak ada sisi manusiawi sedikitpun ! aku tidak bisa mengganti
apa yang sudah terjadi. Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menyelamatkan
satu orang lagi.’ Pikir Clove.
Clove jatuh terduduk di kursi.
Tangannya menggenggam erat ponselnya yang berbentuk cokelat itu. Matanya
tertunduk kebawah melihat lantai marmer yang beruas abstrak pada setiap
goresannya. Rambut cokelatnya menutupi hampir seluruh wajahnya. Lebam pada
kakinya mengeluarkan rasa sakit yang lebih dari biasanya. Clove sangat
menyesali atas keterlambatannya ini. Ini pertama kalinya ia menyelesaikan kasus
dengan korban terbanyak. Bahkan Clove berfikir ia telah gagal menyelamatkan
satu kehidupan di sebuah desa yang damai. Ia tidak bisa memaafkan si pembuat
virus itu yang menyebabkan semua ini terjadi.
Laboratorium, 19.20
“Apa ? kapan kau menerima
telepon itu ?” Sontak Alvin saat mendengar ceritaku tentang HaNeul.
“Tadi siang, saat aku baru
sampai rumah dan bersusah payah mengambilnya.” Curhat Clove.
“Hasilnya belum keluar, namun
sudah 65% menunjukan bahwa darah Eve positif memiliki kandungan virus yang
dijinakkan atau vaksin yang luar biasa sulit dibuat. Aku pikir Professor
sengaja menanamkannya pada darah Eve untuk.. Ya seperti.. Terus mengasilkan..”
“Di Daur Ulang.” Kata Clove
memotong.
“Ya kasarnya begitu.” Kata
Alvin.
“Jangan buang waktumu di
laboratorium, setelah hasilnya keluar segera buatkan serumnya.” Perintah Clove.
“Emm.. Membuat serum tidak
semudah yang kau bayangkan Clove, dibutuhkan waktu yang lama dan sangat sulit
menerjemahkan vaksin yang ada dalam darah. Mungkin kau harus memikirkan cara
lain untuk menyelamatnya anak itu. Atau lebih baik kita lihat dulu keadaanya
dan mencari jalan lebih lanjut.” Ujar Alvin.
“Hmm.. Kau benar. Aku akan
meneleponmu lagi sesegera mungkin.”Tut tut tut, Clove menutup teleponnya.
Tut tut tut bunyi nada tombol
dari ponsel Clove yang dipencet pencet beberapa kali. Clove mencoba menelepon
HaNeul kembali.
“Halo ?”
“Hai HaNeul, katakan dimana anak
itu berada ?” Kata Clove langsung.
“Ah detektif, Dia berada di
ruang sterilisasi tingkat 3 di rumah sakit NHS. Jika kau ingin melihatnya kau
harus bertemu denganku dahulu untuk melewati izin dari rumah sakit.” Ujar
HaNeul.
“Emhh.. Temui aku di lobby rumah
sakit sejam dari sekarang.” Clove.
“Baiklah.” Lalu telepon
terputus.
National Health Service Hospital, 21.00
“Tuan Harris HaNeul ?” Tanya
Clove.
“Iya, ada apa gadis kecil ?”
Mata HaNeul tertutup saat dia tersenyum.
“Halo aku Clovis Calvert. Kita
sudah ada janji sebelumnya.” Kata Clove.
“Hah ? Semuda inikah ?” HaNeul
terkejut melihat gadis berambut cokelat bertubuh kurus dan kakinya yang terluka
mengaku sebagai detektif yang ia dengar sangat mutakhir akhir – akhir ini.
“Dimana anak itu berada ? aku
tidak punya banyak waktu.” Kata Clove.
HaNeul tidak menjawab, mata
sipitnya semakin menghilang saat menatap Clove dengan penuh curiga dan ketidak
percayaan atas ada yang dikatakan Clove.
“Apakah orang Korea selalu securiga
ini ?” Clove mengeluarkan lencananya.
“Sulit dipercaya !” Kata HaNeul
saat mengambil lencana itu dari anak perempuan yang terduduk di kursi roda dan
mambacanya.
“Cepatlah.” Kata Clove.
“Ba.. Baiklah, aku akan
mengantarmu detektif.” Terlihat ragu di mulutnya saat mengucapkan detektif.
Setelah beberapa kali melewati
proses strerilisasi untuk masuk keruangan anak itu, Clove akhirnya menampakan
sesuatu yang berarti pada matanya.
“Pakaian ini merepotkan.” Gerutu
Clove.
“Kukira kau kaget melihatnya.”
Kata HaNeul
“Aku pernah melihat yang lebih
buruk dari ini.” Kata Clove saat melihat kondisi anak perempuan berambut pirang
yang terbaring pucat seperti mayat dengan selang – selang yang tidak dimengerti
Clove.
“Namanya Melissa. Dia adalah
anak yang periang sebelumnya, aku mengenal ayahnya dengan baik. Dan tidak
menyangka hal ini akan terjadi.” Kata HaNeul yang tidak dapat terdengar jelas
oleh Clove karena pakaian yang menutupi kedua telinganya.
“Apakah dia bisa mendengar atau
merasakan sesuatu ?” Tanya Clove.
“Kata perawatnya dia hanya bisa
mendengar dan sulit merasakan karena virus itu menggerogoti syaraf di seluruh
tubuhnya, dan bila tidak sesegera mungkin diobati mungkin dia akan tidak bisa
mendengar atau melakukan apapun lagi.” Jelas HaNeul.
“Dia akan mati.”
HaNeul mengangguk.
Rumah, 23.14
“Aku pulang.” Clove membuka
pintu rumah dengan susah payah.
“Dimana kursi rodamu ?” Tanya
Eve khawatir.
“Aku menyngkirkannya.” Kata
Clove datar.
“Tongkat yang bagus Clove.”
Pendapat Alvin saat melihat tongkat yang Clove beli setengah jam yang lalu dari
toko barang antik.
“Itu terlihat mahal Clove, kau
terlihat seperti mafia.” Kata Eve.
“Aku selalu tertarik dengan
apapun secara tidak sengaja.” Clove duduk di depan perapian.
“Pandangan pertama.” Kata Alvin.
“Oh shut up. Kau juga jatuh
cinta pada Eve sejak pertama kali melihatnya di bawah menara jam Big Ben.” Balas
Clove.
“Oh benarkah ?” Eve memeluk
Alvin dari belakan dan menjorokan wajahnya ke depan dengan mata kucingnya.
“Clove..” Mata Alvin berputar.
Namun wajah Clove tetap datar seperti biasanya.
“Namanya Melissa.” Kata Clove
yang memandang kosong api yang menyala di depan matanya.
“Siapa Melissa ?” Tanya Eve.
“Putri dari Gio Hector.” Clove.
“Kau sudah melihat kondisinya ?”
Tanya Alvin yang mengahampiri Clove dengan cepat.
“Ya, namun perawatnya tidak
memperbolehkan aku memotretnya. Pokoknya keadaanya sangat mengenaskan. Dia
seperti mayat yang terkena kangker kulit. Bahkan lengkungan di sekitar matanya
membiru. Namun badannya tidak kurus sama sekali.” Jelas Clove.
“Kemungkinan besar virus yang
menggerogotinya adalah virus pelemah daya tahan tubuh. Jadi si pasien tidak
kekurangan berat badan yang begitu drastis.” Alvin.
“Kau benar, HaNeul berkata bahwa
virus itu menggerogoti system syaraf Melissa dengan sangat perlahan. Melissa
masih bisa mendengar karena virus itu belum sampai ke bagian tubuh atasnya
namun otaknya sedang tidur secara disengaja agar tidak menarik pertumbuhan si
virus untuk menyerang bagian atas.” Kata Clove.
“Jadi kira – kira berapa lama
lagi dia akan bertahan ?” Tanya Alvin.
“Sekitar 3 sampai 4 minggu
lagi.” Jawab Clove yang membuat semua orang diam tidak berani berkomentar.
“Jika waktu yang tersisa hanya sedikit
lagi. Tak ada jalan lain, donor adalah jalan tercepat. Kebetulan Eve
bergolongan darah O. Namun kemungkinan gagal sangat besar bila Melissa
mempunyai golongan darah penolak. Maka akan terjadinya kefatalan luar biasa.
Apalagi itu tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Dan Eve juga mungkin akan
merasakan lemas dan letih yang luar biasa.” Jelas Alvin.
“Bisakah kau berhenti
mengucapkan luar biasa pada sesuatu yang sebenarnya tidak luar biasa ?” Clove
memandang mata Alvin.
“Maaf, namun cara ini membahayakan
kedua pihak. Namun ini cara tercepat.” Kata Alvin.
Clove memencet hidung dengan
perlahan dan bertempo menandakan otaknya yang sedang bekerja dengan kekuatan
penuh dan sangat serius dan terfokus. Matanya memandang jahat kepada api yang
berkobar di hadapannya.
“Eve.” Panggil Clove.
“Aku akan melakukannya.” Kata
Eve.
Clove menatap Eve sebentar dan
mengembalikan pandangannya ke tungku perapian. Dia telah membuat sebuah
keputusan.
Chapter
VII, Kenangan Yang Kembali
23 Mei 2010 NHS Hospital, 07.15
Eve terbaring di sebuah benda
yang Clove namakan kasur berjalan melewati lorong – lorong yang menuju ruang
operasi. Alvin tidak berhenti menggenggam tangan Evelyn yang berusaha
menyembunyikan rasa takutnya. Clove mengikuti mereka dengan pelan dengan kakinya
yang belum 100% sembuh. Tongkatnya membuat suara bertempo teratur di sepanjang
lorong, Clove sedang memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Kau akan baik – baik saja.”
Kata Alvin menenangkan.
Evelyn mengangguk, lalu kasur
berjalan itu masuk ke ruangan yang tidak boleh Alvin dan Clove masuki. Alvin
terduduk di kursi tidak nyaman yang menempel di tembok, mukanya sangat
memancarkan kekhawatiran yang mendalam.
“Bagaimana perasaanmu sekarang
?” Tanya Clove tanpa melihat Alvin.
“Aku baik – baik saja.” Jelas
wajah Alvin mengatakan tidak.
“Katakan yang sesungguhnya
padaku, bagaimana rasanya melihat kemungkinan yang akan terjadi pada Eve.”
Paksa Clove.
“Rasanya menyakitkan Clove, kau
mungkin tidak pernah merasakan ini. Namun perasaan resah ini cukup untuk
membuat sisa waktumu menjadi tidak menyenangkan untuk dijalani.” Jelas Alvin.
“Kau salah, Aku pernah merasakannya
sekali. Ternyata rasanya sama seperti apa yang kau rasakan sekarang.” Clove
duduk di samping Alvin yang memandang heran Clove.
“Kapan kau merasakannya ?” Tanya
Alvin.
“Sudah sangat lama.” Jawab Clove
memberhentikan percakapan itu.
15.00
Wajah Alvin berubah 360 derajat
saat dokter datang dan mengatakan bahwa Eve sudah bisa dijenguk. Tanpa menunggu
lagi Clove dan Alvin menghampiri Eve yang kini sudah idak berada di ruang
operasi lagi.
“Eve !” Alvin langsung memeluk
Eve yang berwajah pucat itu.
“Rasanya hanya lemas, bahkan aku
tidak merasakan apa – apa saat di operasi.” Ungkap Eve.
“Jelas saja. Kau hanya
mendonorkan seperempat darahmu.” Kata Clove
“Clove..” Tukas Alvin yang tidak
nyaman melihat ketidakramahanku.
“Clove benar Alvin, ini bukan
sesuatu yang perlu kau khawatirkan.” Eve membelaku.
“Maafkan aku.” Clove keluar dari
ruangan itu.
Clove menyenderkan tongkat
jalannya pada tembok dan menyenderkan sikutnya pada permukaan balkon ruangan
dimana Eve dan Alvin berada. Kepalanya pusing berat memikirkan tentang
pengakuan yang akan dia buat. Dia tidak tahu akan begitu besar efek ‘perasaan’
pada kehidupannya. Clove berfikir jika Eve bukanlah wanita yang Alvin cintai,
mungkin ia dengan mudahnya membuat pengakuan ini. Namun Clove berfikir apa yang
akan terjadi jika Eve tahu yang sebenarnya, Akankah ia sangat terpukul ? Atau
akan menjadi sangan membenci Clove ? bagaimana jika kemunkinan terburuk terjadi
? Alvin akan lebih memilih Eve daripada Clove ? dalam pertama kali dihidupnya,
Clove ragu akan apa yang ia akan sampaikan kepada seseorang.
“Ada apa Clove ?” Tanya Alvin.
“Apakah aku harus mengatakan
yang sejujurnya pada Eve ?” Tanya Clove.
“Tentang apa ?” Alvin bingung.
“Ahh.. Kau juga belum tahu.”
Lalu Clove meraih tongkat jalannya dan kembali ke ruangan.
Clove duduk di kursi sudut
ruangan itu, matanya meraih mata Eve tanpa arti. Eve melihat Clove dengan
bingung, Alvin pun sama.
“Evelyn, berjanjilan apapun yang
akan kukatakan kau tidak akan membenciku.” Ujar Clove.
“Tergantung, jika kau merebut
Alvin dariku mungkin aku akan membencimu ! hahaha.” Canda Eve.
“Eve.” Alvin memberikan tanda
padanya bahwa Clove tidak bercanda.
“Sebelumnya aku ingin bertanya
padamu, darimana kau tahu tentang Vaksin itu ?” Tanya Clove dengan pandangan
yang tajam.
Eve terdiam sebentar “ Pada
suatu malam saat aku rencananya akan memberikan kejutan pada hari ulang tahun
ayah, baru sampai depan pintu aku mendengar percakapannya dengan seseorang
dalam telepon yang membicarakan tentang vaksin. Aku lupa apa yang mereka
bicarakan waktu itu, namun yang kuingat karena vaksin itulah yang membuat
ayahku sibuk akhir – akhir ini. Dan kepergiannya ke Vietnam juga dikarenakan
oleh penelitian tersebut. Bahkan saat aku mencari – cari informasi tentang apa
yang terjadi di Vietnam aku tahu bahwa ayah sedang membuat suatu vaksin untuk
satu desa yang tercemar itu. Disitu aku mengerti, namun yang membuat aku ingin
mengambil alih vaksin itu adalah ketika ayah me-loudspeak-kan teleponnya untuk
mempermudah berbicara dengan si penelepon ini, aku tersungkur dan sangat
terpukul saat tahu rekan kerja ayah itu seorang anak kecil. Suaranya aku yakin
sekali dia belum dewasa. Bahkan mirip sepertimu ! namun aku tidak ingin
membencimu seperti membenci anak yang sering ayah panggil J ini.” Eve.
Alvin terbelalak dan kepalanya
mengarah ke arah Clove dengan kilat. Namun Eve tidak menyadarinya.
“Ada bukti kuat kalau ayahmu
bekerja sama dengan anak kecil ?” Tanya Clove memastikan.
“Ya tentu, pernah suatu ketika
saat ayah dan aku sedang berbelanja. Ia melihat baju yang ia sukai lalu
membandingkannya denganku dan dia berkata ‘baju ini mungkin pas untuk J’ Namun
aku pura – pura tidak tahu. Dan sejak itu aku tersadar bahwa anak yang bernama
J itu telah mengambil waktu dan perhatian ayah yang sangat jarang itu.” Eve
berkobar.
“Eve, aku adalah J.”
Mata Eve melihat Clove tak
percaya, pikirannya mengatakan memang sejak awal ia mencurigai Clove namun
hatinya berkata itu tidak mungkin. Kini rasa penasaran Eve telah terjawab.
Ternyata J adalah Clove. Eve sendiri tak mengerti mengapa ia dengan mudahnya
membenci J hanya karena hal itu, padahal ia tahu betapa pentingnya J untuk
ayahnya pada urusannya. Namun jantung Eve tak bisa menahan rasa kagetnya ini
sampai Eve tak berhenti memegangi dadanya. Ia sampai tak bisa menangis karena
rasa sakitnya itu. Alvin mencoba memanggil dokter dan menenangkan Eve, ia juga
memberikan wajah kesal pada Clove namun ia terlalu baik untuk mengungkapkannya.
“Maafkan aku, aku tidak tahu aku
telah merenggut waktu berhargamu Eve.” Kata Clove.
“Bagaimana bisa ?” Eve tergagap.
“Beberapa bulan lalu aku
menerima kasus tentang penyelidikan penjual senjata virus di Vietnam,
sebenarnya tugasku hanya mencari orang dan menangkapnya. Namun saat aku melihat
korban yang menjadi kelinci percobaan dari virus itu, dengan pertama kalinya
hatiku tergerak untuk menyelamatkan mereka. Lalu saat aku berhasil menangkap si
tersangka ia berkata vaksinnya telah dimusnahkan karena ia ingin rencana
menghancurkan-bumi-nya berjalan mulus walau ia ditangkap, dan sebenarnya ia
bertujuan untuk menghancurkan bumi dan membuat bumi baru. Betapa bodohnya aku
tidak mengetahui polanya dari awal. Lalu aku mendatangi ayahmu dan membujuknya
untuk menyelamatkan orang – orang yang terkena virus itu. Dengan berat hati ia
setuju walaupun nyawanya dipertaruhkan, dan aku berjanji padanya akan
melindungi vaksin yang dibuatnya. Setelah selesai professor kekurangan biaya
dan tidak mengatakan tentang itu kepadaku entah alasannya apa ? lalu secara
diam – diam di melakukan perjanjian bisnis dengan si keparat Gio Hector. Namun
dari awal memang Professor tidak bermaksud untuk melakukan bisnis dengannya,
jadi bisnisnya hancur dengan menyisakan kerugian lalu hal itu diketahui olehku
dan aku membayar semua hutang professor pada Hector. Masalah selesai, naum yang
kulewati adalah si Hector itu mengetahui tentang vaksin da sejak ia
mengetahuinya ia mempunyai niat jahat untuk memperbisnis vaksin itu yang akan
membuatnya kaya raya. Namun ternyata istri dan anaknya pun terkena virus
mematikan ini, Hector lalu mengurungkan niatnya untuk memperbisnis vaksin itu
dan beralih meminta secara baik – baik vaksin itu namun professor tidak
memberikannya, entah professor sudah diberi tahu tentang anak dan istrinya
Hector atau belum ? dan akhirnya si keparat ini membunuh professor. Namun jauh
sebelum itu dari awal aku memang mencurigainya, jadi aku telah melakukan
pengintaian selama beberapa minggu di kediaman dan kantornya. Dan yang membuat
ini semua rumit adalah bukti yang harus aku dapatkan untuk memenjarakannya dan
setelah semua ini terungkap yang aku sesalkan adalah saat aku membuatmu masuk
ke dalam masalah ini. Maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkan ayahmu ini
semua karenaku. Namun bagaimanapun perasaan bencimu kepadaku aku akan tetap
menjagamu sesuai janjiku pada professor. Bahkan kau tidak sadar ya waktu
sarapan beberapa hari lalu saat aku mengutarakan pemikiranku akan arti dari
nama vaksin itu ? jelas kan Clovis Calvert – J . Namun lupakanlah, ini adalah
kesalahan yang tidak bisa kubenahi kembali. Yang akan kulakukan sekarang adalah
menyelamatkan anak yang tidak bersalah itu dan mencegah penyebaran virus yang
dibawanya. Tadinya aku tidak mau melibatkanmu lagi, namun tidak ada cara lain
untuk menyelesaikan tugas terakhirku ini.” Lalu Clove merapatkan mulutnya.
“Eve.”
“Kau boleh memarahiku karena
tidak memberitahumu tentang ini sejak awal. Namun pikirkan apakah yang aku
lakukan benar ?” Eve memotong perkataan Alvin dan metapnya.
“Mengapa kau tak mengatakan hal
ini dari awal ?” Tanya Alvin.
“Aku tidak bisa menjelaskannya
padamu.” Jawan Clove.
“Aku tidak membencimu Clove.”
Eve.
Clove bengong mendengar
perkataan itu. Seketika matanya terpaku pada lantai yang putih dan kaku itu.
“Aku hanya iri melihatmu dan
ayahku bersama dalam waktu yang lama. Namun setelah kupikir lagi, aku akan
sangat bodoh jika membencimu karena hal itu. Bahkan, saat kau memaksa ayahku
untuk membantumu itu tidak membuatku membencimu ! karena aku tahu kau sedang berusaha
menyelamatkan nyawa seseorang. Aku rela ayahku mati dalam kebaikan, aku tidak
akan menyalahkanmu karena aku telah sempat diculik. Aku tidak akan membencimu.
Bagaimanapun juga semua yang kau lakukan itu hanya untuk menolong manusia,
walaupun ayahku sendiri yang menjadi korban namun mungkin itulah takdirnya. Aku
cukup senang dengan hasil kerjamu yang berhasil menangkap penjahat itu. Aku
juga takjub pada kebaikan hatimu yang mengizinkan Hector untuk menyelamatkan
anaknya. Aku mengerti, aku disini untuk membantu. Jangan sekalipun kau berfikir
bila ada sesuatu yang terjadi kepadaku adalah kesalahanmu sepenuhnya. Bahkan
yang terpenting, kau telah mempertemukan aku dengan Alvin.” Eve mengatakan
semua itu dengan suara lembutnya yang menyentuh hati Clove yang membatu, Ia tak
percaya ada orang sebaik Evelyn.
“Terima kasih Evelyn.” Clove.
“Tidak. Terima kasih Clove.”
Kata Evelyn.
Rumah sakit 3 Juni 2010, 09.00
Angin menerbakkan rambut Clove
yang lebat itu, membuat acak – acakan di semua sisinya. Ia melepaskan tongkat
berjalannya yang mahal terhempas ke tanah. Kaki kanannya mencoba menunpu ke
tanah dan menahan seluruh badannya. Perlahan dan pasti Clove melangkahkan kaki
kirinya yang sudah kehilangan lebamnya itu ke depan. Rasanya sangat memuaskan
saat Clove berhasil berjalan dengan baik beberapa langkah ini. Namun masih
terasa sedikit ngilu di lututnya.
“Detektif ! kau menjatuhkan ini
!”Teriak HaNeul dari belakang.
“Aku menjatuhkannya dengan
sengaja.” Lalu Clove mengambil kembali tongkatnya.
HaNeul terdiam setelah mendengar
jawaban yang begitu polos dan jujurnya itu.
“Apakah dia itu Melissa ?” Clove
menunjuk anak perempuan yang berdiri di sebrang taman dengan seorang suster.
“Ya.” Jawab HaNeul.
“Dia cantik.” Komentar Clove.
“Ya anda benar detektif, dia
adalah anak periang dan cantik dan terkenal juga dengan sikapnya yang baik dan
juga pintar.” Jelas HaNeul, tanpa ada tanggapan dari Clove.
“Cloveeeeeeee !!!”
“Suara itu tak asing.”Ujar
Clove.
Eve memeluk Clove dengan erat
sampai membuat badan Clove terasa sakit lagi.
“Lihat apa yang kubawa !” Eve
menyodorkan sebuah kaset.
“Jangan bilang isinya dirimu
yang sedang bernyanyi dan banyak bicara tentang diriku.” Clove menyipitkan
matanya pada Eve.
“EEhhh ?? Tahu darimana kau ?”
Eve terkejut karena Clove sudah mengetahui kejutannya itu.
“Bisa kutebak. Namun terima
kasih.” Clove memasukan kaset itu ke dalam mantelnya.
“Mana Alvin ?” Tanya Eve.
“Dia sedang membeli sesuatu
untuk seseorang yang tidak aku ingin cari tahu.” Jawab Clove datar.
“Ohh begitu…” Eve menghembuskan
nafasnya.
“Ibu periiiiii !!” Teriak
seorang anak yang berlari memeluk Eve.
“Melissa ! senangnya melihatmu
seceria ini.” Kata Eve yang langsung memeluk Melissa.
“AKu juga senang bisa bermain
diluar !” Kata Melissa.
“Hei cantik, apakah kau ingin
tahu tentang malaikat penyelamatmu yang sering aku ceritakan ?” Tanya Eve pada
Melissa.
“Waaahhh apakah dia ada disini !
aku sangat ingin menemuinya !” Teriak Melissa. Clove memandang anak itu curiga.
“Malaikat itu sekarang berada di
belakangmu.” Maksud Eve adalah Clove.
Mata Melissa berubah menjadi
berbinar sebinar kalung yang digunakan Clove, Clove memandang anak itu kosong
seperti pandangannya selalu.
“Wahhhhhh cantik sekali ! cantik
sekali !” Melissa memegang erat tangan Clove.
“Benarkan kataku ?” Eve.
“Benar… Namun dimana sayap yang
kau katakan ? bukankan kau selamat karena terbang ke langit ?” Tanya Melissa
memaksa Clove menjawab.
“Sa.. Sayapku patah, karena
sudah habis masa pemakaiannya.” Itulah jawaban yang terlintas di kepala Clove.
“Jadi bagaimana kau akan
menyelamatkan orang – orang lagi ?” Tanya Melissa,
“Ahh Eve apa yang kaurasuki
padanya ?, aku mempunyai banyak kemampuan Melissa.” Jawab Clove.
“Terima kasih karena telah
menyelamatkanku !” Kata Melissa.
Clove mengangguk. Lalu Eve
memperingati Melissa untuk kembali ke ruangannya karena jam bermainnya sudah
habis.
“Melissa akan sedikit kecewa
karena malaikatnya tidak tersenyum sama sekali.” Ejek Eve.
“Apa yang kau tenamkan pada
Melissa akan membuatnya tidak berfikir kritis Eve.” Clove.
“Nanti saat dewasa juga dia akan
menyadari arti dari malaikat penyelamat kok !”
“Namun karena cerita yang tidak
diketahui ini membuat aku akan dikenang di kehidupannya.” Clove.
“Hah ? aneh sekali.” Kata HaNeul
yang sedari tadi diam.
“AKu adalah detektif yang telah
berurusan dengan banyak pelaku kejahatan, kalian bisa pikirkan bagaimana bila
aku mempunyai keluarga ? Mungkin kalau hanya Eve dan Alvin tidak masalah, namun
Melissa. Aku tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya karena aku.” Jelas Clove.
HaNeul mengangguk.
“Aku tidak merasa ketakutan
menjadi temanmu Clove.” Kata Eve.
“Akupun akan begitu bila menjadi
kau. Karena Alvin.” Kata Clove.
“Bagaimana dengan pacar ?”
“AKu rasa itu tidak mungkin, aku
kan tidak ingin terlalu terlihat oleh masyarakat umum.” Jawab Clove.
“Sahabat ?”
“Cukup kau dan Alvin.”
“Rekan kerja ?”
“Aku bekerja sendiri, dan kadang
Alvin membantuku. Itu cukup.” Jawab Clove.
“Keluarga ?” Tanya Eve.
Clove terdiam mendengar kata
yang selama ini ia hindari. Mendengar kata itu membuat kenangan buruknya
kembali melintas di benaknya. Keluarga ? Apa yang ia miliki dari kata itu ?
Bahkan keluarga kandungnya pun ia tak pernah temui, dan ia berfikir adalah
kutukan yang mengutuknya untuk tidak mempunyai keluarga karena keluarga yang
mengasuhnya sedari kecil juga meninggal dan meninggalkan Clove dengan keluarga
Alvin. Bahkan untuk mengakui keluarga Egerton adalah keluarganyapun sangat
berat karena ia takut kutukannya mendatangi keluarga sahabatnya itu. Bahkan
sejak Eve masuk ke kehidupannya ia merasa hidupnya menjadi lebih rumit lagi
karena ketakutan – ketakutan yang ia bayangkan.
“Clove ? kau kenapa ?” Tanya
Evelyn.
Clove menghembuskan nafasnya
dengan cepat dan tak teratur. “Aku sedikit pusing, aku akan pergi dari sini.”
Clove pergi meninggalkan HaNeul dan Eve.
“Kenapa dengannya ?” Tanya
HaNeul.
“Kenangan lamanya, aku tak
sengata mengatakan tentang keluarganya.” Eve terdiam.
“Sekarang aku mengerti kenapa
sikapnya aneh seperti itu.” Ujar HaNeul.
Clove berjalan gusar, matanya
tak tajam dan seserius sebelumnya. Pandangannya tak menentu, kemampuan
memperhatikan sudut matinya telah mengganggu pikirannya yang sedang kacau ini
untuk berjalan lurus. Tangannya gemetar, kakinya terasa sakit kembali setelah
tak sadar menjatuhkan tongkatnya. Beberapa kali Clove mencoba meraih apapun
yang ada di sampingnya untuk menahan badannya untuk jatuh. Kepalanya sangat
pusing dan ia tak mengerti apa yang terjadi pada hatinya. Kecemasan dan
kenangan masalalunya bertumpuk di kepalanya membuat ia kehilangan
konsentrasinya yang begitu tinggi.
“Nona apakah kau baik – baik
saja ?” Tanya seorang pria seumuran Clove dengan paras yang jelas Tampan.
“Lepaskan.” Clove melepaskan
tangannya dengan paksa dari pria tadi.
“Kau pucat nona.” Kata pria itu
mengingatkan.
“Benarkah ?” Lalu Clove ambruk
ke tanah.
Rumah sakit, 11.12
“Dia menggerakan matanya !” Itu
suara Alvin.
“Ah rumah sakit lagi.” Clove
memegang kepalanya.
“Ada apa denganmu Clove ? jika
ini karena perkataanku tadi maafkan aku.” Ujar Eve.
“Tidak, aku hanya sedang di
keadaan pikiran yang tidak stabil.” Jawab Clove.
“Tadi mukamu pucat sekali
Clove.” Ujar Alvin.
“Apakah aku dibawa kemari oleh
seorang laki – laki berambut hitam ?” Tanya Clove yang masih memeganggi
kepalanya.
“Jadi kau masih ingat padaku
nona.” Laki – laki itu muncul dari sisi yang tidak terlihat.
“Ah iya kau itu yang tadi di
sana kan.” Jari Clove menunjuk pelan kearahnya.
“Ya, namaku Caleb, Caleb
Ellinson.” Caleb menyodorkan tangannya pada Clove.
“Margareth Clove.” Clove
menjabat tangannya.
“Terima kasih sudah
menyelamatkan adikku.” Kata Alvin.
“Tidak masalah.” Kata Caleb.
Bersambung……………
Please diminta comment. kritik dan sarannya :) Thanks for reading ^^ Tunggu edisi selanjutnya yaaaa !!