Welcome text

Don't forget to follow my Blog and you can see me on Twitter @Senadado. Thanks for visiting my Blog :)

Kamis, 12 Desember 2013

Adam Lambert - Better Than I Know Myself


Cold as ice
And more bitter than a december
Winter night
That's how I treated you
And I know that I
I sometimes tend to lose my temper
And I cross the line
Yeah that's the truth

I know it gets hard sometimes
But I could never
Leave your side
No matter what I say

[Chorus:]
Cause if I wanted to go I would have gone by now,
But I really need you near me to
Keep my mind off the edge
If I wanted to leave I would have left by now
But you're the only one that knows me
Better than I know myself

All along
I tried to pretend it didn't matter
If I was alone
But deep down I know
If you were gone
For even a day I wouldn't know which way to turn
Cause I'm lost without you

I know it gets hard sometimes
But I could never
Leave your side
No matter what I say

[Chorus:]
Cause if I wanted to go I would have gone by now,
But I really need you near me to
Keep my mind off the edge
If I wanted to leave I would have left by now
But you're the only one that knows me
Better than I know myself

[Bridge:]
I get kind of dark
Let it go too far
I can be obnoxious at times
But try and see my heart
Cause I need you now
So don't let me down
You're the only thing in this world
I would die without

[Chorus:]
Cause if I wanted to go I would have gone by now,
But I really need you near me to
Keep my mind off the edge
If I wanted to leave I would have left by now
But you're the only one that knows me
Better than I know myself

Cause if I wanted to go I would have gone by now,
But I really need you near me to
Keep my mind off the edge
If I wanted to leave I would have left by now
But you're the only one that knows me
Better than I know myself

Sabtu, 23 November 2013

Ngenes

Hallo semua! udah lama nih ga ngepost lagi hahaha malah baru inget blog ane udah banyak sarang laba-labanya saking ga pernah di cek lol! kebetulan juga kemarin2 pelajaran tik baru aja ngomongin soal blogger..

ok, ceritanya gini. Seperti hari2 biasa ceritanya pulang sekolah aku balik bareng geng aneh sedunia biasanya tuh ada mahluk yang namanya adam, ucup, yose, isa, ndut, jayen, riski, moci, dan ada beberapa orang lagi tapi lupa pokoknya mereka aja yang paling aku inget. Dan! hari ini tuh cuma pulang bareng sama isa, yose, ndut, renfal, widi sama agung dan plus geta -_- gatau kenapa geta suka banget seangkot sama kita padahal dia berantem mulu sama yose -_-

Dan keisengan mereka udah mulai dimulai dari naik angkot dan sepanjang perjalanan. Bagi kalian yang jijik-an harap jangan lanjutin baca, dari yose yang ngomong jorok terus isa yang melakukan hal2 yang stupit sampai ngeributin angkot sama teriakan2 histeris dari aku yang kena zat cair sedikit kental dari mulut dua mahluk luar angkasa (isa yose). Extreme kan seangkot sama mahluk2 itu.

Dan terakhir, aku yang pertama turun karena aku yang paling deket rumhnya dan keisengan si widi yang melakukan hal yang SANGAT KURANG AJAR di depan semua mahluk itu sampe bikin malu apalagi pasti bakal jadi bahan omongan sampe nanti gue gede. Ah sialan guys, widi bercandanya keterlaluan dan sampai gue nge publish ini post ane belum maapin tu si nongnong satu! ah dendam lah.. mudah2an semua mahluk yang ada di angkot tadi ga jadi ilfiel sama gue :| shit.

oke guys, udah segitu dulu hahaha niatnya mau ngepost tentang ubur2 terbesar di dunia tapi malah curhat hahaha oke nanti aku bakal post soal ilmu pengetahuan bebas ya! see ya ;)

dont forget visit my twitter! 
https://twitter.com/Senadado

Rabu, 07 Agustus 2013

Idul Fitri 2013

Assalamualaikum semua !

Oke guys! Gatau blog ane ada yang baca atau engga tapi ada hal yang harus ane sampein sama kalian semua kalau ada yang baca. *ngenes banget T_T

Alhamdullilah selama sebulan ini bulan Ramadhan udah kita lalui dengan berbagai halangan dan rintangan dari mulai temen-teman yang nge-godin sama makanan hmmm sampe emosi sama pacar bahkan keluarga sendiri hahaha...! dari semua itu pasti sedikit atau banyak kita semua belajar inti dan makna dari berpuasa ini. Bagi yang menjalankan pasti ada berkah dan manfaatnya serta diberikan pahala yang setimpal oleh Allah SWT aminnn....

Oleh karena itu dari pribadi saya sendiri mengucapkan mohon maaf lahir dan batin tolong maafkan temanmu ini yang pasti banyak salah dan kelakuan yang emang ga mengenakkan :)

Kenapa aku nge post nya sehari sebelum lebaran? karena well.. kalian juga ngerasain kalau lebaran kita semua boro-boro bisa pegang laptop lama-lama pasti sibuk salam-salaman kan! hahaha tambahan dari ane cuma mari kita berdoa supaya thr tahun ini dilancarkan jalannya kalau bisa diperbanyak nilai rupiahnya...! hahahaha oke segitu saja dari saya sekali lagi maaf atas segala kesalahan yang mungkin saya lakukan secara sengaja maupun yang tidak disengaja :) mari kita semua bersihkan hati yang berdebu di hari yang fitri ini :)

Wassalam :)

Senin, 05 Agustus 2013

The Script – The Man Who Can’t Be Moved



The Script – The Man Who Can’t Be Moved

Going back to the corner where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag, I'm not gonna move
Got some words on cardboard, got your picture in my hand
Saying if you see this girl can you tell her where I am

Some try to hand me money, they don't understand
I'm not broke I'm just a broken hearted man
I know it makes no sense, but what else can I do
How can I move on when I'm still in love with you

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet
And you'd see me waiting for you on the corner of the street

So I'm not moving
I'm not moving

Policeman says son you can't stay here
I said there's someone I'm waiting for if it's a day, a month, a year
Gotta stand my ground even if it rains or snows
If she changes her mind this is the first place she will go

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet
And you see me waiting for you on the corner of the street

So I'm not moving
I'm not moving
I'm not moving
I'm not moving

People talk about the guy
Who's waiting on a girl, oh whoa
There are no holes in his shoes
But a big hole in his world

Maybe I'll get famous as the man who can't be moved
And maybe you won't mean to but you'll see me on the news
And you'll come running to the corner
'Cause you'll know it's just for you

I'm the man who can't be moved
I'm the man who can't be moved

'Cause if one day you wake up and find that you're missing me
And your heart starts to wonder where on this earth I could be
Thinking maybe you'll come back here to the place that we meet
Oh, you see me waiting for you on a corner of the street

So I'm not moving
('Cause if one day you wake up, find that you're missing me)
I'm not moving
(And your heart starts to wonder where on this earth I could be)
I'm not moving
(Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet)
I'm not moving
(Oh, you see me waiting for you on a corner of the street)

Going back to the corner where I first saw you
Gonna camp in my sleeping bag, I'm not gonna move

OKE guys! kenapa saya ngepost lyric lagu ini? karena lihat aja sediri makna dari lyric tersebut.. ya intinya gue udah ngalamin perasaan yang disampaikan dari lagu tersebut selama 5 tahun loh! bilang wow pemirsahhh... hahahahaha

Rabu, 24 April 2013

Clovis Calvert - Kematian Professor Keyton


Clovis Calvert
“Kematian Professor Keyton”

Chapter I, Clove.
Minggu, 9 Mei 2010. London gelap berduka atas kepergian Prof. James Harris Keyton, Seorang jenius fisikawan dan guru besar di Universitas Cambrigde. Sangat banyak karya – karyanya serta penemuan yang telah beliau hasilkan untuk London dan Dunia. Berbagai ucapan berduka cita datang dari berbagai penjuru dunia. Beliau meninggalkan putri tunggalnya, Evelyn Aldercy Keyton. Istri beliau telah meninggal sebelum beliau karena kecelakaan. Kini, London dan Dunia akan sejenak hening karena keperginnya dan akan selalu mengenang karya seorang pelopor sejati ilmuan besar Prof. James Harris Keyton.
Daily London 9 Mei 2010

9 Mei 2010, 01.47 .
Korban tergeletak dikamarnya tepat disamping tempat tidurnya yang tidak tersentuh. Tangan kanannya berada di bawah tempat tidur dan tangan kirinya menjulur dengan jari tengah yang menyentuh jari jempolnya. Tidak ada bau asam pada mulutnya, hanya ada luka tusukan pada jantungnya serta goresan berbentuk “Z” pada dahinya.
                “Benar sekali detektif, kami menemukan surat ini di bawah tempat tidur.” Ucap Aston, polisi setempat yang sudah lama kukenal saat aku meragap sisi pinggir bawah kasur.
                “Terima kasih” Saat kuterima sepucuk kertas itu.
                “Kematian yang mengenaskan untuk seseorang seperti dia” Gumam Alvin di sebelahku.
                “Hmm..” Aku tidak ingin mengomentari
                “Apa itu ?” Dia melihat sepucuk kertas yang kupegang
                “Sebuah kertas” Kataku
                “Bahkan lalat pun tahu itu adalah kertas” Alvin jengkel
                “Sebuah petunjuk” Ucapku datar
                “Untuk siapa ?” Tanyanya
“Kau menemukannya, namun bukan di tempat kau menemukannya. Sama seperti aku menggunakannya, dan kau mungkin akan terjebak. Berhati – hatilah J, jangan biarkan sampai jatuh pada tangan yang Salah.”
                “Untukku.” Clove
                “Untukmu ?” Alvin semakin heran.
                “Kita harus kembali” Kataku seraya meninggalkan Alvin dengan cepat.
                “Terserah saja” Dia berbalik melihat sebentar kearah ruangan lalu mengikutiku.

04.35
                Clove tidak berhenti memandangi kertas kecil itu. Matanya hampir tidak berkedip menunjukan otaknya yang sedang berpikir keras tentang sesuatu.
                “Hey Clove” Panggil Alvin pelan. Namun ia tidak menjawab
                “Clove !” Panggilnya lagi.
                “Ah.. Ada apa ?” Seakan Clove baru tersadar dari bayang – bayang imajinasinya.
                “Apa isi surat tersebut ? mengapa kau yakin itu ditujukan untukmu ?” Selidik Alvin.
                “ Berhati – hatilah J. Jelas ini ditujukan padaku.” Jawab Clove.
                “ J ?” Alvin tak mengerti.
                “Jenius, Junior. Professor menanggilku J di sekolah. Itu panggilan khususnya padaku. Dan dia juga pernah meninggalkan sebuah tugas dengan dominasi J pada soal yang ditujukan padaku. Lalu dia senang saat aku berhasil mengerjakannya.” Pandanggannya lurus tak berarti.
                “Mengapa ia memberikannya padamu ?” Alvin banyak Tanya.
                “Dia ingin aku mengerjakan tugasnya lagi.” Clove.
                “Kasus baru hah ?” Alvin.
                “Tentu.”

10 Mei 2010, 08.09 .
                                Alvin berjalan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Pagi ini ia terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak sama sekali.
                “Uwaah !” Alvin kaget melihat Clove yang masih duduk di tempat dan posisi yang sama dari malam kemarin.
                “Aku berhasil.” Ujar clove tiba – tiba.
                “Kau tidak tidur ?” Alvin tahu jawabannya.
                “Otakku tidak mengizinkannya” Celoteh Clove.
                “Kau mungkin bisa menaruh barang pada kantung matamu Clove.” Ejek Alvin yang melihat iba kantung mata Clove yang berlapis – lapis seperti sarapan yang ia santap sekarang.
                “Percepat sarapanmu, kita harus kembali ke kediaman Professor.” Perintah Clove.
                “Apalagi Clove ?” Bantah Alvin kesal.
                Tanpa berkata apapun Clove menyerahkan beberapa kertas dengan tulisan yang tidak mengenakan untuk dilihat Alvin.

Kediaman Professor Keyton, 09.15 .
                Rumah ini tidak terlihat rapih dan nyaman seperti biasanya. Buku – buku berjatuhan dari lemari, sofa yang habis dikoyakkan oleh benda tajam, pintu – pintu lemari yang tergeletak sangat terlihat lemari – lemari tersebut dibuka dengan paksa. Alvin mengeriyitkan dahinya melihat Clove mengeluarkan ekspresi dari wajanya. Sudah lama Alvin tidak melihat Clove menyerupai manusia. Namun kali ini beda, wajah Clove menunjukan kecurigaan teramat sangat.
                “Ada apa Clove ?” Tanya Alvin.
                “Aku tidak senang melihat sofa itu terkoyak” Matanya mengarah pada sofa merah tua besar di ruang baca.
                “Kenapa ?” Tanya Alvin lagi.
                “Kau menemukannya, namun bukan di tempat kau menemukannya. Dia bermaksud mengatakan kepadaku bahwa aku telah menemukan petunjuk pertama di bawah tempat tidurnya. Sama seperti aku menggunakannya,Ini adalah teka – teki yang sangat sulit kupecahkan, namun aku berhasil. Kalimat kedua bermaksud bahwa aku harus mencari tempat dimana iya menggunakan sesuatu namun bukan pada tempatnya dan kau mungkin akan terjebak. Berhati – hatilah J. Kalimat ini bermaksud agar aku tidak terkena jebakan yang ia buat untuk orang selain aku.” Jelas Clove.
                “Jadi dia memperumit ini semua karena dia tahu hanya kau yang bisa mengerti. Lalu dimana tempatnya ia melakukan sesuatu namun bukan pada tempatnnya ?” Tanya Alvin.
                “Kau menemukannya, Aston mengatakan surat ini ditemukan di bawak tempat tidur. bukan di tempat kau menemukannya, Namun sebenarnya Professor tidak pernah menggunakan tempat tidurnya lagi semenjak ia pindah ke rumah ini, lebih tepatnya saat istrinya meninggal. Sama seperti aku menggunakannya, sama seperti yang aku jelaskan. Ia menyimpan petunjuknya di tempat ia tidur namun bukan di kasur.” Clove
                “Lalu dimana ?” Tanya Alvin tak sabar.
                “Sofa merah itu. Ia menghabiskan waktu tidurnya di ruang baca, seringnya ia tertidur saat membaca. Jadi kemungkinan besar petunjuk kedua ada disana.” Lalu Clove manghampiri Sofa itu. Ia meraba – raba seluruh permukaan pada sofa yang sudah hancur dikoyakkan.
                Namun keberuntungan sedang berada di pihak Clove, si penghancur rumah tidak teliti sehingga ia tidak menemukan petunjuk kedua itu.
                “Got it !” Ujar Clove sambil cepat – cepat membuka kertas tersebut.
                “Apa pesannya ?” Tanya Alvin.
                “Kode” Jawab Clove lurus.
                “Ah lagi – lagi” Ulas Alvin malas.
                “Hmm…. Isi kode ini mengatakan ambil penelitian rahasiaku di bawah Big Ben.” Clove
                “Kalau begitu langsung saja kita kesana !” Ungkap Alvin bersemangat.
                “Lebih baik kita ke rumah dahulu untuk menyimpan ini lalu pergi menuju Big Ben” Kata Clove seraya pergi dengan muka datarnya.
                Alvin mengikutinya dengan perasaan herannya akan sikap Clove. Alvin tahu Clove merencanakan sesuatu.

Pulang 10.43
                “Apa yang kau rencanakan Clove ?” Tanya Alvin yang sedari tadi menahan pertanyaan tersebut.
                “Saat di rumah Professor kita tidak berdua. Seseorang bersembunyi di balik lemari buku yang sangat besar itu” Jawab Clove
                “Bagaimana kau mengetahuinya ?” Alvin penasaran.
                “Saat aku memerhatikan sudut mati di ruangan baca itu dengan seksama, hanya ada satu objek yang bergerak 0,3 milimeter dari tempatnya. Saat itu aku sadar kita ditemani oleh sang penghancur rumah yang belum sempat kabur saat kita masuk kedalam rumah Professor.”
                “Kau bisa memerhatikan sudut mati ?” Setelah hampir setengah hidupnya mengenal Clove, Alvin baru tahu tentang hal ini.
                “Kau juga bisa, hanya harus butuh konsentrasi yang sangat tinggi.” Ujar Clove
                “Pantas pandanganmu sering sekali berdiam pada satu objek namun mulutmu berbicara. Ternyata kau sedang memerhatikan sudut mati.” Kata Alvin
                “Aku tidak menyangka kau baru menyadarinya sekarang” Kata Clove masih dengan pandangannya yang kosong.
                Alvin tidak menjawab, ia terus melanjutkan perhatiannya pada jalanan. Beberapa kali mobil sedan hitamnya menerbangkan daun – daun kering dari sisi jalan. Musim panas ini Clove tidak bisa menghabiskan waktunya dengan Professor Keyton yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Hidup tanpa keluarga sedari kecil, Clove diasuh oleh keluarga besar Calvert dengan bakatnya yang luar biasa untuk berfikir dan mempekirakan apapun. Kini umurnya yang masih belia, 16 tahun ia adalah satu – satunya remaja perempuan muda yang telah dikenal hampir seantero kepolisian Inggris lebih dari Emma Watson karena pemikirannya yang dapat memecahkan kasus besar. Keluarga Calvert menitipkan Clove pada keluarga Egerton tepatnya Clove sekarang tinggal dengan Calvin Egerton, atau Alvin yang merupakan anak sulung dari keluarga Egerton. Awalnya Clove tidak mengerti mengapa ia dititipkan kepada keluarga Egerton, namun setelah penyelidikan yang ia lakukan sendirian, akhirnya ia mengetahui bahwa Ibu angkatnya Caroline Calvert dan Ayah angkatnya Edwin Calvert telah mati dibunuh oleh seseorang yang Clove tidak pernah ceritakan pada siapapun. Jika Alvin bertanya tentang keluarganya, Clove hanya menjawab “Aku lebih baik menyimpan semua ini sampai tubuhku tak bernyawa”. Ada banyak sifat aneh dari Clove yang hanya dimengerti Alvin.

Chapter II, Penjebakan
11.30
                “Apa yang kita lakukan disini Clove ?” Tanya Alvin kesal karena kebingungan oleh perilaku Clove.
                “Menunggu” Jawab Clove tanpa mengalihkan pandangannya dari jam besar Big Ben ikon kota London.
                “Cukup Clove, jelaskan maksudmu padaku” Perintah Alvin
                “Aku menipu si penghancur rumah, sebenarnya tidak ada apa – apa di bawah menara Big Ben. Aku sengaja mengatakan sangat jelas bahwa penelitian rahasia Professor ada disana hanya untuk melihat si penghancur rumah itu. Jadi tugas kita hanya menunggu.” Jelas Clove datar.
                “Tapi ! Apakah harus ditempat seperti ini ?!” Kata Alvin kesal karena baju bermerek yang baru dibelinya basah oleh keringatnya sendiri.
                “Kau bisa menggunakan topiku.” Tawar Clove yang melepaskan topinya dan memakaikannya ke kekepala Alvin.
                “No, wanita lebih membutuhkannya” Alvin mengembalikan topinya kepada si pemilik.
                “Itu dia!” Clove meninggalkan Alvin dengan cepatnya sehingga topinya jatuh ke tanah.
                “Ah dia itu..” Alvin mengejarnya.
                Clove dan Alvin berhenti berlari dan berjalan pelan kearah seorang pria tinggi berambut cokelat yang kelihatan lelah mencari – cari sesuatu. Pria itu mondar – mandir mengelilingi menara Big Ben. Tak salah lagi ialah si penghancur rumah. Pikir Alvin.
                “Bukan, buakn pria itu Alvin” Ucap Clove tiba – tiba.
                “Maksudmu ?” Alvin terkejut.
                “Pria berambut cokelat itu sedang mencari dompetnya yang hilang, orang yang ku maksud adalah, dia.” Mata Clove menunjukan pandangannya kepada seorang perempuan remaja seumurannya yang berpakaian terlalu mencolok dan sangat terlihat sedang mencari – cari sesuatu di bawah menara Big Ben.
                “Evelyn ? Evelyn Adercy Keyton ?” Clove mengabaikan seruan Alvin dan berjalan cepat menghampiri Evelyn.
                “Tidakkah kau mendengarku sebentar saja ?” Alvin menghalangi Clove.
                “Aku belum terlalu yakin tentang Evelyn, namun aku harus memastikannya lebih dekat lagi. Nah sekarang awas” Clove menabrak paksa tubuh Alvin yang kekar.
                “Clove !” Alvin mengejarnya.
                Tanpa basa – basi Clove mendatangi Evelyn tanpa ekspresi apapun pada wajahnya yang mampu membuat siapa saja bingung dan mungkin ketakutan. Lalu Clove mengambil benda seperti sedotan dari sakunya dan meniup benda itu kearah Evelyn yang menjerit kecil karena lehernya tertancap benda kecil yang menyakitkan.
                “Clove ! apa yang kau lakukan ?!” Bentak Alvin seraya menahan badan Evelyn yang jatuh lemas.
                “Cepat bawa dia kerumah !” teriak Clove tanpa ada ekspresi.
                “Bagaimana bisa kau.. Ahh..!” Alvin segera menggendong Evelyn di punggungnya untuk menghindari kerumunan orang yang curiga, lalu ia segera berjalan dengan cepat menuju sedan hitamnya diikuti dengan Clove yang berjalan santai dibelakangnya.

13.14
                Alvin meletakan badan Evelyn dengan susah payah di sofa. Wajahnya memerah karena kepanasan sekaligus kesal. Clove meletakan tas kecilnya dan berjalan menuju Alvin yang membara.
                “Maafkan aku” Clove memegang kedua pipi Alvin dan ia tersenyum namun masih dengan mata yang kosong. Lalu ia melepaskan tangannya.
                “Kau mengeluarkan jurus ampuhmu” Kata Alvin yang sudah tidak bisa berbuat apa – apa walau dirinya sangat kesal pada Clove.
                “Hey nona.. Bangun” Dia menggerakan sebagian tubuh Evelyn dengan jari telunjuknya.
                “Dia tidak akan bangun Clove. Kau membiusnya, ingat ?” Jelas Alvin
                “Aku pernah dibius dengan bius yang sama dengan yang aku berikan padanya, namun aku masih sadar dan hanya lemas tidak bisa bergerak. Tak kusangka dia akan tumbang seperti ini.” Sanggah Clove.
                Alvin hanya bisa menepuk keningnnya mendengar ocehan Clove yang sangat kurang ajar namun masuk akal. Alvin tidak tahu harus berbuat apa kepada Clove. Sebenarnya Alvin sangat menyayangi Clove seperti adiknya sendiri sehingga kerap kali ia menahan emosinya agar tidak menyakiti perasaan Clove. Namun sepengetahuan Alvin, Clove seperti manusia tanpa perasaan. Pernah saat Alvin tertabrak gerobak super market dan kakinya mengeluarkan darah seperti keran air, Clove hanya memandangnya dingin dan berjalan pelan kearah kasir dan mengatakan “Tolong bantuannya, di bagian makanan ringan ada seorang laki – laki tertabrak keranjang berjalan.” Tentu sang kasir tidak percaya karena wajahnya yang datar dan perkataannya tentang keranjang berjalan yang tidak dimengerti. Namun akhirnya Alvin tetap selamat walau 30% darahnya keluar dari tubuhnya.

19.12
                “Dimana aku ?” Ucap Evelyn yang memegangi kepalanya yang pusing.
                “Halo” Sapa Clove.
                “Waa.!!” Teriak Evelyn kaget melihat gadis tanpa ekspresi yang tadi membiusnya.
                “Alvin bawakan segelas air mineral untuk Evelyn !” Teriak Clove pada Alvin yang sedang memasak di dapur.
                “Apakah dia sudah sadar ?” Balas teriakkan Alvin dari dapur namun Clove enggan menjawabnya.
                “Dimana aku ? Siapa kau ? Mengapa aku disini ? Apakah kau menculikku ? Mengapa kepalaku pusing sekali ?” Tanya Evelyn.
                “Dirumahku. Clove. Kau pingsan. Tidak. Kau baru saja terbius.” Jawab Clove
                “Apa ? apa kau bilang ?” Kata Evelyn yang kebingungan mencerna jawaban dari Clove.
                “Kau bertanya. Aku menjawab.” Ujar Clove.
                “Abaikan dia nona Keyton, kau pingsan karena terbius lalu kami membawamu kesini untuk suatu keperluan. Ini minumlah agar menghilangkan pusingmu.” Kata Alvin sambil menjulurkan segelas air mineral kepada Evelyn.
                “Terima kasih” Jawab Evelyn yang langsung meneguk airnya sampai habis.
                “Maafkan atas kelakuan adikku yang sembarangan nona. Saya Calvin Egeton panggil saja Alvin.” Kata Alvin seraya menjulurkan tangannya
                “Aku Clovis Calvert.” Singkir Clove dari tangan Alvin. Lalu Clove dan Evelyn berjabat tangan.
                “Aku Evelyn, Evelyn Aldercy Keyton panggil saja Eve.” Balas Eve.
                “Halo Eve. Sebelumnya aku turut berduka cita atas Prof.Keyton. Dan juga maksud aku membawamu kemari untuk menanyakanmu sesuatu.” Jelas Clove.
                “Langsung saja Clovis.” Ujar Eve tak ramah.
                “Apa yang kau cari dirumah ayahmu ? mengapa kau memporak porandakan kediaman ayahmu ?” Tanya Clove serius.
                “Mengapa kau menuduhku melakukannya ?” Tanya Eve sinis.
                “Kau mengunakan parfum yang sama saat bersembunyi di balik lemari dan saat di menara Big Ben.” Jawab Clove.
                “Hah ?”
                “Katakan apa yang kau cari ?” Tanya Clove
                “Aku tidak mencari apapun” Eve meyakinkan Clove.
                “Bicaralah. Kami ada dipihakmu.” Alvin membantu.
                “Aku tidak mencari apapun.” Ungkap Eve.
                Clove hanya duduk dan menggigit kukunya dengan gemas. Ia tahu sejak bercakap dengan Eve, Eve bukanlah orang yang ramah. Ia membuktikannya dengan Eve yang langsung memanggilnya Clovis tidak dengan nona atau semacamnya. Clove juga tahu, bahkan Alvin juga tahu bahwa Evelyn berbohong tentang ‘tidak melakukan apapun’ jelas dari jawabannya itu Eve tahu bahwa rumah Prof.Keyton sudah hancur berantakan. Dan juga sikapnya yang langsung meyakinkan bahwa ia tidak melakukan apapun tanpa ada penekanan dari pihak Clove dan Alvin.
                “Aku akan membiusnya lagi.” Ujar Clove yang segera mengeluarkan alat pembiusnya. Lalu tanpa ragu ia melepaskan biusnya kearah Eve.
                “Ehhh?!” Eve kaget.
                “Apa yang kau lakukan Clove ?!” Alvin berusaha melindungi Eve, dan benar saja malah lengan Alvin yang tertancap benda kecil menggelikan itu. Seketika itupun Alvin ambruk ke lantai.
                Clove hanya memandang lurus Eve.
                “Kau membuat Alvin mati Eve.” Tukas Clove yang sekarang memegang kepala Alvin.
                “A… Apa ? Tidak mungkin. Bagaimana bisa kau membunuh kakakmu dengan mudahnya ?” Eve Syok.
                “Seharusnya kau mengganti kalimatmu menjadi bagaimana bisa kau membunuhku dengan mudahnya. Karena targetku bukan Alvin. Oohh… Alvin yang malang, habislah hidupmu melindungi pembohong..” Kata Clove datar.
                “Hah ? bagaimana bisa kau dengan mudahnya mengatakan hal itu !” Bentak Eve. Clove memandang Eve terdiam.
                “Ini kesempatan terakhirmu. Kau telah membuatku kesal karena membuatku membunuh kakakku sendiri. Sekarang katakan, apa yang kau cari di dirumah ayahmu ?” Desak Clove.
                “Baiklah ! Tapi kau harus berjanji untuk tidak membunuhku !” Ucap Eve.
                “Deal” Clove.
                “Aku mencari sebuah barang, Kunci ! aku mencari sebuah kunci laboratorium ayahku.” Ujar Eve.
                “Untuk apa kau mencari kunci itu ?” Tanya Clove yang sudah mulai tenang dengan duduk manis di depan sofa Eve.
                “Aku ingin mengambil sebuah vaksin. Entah vaksin apa aku tidak mengerti tentang itu, namun yang pasti vaksin itu adalah vaksin untuk melindungi tubuh dari penyakit yang sedang tersebar di Vietnam.” Jelas Eve.
                Clove duduk terdiam memandangi perapian yang menyala – nyala. Pikirannya mengatakan hal lain. Mengapa semudah ini ia mendapatkan apa yang ia cari ? sedangkan petunjuk kedua saja belum ia mengerti ? Alvin adalah seorang ilmuan. Dulu. Dia mungkin bisa membantu jika ia sadar. Segera Clove bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Eve dan Alvin di ruang perapian.
                “Dimana Alvin meletakkan benda itu ?” Clove berusaha mencari penawar bius yang ia suntikan pada tubuh Alvin. Clove tidak mungkin membunuhnya.
                Clove menelusuri semua sudut rumah dan akhirnya menemukan penawar itu.
                “Hey ! apa yang kau lakukan!” Tanya Eve yang kaget melihat Clove datang dan langsung menusukan Alvin dengan jarum suntik yang lumayan besar.
                “Aku memberikannya nyawa” Jawab Clove datar.
                Eve hanya melongo melihat seorang wanita remaja yang sadis seperti Clove. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
                “Uhukk!!” Alvin terbatuk.
                “Alvin” Clove memeluk Alvin tanpa ekspresi. Dan segera melepaskannya lagi.
                “Jangan bilang kau memberikannya padaku.” Curiga Alvin.
                “I Already did it” Kata Clove polos.
                “Oh tidak Cloveeee!!!” Kata Alvin ambruk.
                “Jangan marah padaku” Clove mengarahkan pandangannya pada Eve.
                “Ah.., maafkan aku Alvin.” Iya turun dari sofa dan memegang tangan Alvin.
                “Tidak Evelyn, kau tidak salah.” Bela Alvin dengan tatapan tajam kearah mata polos Clove.
                “Evelyn” Panggil Clove.
                “Apa ?” Jawab Eve.
                “Apa nama vaksin yang kau ceritakan tadi ?” Tanya Clove.
                “CC-10” Jawab Eve.
                Lagi – lagi Clove terdiam dan kembali memandang perapian dengan pandangan tak berartinya. Ia masih belum mendapatkan jalan untuk pikirannya pada keterkaitan masalah ini dengan kematian Professor Keyton. Get out get out geat out of my head..Ringtone sebuah ponsel yang bukan berasal dari ponsel milik Clove atau Alvin berbunyi menyanyikan lagu One Direction. Segera Eve mengangkatnya.
                “Halo ?” Angkat Eve lalu ia terdiam sebentar.
                “APA ?! DANIEL RADCLIFFE DATANG KE SEKOLAH ? KAU TIDAK BERBOHONG KAN !” Teriak Eve pada si penelepon yang sontak mengalihkan Alvin dan Clove untuk memerhatikan sikap gadis labil ini.
                “Please, bisakah salah satu dari kalian mengantarkanku kesekolah ? aku mohon.. aku tahu ini tidak wajar namun ada sesuatu yang penting disana !!” Mohon Eve dengan mata birunya yang menjadi mata kucing.
                “Hmm….” Clove berfikir sangat lama sambil menggsek gesek dagunya.
                “Aku akan mengantarnya” Kata Alvin seraya berdiri dan pergi mencari kunci mobil.
                “Tapi efek dari penawar itu…” Teriak Clove.
                “Tak apa, aku tidak akan mati dengan rasa demam yang kualami.” Jawab Alvin.

Chapter III, Evelyn
Sekolah Eve, 21.43
                “Evelyn !” Teriak seorang wanita dari kejauhan.
                “Sam !” Jawab Eve yang langsung memeluk wanita yang diketahui bernama Sam itu.
                “Hey apa benar yang kau bilang itu ! dimana dia sekarang ?” Desak Eve pada Sam.
                “Apa kau percaya ? sekarang ia sedang menunggu seseorang di depan ruang musik ! kita harap saja agar dia tidak menunggu Emily !” Tukas Sam dengan nada suara yang naik turun.
                “Aku akan menembaknya jika benar itu terjadi !” Teriak Eve.
                “Kau tidak akan melakukan itu kan ? itu melanggar hukum.” Kata Alvin tiba – tiba.
                “Hei siapa ini Eve ? Aaaa… Apakah dia pacarmu ?” Ujar Sam.
                “Eehh?” Alvin bingung.
                “Wow kau sangat hebat Eve ! kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kau sudah mempunyai pacar ? dasar kau jahat” Hardik Sam pada Eve yang kesal sekaligus kagum melihat Alvin.
                “Dia bukan pacarku Sam” Sangkal Eve.
                “Ya kami tidak ada hubungan apapun.” Tambah Alvin.
                “Aaaahh… Kalau begitu kau masih single ?”  Tanya Sam pada Alvin.
                “Ya. Tentu.” Jawab Alvin.
                “Kalau begitu kau jadi pacarku saja yah !” Sontak Sam membuat Alvin kaget setemgah mati. Baru kali ini dia berkecimpung di dunia percintaan.
                “Eeehh ?”  Ucap Alvin.
                “Hey apa yang kau lakukan, lepaskan tanganmu !” Paksa Eve melepaskan tangan Sam dari lengan Alvin.
                “Kau cemburu yah…” Sam memicingkan matanya.
                “Apa – apaan sih kamu ?” Delek Eve.
                “Kalau begitu katakan apa hubunganmu dengannya ?!” Paksa Sam.
                “Teman.” Ucap Eve.
                “Ahh matamu mengatakan kejujuran” Akhirnya Sam menyerah.
                “Alvin, terima kasih atas tumpangannya. Maaf temanku berlebihan” Kata Eve.
                “Tidak, sama sekali tidak masalah Eve.” Jawab Alvin manis.
                “Kalau begitu aku akan pergi” Ujar Eve.
                “Baiklah.” Alvin mengangguk
                Lalu kedua gadis itupun perlahan pergi, Alvin masih terdiam di posisinya memerhatikan Eve yang mulai berhimpit dengan gadis lainnya. Ia memprediksi bahwa Eve akan pingsan lagi malam ini jika ia pergi saat itu juga.
                “Itu.. Itu !! Itu Daniel !!!!” Teriak para kerumunan anak perempuan dari kejauhan yang berusaha menyerbu aktor tampan itu. Namun tidak dengan Eve, ia terdiam. Memegangi dadanya, lalu jatuh ketanah.
                “Eve ! Evelyn !” Teriak beberapa perempuan berusaha menyadarkan Eve.
                “Eve.. Bangun Eve” Suara Alvin yang membuat semua perempuan terdiam menatap kagum pria itu.
                “Aaaaa….” Suara – suara perempuan remaja yang kagum melihat Alvin.
                “Sam, siapa itu ?” Tanya seorang perempuan pada Sam.
                “Dia pacarnya Eve.” Jawab Sam.
                “Hah ?! tampan sekali !” Perempuan itu kaget.
                “Wahh dia menggendongnya !” Teriak salah seorang perempuan dalam kerumunan.

Rumah Sakit, 11 Mei 2010. 00.01
                Eve perlahan mengedipkan matanya yang sayu. Ia masih merasakan jantungnya yang sakit dan kepalanya yang pusing setengah mati. Dari kejauhan terlihat sesosok laki – laki tinggi yang tak asing baginya. Itu Alvin.
                “Uhh.. Dimana aku ?” Tanya Eve kepada siapapun yang mendengarnya.
                “Perkataan yang sama setiap kau sadar dari pingsanmu.” Jawab Alvin.
                “Alvin ? mengapa bajumu penuh darah ?” Tanya Eve kaget.
                “Kau pingsan di kerumunan saat Daniel datang bersama wanita berambut cokelat. Dan kau mimisan saat kubawa kau ke mobil.” Alvin.
                “Ah.. Lagi – lagi aku membuatmu susah maafkan aku Alvin !” Pinta Eve dengan sangat.
                “Tak apa, lagipula sudah lama hidupku berjalan seperti itu – itu saja. Aku cukup senang atas apa yang tejadi saat ini.” Alvin tersenyum.
                “Eh ? apakah aku berada rumah sakit ?” Tanya Eve.
                “Ya. Oh, tadi temanmu sempat menunggumu disini namun kuantar pulang karena terlalu malam.” Ulas Alvin.
                “Sam ? ah pasti akan terjadi wabah gossip disekolah” Eve menepuk kepalanya sendiri.
                “Sudah kukira. Apakah kau bisa menanganinya ? Jika tidak aku akan membantumu.” Ujar Alvin yang membuat Eve jantungnya sakit lagi.
                “A..A..Ahh… Tidak tidak ! kau tidak usah melakukan apapun, ini semua karena aku juga. Tidak apa – apa.” Sangkal Eve.
                “Baiklah kalau begitu.. Apa kau membutuhkan sesuatu ? mau susu hangat ? aku akan membelikannya keluar” Kata Alvin yang gelagatnya gugup.
                “O.. Oke boleh” Eve.                     
                Alvin keluar dari ruangan itu berjalan dengan pikiran kosong. Melewati dinding – dinding pucat rumah sakit yang sunyi, seperti hatinya sekarang yang blank karena perasaan yang ia sendiri tak mengerti. Melihat Evelyn tidak seperti melihat Clove. Rasanya aneh, padahal baru beberapa jam bersama Eve. Muncul suatu pikiran di benak Alvin namun ia menyangkalnya.
                Symphoni Beethoven terdengar memantul dari sudut ruangan ke sudut ruangan, ponsel Alvin berbunyi dan tidak lain Clove lah yang menelepon.
                “Alvin” Ujar Clove.
                “Clove” Balas Alvin.
                “Dimana kau sekarang ?” Tanya Clove.
                “Aku tahu aku terlalu malam, namun aku bisa jelaskan semuanya. Jadi saat aku..” Belum selesai Alvin bicara,
                “Apakah kau sedang bersama Eve ?” Potong Clove.
                “Tadinya, namun sekarang aku sedang keluar untuk..”
                “Kembali padanya ! Cepat bawa ia kemari !” Teriak Clove di ponsel.
                “Ada apa ?!” Alvin syok.
                Tut..Tut..Tut..Tut..
                Alvin segera berlari menuju ruangan Eve. Tak henti – hentinya ia berfikir apa yang sedang terjadi, tiba – tiba hidupnya menjadi seasik ini.
                “Eve !” Teriak Alvin saat membuka pintu ruangan itu. Namun Eve tidak disana lagi. Ia sadar ia terlambat.

02.00
                “Bagaimana bisa kesempatan itu hilang keseperkian detik darimu Alvin?” Kata Clove kesal. Walaupun itu tidak tampak diwajahnya namun Alvin mengetahuinya.
                “Maafkan aku Clove. Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi.” Ulas Alvin lemas.
                “Ini bukan salahmu Alvin, ini salahku. Aku terlambat membaca petunjuk kedua dari Professor.” Bela Clove.
                “Kau sudah mengerti tentang isi petunjuk tersebut ?” Tanya Alvin.
                “Ya. Ingin ku jelaskan ?” Tawar Clove.
                “Tentu.” Terima Alvin.
                “Pada petunjuk kedua yang kita temukan di rumah professor, petunjuk itu mengatakan,
Selamatkan dahiku, lalu cepat menuju satu tanganku !
awalnya aku tak mengerti namun aku tersadar untuk kembali memilah memoriku. Aku melihat dokumentasi  kematian Professor. Pada dahinya tergores luka berhuruf “Z” dan aku langsung tersadar bahwa Evelyn menyukai Harry Potter. Saat dia berteriak di telepon harusnya aku tahu. Itu kesalahan pertamaku. Lalu petunjuk yang mengatakan ‘lalu cepat menuju satu tanganku’ aku melihat jari tangan sebelah kiri professor berbentuk seperti patung budha yang pernah kulihat. Pertanyaannya, apakah aku harus berkunjung ke setiap klenteng ? atau apakah aku harus membaca setaip artikel entang budha ? atau aku harus menjadi orang budha ? namun aku sadar. Eve adalah kuncinya. Professor selalu mengajariku untuk mengerjakan sesuatu dari awal. Apapun itu.” Jelas Clove panjang lebar.
                “Aku benar – benar sangat menyesal telah meninggalkannya demi sebuah susu.” Ujar Alvin yang menundukan kepalanya.
                “Jatuh cinta adahal hal terumit yang akan kau alami Alvin” Kata Clove sambil pergi meninggalkan Alvin yang memandangnya heran.

Chapter IV, Love
12 Mei 2010,08.09
                “You wake up early morning Alvin” Kata Clove tiba – tiba.
                “Kau selalu mengejutkan pagiku Clove” Ujar Alvin yang sudah tidak kaget lagi melihat Clove tidak berubah posisi sedari malam.
                “Tadi subuh tidak tahu mengapa bintang – bintang bermunculan lalu menghilang lagi.” Kata Clove.
                “Mereka ingin menunjukanmu bahwa mereka merindukanmu.” Ujar Alvin
                “Apa yang ada di benakmu tentang aku dan bintang ?” Clove menatap Alvin.
                “Kau sama berharganya dengan bintang jika aku memiliki bintang di bumi ini.” Alvin.
                “Kau sama berharganya dengan kakakku jika ia masih hidup sekarang ini.” Clove tak pernah sesungguh ini mengatakan hal diluar kasusnya.
                “Tidurku sangat tidak nyenyak kemarin malam.” Curhat Alvin.
                “Aku dapat melihatnya, rambutnya 3,33333 kali lebih berantakan dari biasanya. Itu menjunjukan pergerakanmu yang lebih dari biasanya malam tadi. Kau resah, aku tahu itu.” Clove menyandarkan dagunya di kedua tanggannya yang menyikut di atas meja menghadap Alvin.
                “Berhenti menatapku seperti itu Clove” Alvin memalingkan wajahnya.
                “Kau..” Clove memiringkan wajahnya.
                “Tidak Clove ini tidak seperti yang kau perkirakan.” Alvin berusaha menyangkal.
                “Jatuh cinta.” Clove.
                “Tidak!” Bantah Alvin.
                “Kau baru saja membuktikannya.” Ucap Clove dengan mata yang kosong.
                “Ada apa denganmu” Mata Alvin memicing kepada Clove dan ia berdiri untuk mengambil sepotong Ice Cream.
                “Pagi – pagi menu sarapanmu Ice Cream. Sepertinya kau ilmuan yang bodoh.” Hardik Clove.
                “Kalau begitu buatkanlah aku omelet.” Perintah Alvin.
                “Kau mengejekku ?” Clove menatap Alvin dengan seksama.
                “Ahahaha aku lupa kau tidak pandai memasak. Eh, tidak bisa. Hahaha ! kepalaku cukup pusing untuk membuatkan sarapan untukmu maaf ya.” Ujar Alvin.
                “Hey katakana kepadaku” Pinta Clove.
                “Apa ?”
                “Bagaimana rasanya jatuh cinta ?” Lagi – lagi Clove membuat Alvin bingung.
                “Entahlah, kau baru akan merasakannya jika bertemu pria yang tepat. Namun untukku, cinta dimulai dari hal – hal yang kecil. Bahkan sangat kecil. Namun tatapan mata atau senyuman saja sudah cukup membuatmu bahagia dan hidup lebih lama.” Jelas Alvin.
                “Cinta bisa memperpanjang umur ?” Tanya Clove.
                “Tergantung” Alvin melahap semua Ice Creamnya.
                “POS!”  Teriak seorang pria dari luar rumah.
                “Dengan nona Colvis ?” Tanya si tukang pos.
                “Bukan, aku anaknya. Ibuku sedang ada seminar, Ada perlu apa ?” Tanya Clove sok manis.
                “Ada paket untuk ibumu.” Jawab si tukang pos.
                “Biar aku yang terima !” Ungkap Clove semangat lalu menandatangani paket tersebut dengan mudahnya.
                “Terimakasih nona” Kata pria tersebut.
                “Sama – sama !” Brukk ! Clove menutup pintunya dengan cepat dan berlari ke dapur.
                “Apa itu ?!” Alvin setengah kaget dan hampir menyemburkan juice jeruknya kea rah Clove.
                “Sebuah petunjuk keberadaan Eve !” Kata Clove bersemangat.
                “Kau belum membukanya” Kata Alvin heran.
                “Pikir saja, kita mempunyai kotak surat di depan rumah. Mengapa paket ini sebegitu khususnya sehingga harus aku tanda tangani ? memang tidak ada yang aneh. Namun tukang pos tadi menggunakan parfum Channel no 5. Apakah tukang pos tersebut mantan CEO ?” Jelas Clove sambil membuka isi paket yang telah ia sensor dengan sensor bom.
                “Tentu saja !” Alvin baru sadar.
                “Uhh.. Menarik” Kata Clove setelah melihat secarik kertas yang penuh dengan angka – angka.
                “Jauhkan benda itu dariku” Ejek Alvin.

19.17
                “Dimana kau sembunyikan vaksinnya !” Bentar seorang pria dihadapan Eve.
                “Aku tidak tahu ! Sungguh aku tidak tahu !” Jawab Eve jujur.
Plakkk sebuah tamparan keras mendarat di pipi Eve. Eve menangis.
                “Untuk apa melindungi vaksin itu ? tidak ada gunanya juga untukmu ?” Kata seorag wanita 30 tahun-nan yang mendorong kepala Eve dengan telunjuknya sampai kebelakang.
                “Aku tidak melindungi apapun, aku tidak mengerti apapun !” Bentak Eve.
                “Mungkin dia berkata jujur bos” Ungkap salah seorang pria kekar.
                “Kau benar, perempuan bodoh ini tidak tahu apapun tentang vaksin itu.” Kata si wanita menyeramkan itu.

13 Mei 2010, 04.00
                “Alvin.. Alvin..” Clove menggoyangkan badan Alvin yang tertidur di sofa dengan perlahan.
                “Clove ! bagaimana apakah kau berhasil mengerjakannya ?” Alvin memegang tanganku.
Clove mengganguk.
                “Oh syukurlah..” Alvin menghempaskan badannya kembali ke sofa.
                “Cukup sulit, namun aku berhasil. Akan kujelaskan nanti sekarang kita harus ke Pelabuhan Tilbury.” Ucap Clove.
                “Lalu tunggu apa lagi ayo kita berangkat !” Sontak Alvin berdiri dengan semangat.

Pelabuhan Tilbury, 06.00
                “Which one ?” Tanya Alvin yang melihat beratus – ratus container box di pelabuhan.
                “Surat itu berkata, keenam.” Desis Clove.
                “Apa ?” Alvin kebingungan.
                “Kita cari setiap sudut blok 6A, 6B, 6C dan seterusnya. Perkiraanku dia ada di blok 6F karena F merupakan Alfabet ke-6.” Lalu Clove mencari blok 6F.
                6A… 6B… 6C… 6D… 6E…
                “6F !” Teriak Alvin.
                “Alvin aku mohon untuk tidak membuat gerakan apapun. Tetap diam dibelakangku, aku akan mengamati sudut mati di sepanjang blok ini.” Ujar Clove.
                “Hah ? mana mungkin ?” Tukas Alvin yang melihat kira – kira 500 meter jarak pandang yang akan Clove amati.
                ………………………………………………………………………………………………………………………………
                Clove menutup matanya perlahan.. Menghirup nafas panjang dan mengumpulkan konsentrasinya dengan penuh lalu iya membuka matanya dengan cepat. Angin yang berhembus, tikus yang berlari, segerombol burung berterbangan diatas gerbong 6E12, suara nafas Alvin, decak air sungai, suara besi yang diangkat, cerobong asap kapal laut, semut yang berada di ujung kaki Clove
                “Ketemu !” Teriak Clove yang segera berlari sembari mengeluaran sedotan biusnya itu.
                “Hei ! tunggu aku !” Alvin baru menyadari bahwa Clove bisa berlari begitu cepat melebihi dirinya.
                Brakkk ! Clove mendobrak paksa pintu container 6E36. Dengan cepat dan tepat iya menembakan bius dari sedotannya ke setiap leher pria – pria berotot di container itu terkecuali  Evelyn yang terikat. Clove tak menyangka akan semudah ini baginya.
                “Clove awas !” Teriak Alvin. Lalu seorang pria kekar yang belum terkena efek bius Clove memukul Clove dengan sangat keras di kaki kirinya.
                Wajah Clove sama sekali tidak menunjukan kesakitan. Hanya beberapa kali dia mengigit bibirnya. Namun pria tadi cepat lambat terkena efek biusan Clove.
                “Itu sakit.” Komentar Clove.
                “Clove.. Gerakanmu sangat cepat”Ungkap Alvin kagum
                “Cepat bawa Eve pergi. Aku akan diam disini sampai si pemimpin datang.” Suruh Clove.
                “Hah ? ini tidak seperti rencana awal. Kita kan sudah bisa menyelamatkan Eve ?” Seruak Alvin tak setuju.
                “Ini yang mereka inginkan Alvin.” Ujar Clove.
                “Itu membahayakan Clove ! Mari pulang denganku !” Ajak Alvin.
                “Alvin. Tenang saja aku punya rencana. Jika aku tidak menemukannya sekarang, mungkin besok dan selanjutnya akan terus jatuh korban.” Ujar Clove.
                Alvin memegang tubuh Eve yang pingsan dengan keras. Ia tak tahu apakah ia harus tinggal untuk membantu Clove atau segera menyelamatkan Eve. Di satu sisi ia senang karena baru saja menyelamatkan Eve, namun hatinya tidak bisa menerima bahwa Clove akan di posisi berbahaya. Namun Alvin harus berpikir cepat karena tidak banyak waktu yang tersisa. Mungkin si pemimpin komplotan ini dengan setengah lusin pasukannya telah berjalan setengah perjalanan kesini. Dan Alvin pun memutuskan, ia menaruh Eve di tanah dengan pelan.
                “Kau harus berjanji kau akan kembali.” Peluk Alvin pada Clove.
                “Kau tak usah khawatirkan itu. Mereka dari awal sudah merencanakan ini. Aku tahu harus berbuat apa.” Ungkap Clove menenangkan.
                “Apakah aku harus memanggilkan polisi untukmu ?” Tanya Alvin.
                “Hmmm… Suruh Aston saja menungguku di The Shard besok pukul 00.00.” Perintah Clove.
                “Hah ? Ehm.. Baiklah.” Ujar Alvin.
                “Ingat, setelah kau sampai dirumah untuk sementara jangan dulu pergi keluar rumah sampai aku datang. Eve juga.” Clove memandang Alvin kosong.
                “Baiklah Clove. Jaga dirimu.” Ujar Calvin, lalu dia pergi dengan tubuh Eve yang tak berdaya.
                “Kau menang, kau sudah memperdayakan perasaan Alvin pada Eve. Apa yang bisa kuperbuat untuk membuat Alvin tenang ? Sekarang keluarlah.” Kata Clove
                “Well.. Kau jeli juga Clovis” Ujas seorang wanita yang berwajah bengis.
                “Aku sudah mengikuti apa yang kau inginkan. Sekarang katakana apa maumu ?” Tanya Clove.
                “CC-10” Kata wanita itu.
                “Vaksin itu ? Ahh kau akan kecewa, aku sama sekali tidak tahu dimana vaksin itu. Bahkan akupun sedang mencarinya.” Kata Clove sambil menyenderkan punggungnya ke senderan bangku.
                “Kau tahu apa akibatnya jika berbohong ?” Tanya wanita itu.
                “Percuma jika kau ingin membunuhku. Yang ada kesempatanmu mencari vaksin itu akan semakin sempit.” Clove
                “Bagaimana bisa ?” Wanita itu memincingkan matanya kepada Clove.
Clove menatapnya kosong.
                “Akui saja, aku 34% lebih pintar darimu. Cepat atau lambat kesempatan untuk menemukan vaksin itu lebih besar pada pihakku daripada pihakmu. Sekalipun kau membunuhku, Alvin, atau Evelyn. Kau akan benar – benar kehilangan jejak.” Jelas Clove.
Wanita ini menapakan muka tidak mengerti.
                “Ah begitu saja sudah tidak mengerti.” Ejek Clove.
                Lalu si wanita berwajah bengis itu memukul kepala Clove sampai tak sadarkan diri.

Chapter V, Drama
16.31
                Melodi – melodi dari tuts piano terdengar mengerikan. Seperti lagu kematian yang menghampiri Clove. Clove mulai membuka matanya dan sesegera mungkin membuat dirinya tersadar. Lengannya  sakit dan kakinya mulai kehilangan rasa, dia kaku di kedua kakinya. Saat ia sadar, kondisinya sedang tergantung di atas pemakaman yang berlubang siap untuk diisi oleh mayat. Clove tersadar bahwa ia sedang diikat gantung di pemakaman. Kondisinya sangat mengkhawatirkan. Tangan Clove tidak bisa meraih apapun.
                “Kau lumayan kuat Clovis. Aku pernah menggantung pria sepertimu namun ia sudah mati hanya dalam jangka watu 4 jam.” Ucap seorang pria dari arah belakang.
                “Daripada membuang sisa hidupmu lebih baik kau mengatakan dimana vaksin itu berada.” Ungkap wanita tadi.
                Clove sudah benar – benar pucat dan lemas dengan posisi seperti itu.
                “Sudah kukatakan padamu aku tidak tahu dimana Vaksin itu berada !” Teriak Clove
                “Keras kepala, Desiree nyalakan perekamnya.” Perintah laki – laki itu pada si perempuan bengis bernama Desiree.
               
Sebelumnya, 15.00
                “Uhh..” Eve mendesis kesakitan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
                “Evelyn ! Syukurlah kau sudah sadar. Bagaimana jantungmu ? apakah masih terasa sakit ?” Tanya Alvin Khawatir.
                “Darimana kau tahu tentang jantungku ?” Delik Eve.
                “Semenjak kejadian di sekolahmu, pihak rumah sakit memberi tahu semuanya tentang jantungmu.  Namun bagaimana sekarang ?” Tanya Alvin memaksa
                “Sudah baikan..” Kata Eve sambil memegang dadanya.
                “Aku sangat menyesal meningglakanmu waktu itu. Maafkan aku.” Pinta Alvin.
                “Ini bukan salahmu Alvin, kau selalu minta maaf.” Ujar Eve.
                “Baiklah.” Alvin.
                “Alvin.. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Kata Eve.
                “Silahkan” Alvin.
                “Apakah Clovis itu benar – benar adikmu ? Nama belakang kalian berbeda, Clovis Calvert dan kau Calvin Egerton ? Bahkan wajah kalian tidak mirip sama sekali. Maaf jika aku tidak sopan.” Tanya Eve.
                “Tidak, dia bukan adikku. Keluarganya menitipkan dia pada keluargaku karena suatu keadaan. Namun sudah sangat lama aku mengenalnya hingga begitu dekat. Aku menyayanginya lebih dari apapun. Layaknya adik kandungku sendiri.” Jawab Alvin dengan wajah yang murung.
                “Ohh.. begitu.. Kalau boleh tahu, kemana keluarganya ?” Tanya Eve lagi.
                “Clove melarangku memperbincangkan tentang keluarganya kepada siapapun. Bahakan ia sendiri belum pernah menceritakan secara rinci tentang keluarganya.” Jawab Alvin.
                “Maaf.” Kata Eve.
                “Tidak apa – apa. Bila aku berada di posisimu aku juga akan menanyakan hal yang sama.” Ujar Alvin.
                “Dan aku masih penasaran berapa umur Clovis sebenarnya ?” Tanya Eve.
                “16 tahun” Jawab Alvin.
                “Hah ? dia lebih muda dariku ?” Jelas Eve takpercaya.
                “Berapa umurmu ?” Tanya Alvin
                “17 tahun” Jawab Eve.
                “Masa – masa yang indah.” Jawab Alvin.
                “Tidak juga, aku menghabiskan waktuku hanya untuk menghabiskan uang ayah. Aku sangat sulit bertemu dengannya saat liburan sekalipun.” Jelas Eve.
                “Yeah, Professor sangat sibuk akan proyeknya ini.” Dalam benak Alvin ia bingung karena Prof Keyton selalu meluangkan waktunya untuk Clove.
                “Emm.. Dimana Clovis bersekolah ?” Tanya Evelyn.
                “Dia sudah tidak bersekolah” jawab Alvin.
                “Hah ? mana mungkin ?” Kata Eve tak percaya.
                “Sebenarnya ia telah lulus sekolah, bahkan sudah kuliah. Namun ia mengatakan ia sudah tau tentang apa yang dia pelajari di kampusnya dan dia merasa membuang – buang waktunya. Ia lebih tertarik menyelidiki kasus. Namun bukan berarti dia berhenti belajar, ia tidak pernah berhenti membaca. Dan dia mempunyai suatu kelebihan pada otaknya.” Jelas Alvin sambil mengetuk kepalanya dengan telunjuknya.
                “Dia sangat pintar bukan” Jelas Eve.
                “Ya, bahkan lebih dariku.” Alvin tertawa.
                “Matanya tidak pernah menampakan perasaan apapun”Ujar Eve.
                “Benar. Dia pernah berkata bahwa perasaan yang ia miliki masih terpendam dan terkunci oleh pikirannya. Ya intinya dia tidak terlalu memperdulikan perasaanya sendiri. Dia terlalu mengabdikan dirinya untuk kasus – kasus yang seharusnya bukan untuknya.” Cerita Alvin.
                “kukira dia pernah mengalami kejadian yang membuatnya begitu” Eve memutarkan matanya.
                “Entahlah.” Alvin.
                “Oh ya, dimana Clovis ?” Eve baru sadar.
                “Dia sedang diluar, ada urusan.” Jawab Alvin bohong.
                “Ohh..”
                Keheninganpun terjadi. Eve masih terbaring lemas di tempat tidur. Alvin memandangi rintik hujan dari jendela. Eve masih mempunyai segudang pertanyaan pada Alvin namun ia menahannya. Eve bukanlah orang yang terlalu pintar, namun ia tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Alvin. Bahkan siapa saja pun tau dari raut wajah Alvin. Begitupun Alvin, ia sangat menghawatirkan Clove. Memang bukan kali pertama Clove melakukan hal berbahaya seperti ini. Namun tetap saja Alvin merasa tidak nyaman.
                Suara telepon berbunyi, smartphone Alvin mengatakan ada video chat yang menunggu.
                “Clove !” Teriak Alvin.
                “Ada apa ?” Eve sontak berdiri menghampiri Alvin.
                Video itu hampir menghancurkan jantungnya. Terlihat Badan Clove yang digantung di atas makam yang baru digali. Clove terlihat mengenaskan dengan wajahnya yang pucat dan darah yang mengalir di kepalanya. Yang kebih parah lagi Alvin tidak kuat melihat posisi Clove yang tergantung seperti ikan.
                “Halo Alvin. Apakah kau sudah melihatnya ?” Ujar seorang pria dalam video.
                “Apa yang kau lakukan padanya ?!” Teriak Alvin.
                “Dia hanya tetap menutup mulutnya tentang vaksin itu. Nah, aku ingin bertanya kepadamu. Apakah kau tahu dimana vaksin itu berada ? Ah pasti jawabannya tidak.” Kata si pria.
                “Lepaskan Clove !” Ujar Alvin, tangannya bergetar hebat.
                “Jika aku melepaskannya dia akan terkubur hidup – hidup. Lihat ini.” Si pria memutarkan cameranya ke sekeliling pemakaman.
                Tali yang mengikat tangan Clove tersambung dengan dua bak besar berisi tanah yang akan tumpah bila talinya dipotong. Dengan kata lain, jika ada seseorang yang berusaha menyelamatkan Clove, ia dan Clove akan terkubur hidup – hidup.
                “Apa yang kau inginkan ?!” Alvin.
                “Vaksin itu.” Jawab si pria.
                “Aku tidak tahu dimana !” Alvin mencengkram rambutnya sendiri.
                “Uh aku tidak suka jawaban itu.” Kata si pria lalu wanita bernama Desiree itu memukul Clove dengan tongkat yang panjang dan menyakitkan.
                “Aaaaa!!!” Clove terlihat sangat kesakitan. Badannya mungkin sudah hancur jika ia terpukul lagi.
                “ Hei ! Jangan lakukan itu !” Alvin geram.
                “Anakku terkena penyakit sialan itu, dan hanya vaksin CC-10 yang dibuat oleh Professor Keyton yang dapat menyelamatkan anakku. Awalnya aku memintanya dengan baik, namun kesalah pahaman terjadi. Ia tetap keras kepala menyembunyikannya. Dengan bodohnya ia merelakan nyawanya demi vaksin itu. Dia tidak sadar bagaimana bahaya yang akan anaknya terima. Namun apalah arti dari celotehanku ini ? lebih baik aku terus mencari.” Lalu video itupun mati.
                “Hei ! Hei ! Hei !” Alvin jatuh terduduk di depan pintu kamar. Ia sangat takut dengan apa yang akan terjadi pada Clove.
                Alvin memegang dadanya yang sakit dan menundukan kepalanya. Tangannya bergetar hebat dan setitik air jatuh dari matanya.
                “Clove maafkan aku..” Kata Alvin pelan.
                “Apa yang terjadi ?” Eve memegang tangan Alvin.
                “Saat kau di sandera, kami berhasil menyelamatkanmu. Namun Clove menyadari memang kau lah umpan yang diberikan oleh si penjahat untuk menangkap Clove. Lalu dengan terpaksa ia menggantikan posisimu agar ia dapat bertemu dengan dalang dari semua ini. Aku meninggalkannya untuk menyelamatkanmu. Dan ia memaksa ! Aku telah melakukan hal bodoh !” Kata Alvin setengah menangis.
                “Ma.. Maafkan aku.. Maafkan aku..” Eve menangis.

18.00
                “Jadi anakmu terjangkit virus itu hah ?” Clove membuka mulut.
                “Anakku dan istriku. Namun istriku tidak bisa bertahan melawan virus sialan ini. Namun aku tidak bisa membiarkan anakku mengikutinya. Ia harus tetap hidup.” Kata pria itu.
                “Bagaimana bisa anakmu terjangkit virus itu ?” Tanya Clove setengah sadar.
                “Aaahh… Karena sebentar lagi kau akan mati, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengan Prof.Keyton untuk menjalin bisnis dengannya. Kami setuju untuk membuat proyek sains Professor Keyton yaitu obat pengebal tubuh yang pasti akan laku keras untuk para militer. Namun ditengah perjalanan aku menemukan hal yang ganjil dengan proyekku ini. Dia tidak terlihat sedang membuat apa yang direncanakan sebelumnya. Dia terlihat melakukan penelitian, dan memang benar itu terbukti saat ia ketahuan saat berkunjung ke Vietnam. Ternyata dia ingin menyelamatkan satu desa yang terjangkit virus mematikan itu. Saat dia menjelaskan bahwa virus itu akan segera menyebar bahkan mungkin ke seluruh dunia lalu ia mengabaikan bisnis kami dan beralih mengerjakan proyek itu. Namun parahnya tidak selembar uang pun kembali kepadaku. Dia mengkorupsiku”
                “Tidak mungkin ! dia tidak mungkin melakukan hal itu !” Teriak Clove memotong.
                “Dengar dulu anak muda. Ia berjanji menggantinya saat proyek kami berhasil. Namun sayang proyek ini sama sekali ditolak oleh pihak izin obat – obatan karena kandungan yang dapat membahayakan kondisi si pemakai. Aku sempat bingung mengapa ia dapat salah pada obat itu ? Namun aku tersadar sebenarnya dari awal ia tidak pernah niat untuk bekerja sama denganku. Lalu aku meminta uangku kembali. Ia mengembalikan semuanya kepadaku. Lalu masalah selesai. Namun masalah baru muncul, aku lupa bahwa istri dan anakku sedang berlibur ke Vietnam. Saking sibuknya aku mengurusi hal ini. Dan bisa kau tebak, mereka terjangkit virus itu karena kebetulan dan sialnya mereka berlibur ke desa yang terjangkit virus itu. Memang kecerobohanku untuk mengabaikan pesan anakku bahwa ia akan mendokumentasikan sebuah desa di Vietnam. Virus itu menyebar sangat cepat. Istri dan anakku baru mengintari desa itu sampai gerbangnya namun sudah terjangkit. Dan aku tidak punya pilihan lain lagi, aku rela memberikan berapapun uangku untuk membeli vaksin itu. Namun dengan alasan yang bodoh Professor menolak memberikannya kepadaku. Dia sempat terdiam saat mendengar tentang istri dan anakku. Namun itu tidak mengubah pikirannya.” Jelas si pria sambil merokok dengan santainya.
                “Professor berfikir kau akan menjual vaksin itu. Bahkan jika aku ada diposisinya akupun akan berfikir begitu.” Kata Clove.
                “Aku sudah berusaha menjadi orang yang lebih baik dengan berusaha menyelamatkan keluargaku. Namun Professor tidak mengizinkannya.” Kata si pria.
                “Dia berfikir panjang.” Kata Clove nafasnya mulai melemah.
                “tapi sama saja ia membunuh keluargaku.”
                “Apa pedulimu ? bahkan orang bodoh sekalipun tahu bahwa kau tidak memikirkan itu.” Benar kata Clove.
                “Yang aku sayangkan darimu, kau sangat pintar anak muda. Namun kau harus mati.” Kata pria itu.
                “Apakah kita harus pergi sekarang ? sebentar lagi acaranya dimulai.” Kata Desiree pada pria itu.
                “Baiklah, oh ya. Namaku Gio Hector. Semoga kau mengingatnya di neraka.” Lalu Gio pun pergi meninggalkan Clove tergantung di pemakaman di hari yang menggelap.
                “Seperti yang sudah direncanakan.” Bisik Clove pelan.

The Shard 14 Mei 2010, 00.00
                “Dimana dia menaruhnya … ! dasar anak itu penuh dengan teka – teki.” Ujar Aston yang belum berhenti berputar – putar di kantor Clove.
                Ringtone ponsel Aston berbunyi, Ternyata dari Alvin.
                “Halo” Aston.
                “Halo Aston, apakah kau sudah menunggunya di The Shard ?” Alvin panik.
                “Emm.. sebenarnya Perintah yang ia berikan padamu adalah sebuah kode. Dia bermaksud untuk menangkap si pelaku. Jadi yang aku lakukan sekarang hanyalah mencari sebuah petunjuk di The Shard.” Ujar Aston.
                “Apa ?! jadi dari awal.. Oh tuhan” Alvin Syok.
                “Maafkan aku tidak memberitahumu karena dilarang oleh Clove.” Aston.
                “Tak apa, aku hanya ingin memberi tahumu mungkin dia tidak akan kesana. Aku tidak tahu bagaimana nasibnya, aku mendapat video dari si pelaku. Dimana Clove digantung di sebuah pemakaman dan jebakan untuknya. Aku tidak bisa berfikir jernih, jadi aku meneleponmu.” Jelas Alvin.
                “Hah ?! seburuk itukah ? jadi apa yang harus kulakukan ?” Tanya Aston bingung.
                “Aku tidak tahu. Mungkin kita harus mengerahkan polisi untuk menelusuri setiap pemakaman yang ada di London. Namun itu akan menjadi percuma jika aku lihat waktunya yang tak memungkinkan.” Kata Alvin sedih.
                “Dia mungkin akan bertahan lebih lama ! jangan habis harapan Alvin ! aku akan tetap mencarinya !” Tut. Lalu Aston pun menutup teleponnya.
                Aston terduduk lemas mendengar percakapan tadi. Ia tak percaya bahwa orang yang paling dia kagumi akan berakhir seperti ini. Benar kata Alvin, mungkin sudah terlambat untuk menyelamatkannya. Namun Aston tidak percaya dia memutarkan otaknya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.
                “Hei ikan ini sudah mati.” Kata Aston yang melihat seekor ikan koki mati di aquarium.
Aston, nanti jangan lupa untuk memakamkan ikanku di pemakaman Highgate.
                Aston teringat pesan Clove saat beberapa minggu lalu ia sedang mendekor ruangan itu. Dia masih berfikir mengapa ikan murahan seperti itu harus di makamkan di pemakaman bagus seperti itu ?
Itu dia !
                “Pemakaman Highgate ! mengapa aku baru tersadar !” Teriak Aston yang langsung berlari keluar ruangan.

01.15
                “Alvin maafkan aku..” Kata Eve pelan.
                Alvin menggeleng.
                “Aku selalu membuatmu dalam masalah maafkan aku.” Eve menahan tangisnya.
                “Aku akan begitu menyesal jika kau juga berada disana.” Kata Alvin.
                “Aku lebih baik disana.” Kata Eve, matanya sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.
                Lagi – lagi Alvin menggelengkan kepalanya.
                Eve menangis disamping Alvin. Alvin hanya bisa melihatnya begitu sedih melebihi apa yang ia tidak bisa ungkapkan. Alvin tidak ingin membuat Eve merasa bersalah karena memang kenyataannya ini semua sudah diatur Clove. Namun dia juga tidak bisa menerima keaadaan Clove yang ia lihat tadi. Hatinya bingung harus berbuat apa. Melihat Clove yang sekarat dan melihat Evelyn menangis dengan sungguh – sungguh. Saat itu dia tersadar bahwa,
                “Aku jatuh cinta padamu.” Alvin.
                Eve menatap mata biru Alvin dengan perasaan kaget dan bingung bahkan ia berhenti menangis.
                “Itulah sebabnya aku tidak bisa membiarkanmu berada pada posisi Clove. Ahh.. ini serba salah.” Alvin pun berdiri dan berjalan dengan wajah lemas.
                “Alvin !” Eve memeluk Alvin dari belakang.
                “Aku tahu itu.. Sejak awal aku tahu itu. Aku tahu perasaanku akan terbalas. Namun aku tidak akan menyangka akan begini caranya. Maafkan aku.” Eve.
                Alvin menggeleng, dia berbalik dan memeluk Eve yang menangis. Tangannya menghapus airmata yang jatuh di pipi Eve. Dan Alvin berbisik.
                “Jangan pernah mengatakan maaf lagi Eve” Alvin.
                Malam itupun berubah menjadi malam yang dingin dan tenang. Sudah lama Eve tidak merasakan kasih sayang yang begitu nyata terhadapnya. Alvin seperti masa lalunya yang ia butuhkan kembali sejak ayahnya meninggal. Tidak ada lagi seseorang yang dapat ia peluk. Eve merasa sendiri sebelum bertemu Alvin. Bahkan ia masih ingat saat pertama kali Alvin menyapanya. Eve tidak ingin kehilangan momen seperti ini.

Highgate, 02.43
                Aston dan seluruh orang menganga melihat kondisi Clove. Darah di bibir dan hidungnya terlihat mongering namun tidak di kepalanya. Kedua kaki Clove tidak berwarna. Pucat dan terdapat lebam di kaki kirinya. Tangannya terikat keatas oleh tali tambang yang bersambung dengan jebakan yang dibuat oleh Gio.
                “Jangan pernah mencoba itu.” Ujar Clove yang mengagetkan separuh polisi yang berada disitu saat salah seorang polisi mencoba memotong talinya.
                “Kau.. Kau masih hidup..” Aston
                “Tentu saja. Sekarang ambil papan yang cukup kuat menahanku dan taruh papan itu tepat di atas lubang ini.” Ucap Clove.
                Semuanya terdiam. Bahkan polisi yang sedari tadi memikirkan cara untuk menyelamatkan Clove tidak sempat berfikir seperti itu. Setelah papan ditaruh tepat di bawah kakinya. Clove menyuruh seseorang untuk memotong tambangnya.
                “Potong tambangnya !” Perintah Clove.
                “Tunggu ! apakah kakimu kuat bertumpu pada papan itu ?” Tanya Aston.
                “Aku tidak tahu. Cepat potong talinya !” Kemuakkan Clove akan kondisinya membuat ia pertama kalinya tidak berfikir panjang.
                Clove terjatuh tepat ke papan kayu tersebut dan berusaha bergerak sebelum tanah menimbunnya. Namun kakinya sangat susah bergerak karena mati rasa tergantung terlalu lama. Namun tiba – tiba Aston memberanikan dirinya untuk menarik Clove dari papan tersebut. Namun Aston terlambat sepersekian detik. Separuh tubuhnya tertimbun di sebelah lubang, untungnya ia hanya pingsan dan masih terselamatkan.

Rumah sakit 15 Mei 2010, 09.00
                Suara burung – burung kecil terdengar melintas dari luar jendela. Bintik – bintik cahaya matahari menembus serat – serat kalin tirai berwarna krem tersebut. Clove membuka matanya dengan sangat perlahan, hidungnya menghirup aroma bunga lavender juga wangi roti yang baru matang. Terlihat Alvin dan Eve yang berdiri di sudut ruangan dengan muka yang berbahagia.
                “Kalian berpacaran ?” Tanya Clove karena melihat mereka bergandengan.
                “Kau baru sadar sudah menanyakan hal yang spesifik seperti itu.” Alvin berjalan kearah Clove terbaring.
                “Wangi apa ini ? Ini bukan dirumah.” Kata Clove.
                “Kau sedang dirumah sakit Clovis.” Eve.
                “Ada sesuatu di kepalaku yang ingin aku ungkapkan.” Kata Clove dengan mata kosongnya.
                “Jangan, istirahatkanlah sejenak otakmu. Kau baru saja melalui malam yang buruk.” Kata Alvin menasihati.
                “Ya dan kalian baru saja melewati malam yang menyenangkan.” Celoteh Clove.
                “eehh ?” Alvin syok.
                “Itu tergambar jelas di wajah kalian berdua.” Clove.
                “Itu salah. Kau tidak melihat saat Alvin benar – benar menangis dan tidak bisa berfikir apa – apa.” Ungkap Eve tersenyum.
                “Uh sayang sekali aku melewatkannya” Clove memandang Alvin.
                “Ini semua kan gara – garamu.” Alvin membela dirinya.
                “Kau sadar begitu cepat Clovis.” Kata Eve.
                “Ahh.. otakku tidak bisa berhenti bekerja, makannya sangat sulit untuk tertidur. Dan, mulai sekarang panggil aku Clove.” Kata Clove seraya bangkit untuk mengubah posisinya.
                “Aku senang sekali kau selamat Clove.” Alvin memelukku.
                “Hey nanti pacarmu marah” Clove menunjuk ke arah Eve.
                “Aku sangat berterima kasih padamu Clove.” Eve memegang tangan Clove.
                “Untuk apa ?” Tanya Clove.
                “Untuk segalanya. Kau telah mempertemukanku dengan Alvin, dan menangkap orang yang membunuh ayahku.” Eve tersenyum.
                “eehh ? Jadi si alis tebal itu sudah tertangkap ? uhh baguslah. Kau menjawab pertanyaan di pikiranku.” Jelas Clove.
                “Tentu. Dengan bukti nyata yang kau bawa.” Kata Alvin.
                Clove segera memegang gigi grahamnya.
                “Ah sial.. Aku tidak akan bisa mengunyah selama beberapa waktu.” Clove menggerutu.
                “Hah ? kenapa ?” Tanya Eve.
                “Pada gigi geraham sebeleh kiriku terdapat alat perekam suara yang akan tersambung ke sebuah file dirumahku. Dan semua perkataan yang pernah aku katakan akan terekam dan tersimpan. Dan untuk membuka data tersebut kau harus mencabut gigi gerahamnya. Untung saat dicabut aku sedang tidak sadarkan diri.” Jelas Clove.
                “Apakah itu menyakitkan ?” Eve memiringkan Alisnya.
                “Tentu.” Jawab Clove.

Chapter VI, Tugas terakhir
Rumah 17 Mei 2010, 09.00
                “Luka ini terlihat menyeramkan.” Ungkap Clove saat melihat lebam di kaki kirinya.
                “Ini akan mengganggumu sementara waktu.” Kata Eve.
                “Sarapan siap !” Terian Alvin dari dapur.
                “Ummm.. Wanginya enak !” Eve meninggalkan Clove.
                “Alvin.” Clove mendatarkan wajahnya.
                “Ahh oke oke baiklah tuan putri aku akan mengantarmu ke sarapan terbaik pagi ini !” Alvin bersuara seperti pembawa acara. Lalu ia menggendong Clove sampai ke meja makan.
                “Aku benci dengan keadaan ini.” Kata Clove.
                “Ini adalah momen dimana Sang Perkasa Clove tidak bisa melakukan apa – apa tanpa Alvin.” Alvin tertawa sembari mendudukan Clove di meja makan.
                “Mari berdoa.” Kata Eve.
                Lalu mereka mengepalkan tangannya di depan wajah masing – masing dan berdoa. Clove menatap makanan dengan kosong.
                “Selamat makan !” Kata Eve yang langsung menyambar omelet di hadapannya.
                Setelah seharian kemarin beristirahat, Clove marasa harinya begitu tenang untuk diusik. Sudah lama ia tidak merasakan kenyamaan akan keadaan yang ia jalani. ‘Memang benar kata Alvin bahwa aku terlalu keras bekerja. Bahkan seharusnya anak seumuranku masih sekolah. Aku tidak menyalahkan apa yang terjadi aku hanya mensyukuri atas hadiah yang aku terima. Aku menjadi sangat pintar dan berdosa. Apakah yang kulakukan ini benar ? bahkan Professor mati karena aku. Apakah Gio berhak dipenjara karena usahanya untuk menyelamatkan keluarganya ? apakah Eve berhak tau yang sesungguhnya ? apakah aku akan mengungkapkan semuanya sekarang ?’ pikir Clove.
                “Hey Clove ada apa ?” Tanya Eve.
                “Kapan aku menjalani terapi tulang ?” Tanya Clove pada Alvin.
                “Besok pukul delapan pagi. Kenapa ?”  Jawab Alvin.
                “Eve apakah kau tahu ini ?” Clove membentukan jarinya seperti jari patung budha yang pernah ia lihat. Dan juga posisi jari saat Professor ditemukan tewas.
                “ Ya tentu saja, itu adalah symbol yang ayah sering gunakan untuk berkata ‘kamulah jawabannya’ atau seperti saat aku bertanya siapa pemilik perhiasan baru ini, ayah akan membentuk jarinya seperti itu kepadaku. Ia biasa melakukannya saat memberikanku kejutan.” Jelas Eve.
                “kamulah jawabnnya…. Hmm…” Clove mengunyah omletenya dengan perlahan.
                “Darimana ayahmu mendapatkan symbol itu ?” Tanya Alvin.
                “Saat ia pulang dari tempat penelitiannya di luar negri. Maksudnya adalah kedamaian, karena ayah sering melihat penduduk desa membentuk jarinya seperti itu ketika mereka beribadah dan terlihat sangat damai. Namun aku tidak mengerti mengapa ia selalu memberikan symbol itu untuk memberitahu bahwa aku pemilik sesuatu barang atau semacamnya. Mungkin aku adalah kedamaian baginya hahaha” Eve.
                “10 = J, CC-10. Clovis Calvert-J.” Ujar Clove tiba – tiba.
                “Nama vaksin itu adalah dirimu ? berarti kau adalah.” Tebak Alvin.
                “Bukan, jika vaksinnya berbentuk benda mungkin Gio sudah berhasil menemukannya. Namun itu bukan diriku. Simbol pada tangan kirinya member tahu bahwa hanya akulah yang dapat mengerti arti dari semua petunjuk. Dan hanya akulah yang tahu dari awal dimana vaksin itu berada.” Mata Clove berubah.
                “Jadi maksudmu..” Alvin.
                “Evelyn. Kau adalah vaksinnya. Sejak awalnya seharusnya aku menanyakan tentang symbol ini kepadamu. Betapa bodohnya aku ! ternyata selama ini aku sudah mendapatkan vaksinnya !” Teriak Clove.
                “Aku.. adalah vaksinnya ?” Eve mengingat saat ayahnya menyuntikan beberapa serum padanya dengan alasan untuk penyakitnya. Namun Eve baru tersadar bahwa ayahnya telah menanamkan serum itu padanya.
                “Tidak salah lagi. Setelah selesai sarapan, darahmu harus di tes.” Kata Clove pada Eve matanya menatap Alvin.

Laboratorium, 11.32
                “Ini akan sedikit sakit.” Alvin menusukkan sebuah jarum ke tangan Eve.
                “Kapan hasilnya akan muncul ?” Tanya Clove.
                “Aku tidak tahu. Namun mungkin akan agak lama. Sebaiknya kalian berdua pulang duluan.”
                “Siapa yang akan mengantarku ?” Tanya Clove dari kursi roda.
                “Aku.” Mata Eve membesar.
                “Ah tidak – tidak… kau tetap disini temani Alvin. Aku tahu itu yang kau mau. Terlihat dari matamu.” Clove memandang mata Eve kosong.
                “Apakah kau semacam peramal atau..” Eve memelankan suaranya.
                “Okay, aku akan menelepon Aston. Bye !” Lalu kursi roda Clove melesat dengan cepat.
                “Dia terlalu hebat akan kemampuannya untuk membaca mata.” Kata Alvin.
                “Eehh ? Bisakah ?” Eve tak menyangka.
                “Ahh itu salah satu keanehannya menurutku.” Alvin tertawa dan melanjutkan pekerjaannya.
                “Apakah aku menggangu ?”  Tanya Eve.
                Alvin memandang Eve dan tersenyum
                “Tidak, aku senang kau berada disini.” Alvin.

13.23
                Eve duduk di depan kolam ikannya sambil merentangkan kakinya yang sakit dan terdiam, ia sepertinya melupakan sesuatu. Matanya menatap lurus terpaku pada salah satu koi di kolam itu.
                “Bagaimana ya keadaan putrinya Gio ?” Clove menatap langit.
                ‘Apakah anaknya akan selamat ? bagaimana perasaan anaknya saat tahu bahwa ayahnya dipenjara dan ibunya telah meninggal ? bagaimana perasaannya saat ia tidak punya rumah untuk kembali pulang ? apa yang ia rasakan sekarang ? melawan virus itu ? apakah aku akan membiarkannya mati atau hidup ? mengapa aku mengurusi urusan orang lain ? apakah para suster terjangkit virusnya juga ? uh rasanya tidak mungkin karena sekarang rumah sakit sudah begitu canggih. Namun apa yang akan terjadi dengan masa depan anaknya yang bukan urusanku itu ?’ Pikir Clove.
                Suara bergetar yang langsung dirasakan oleh Clove yang berasal dari dalam rumah dimana ponselnya berada. Clove bersusah payah mengambilnya dengan kakinya yang merepotkan itu.
                “Kaki sialan, Halo ?” Clove menggerutu.
                “Apakah ini dengan detektif Calvert ?” Tanya seorang pria dalam telepon.
                “Ya.” Jawab Clove singkat.
                “Saya Harris HaNeul, pengacara Tuan Gio Hector. Ada yang perlu saya sampaikan kepada anda.” Ucap orang yang sepertinya dari Korea itu.
                “Katakan.” Clove.
                “Tuan Hector memohon dengan sangat agar kau memberikan vaksin pada anaknya. Dia juga tidak akan mempersulit masalah ini lagi, dia akan menyerahkan dirinya ke kepolisian. Dan dia ingin mengatakan bahwa dia meminta maaf yang sebesar besarnya atas apa yang dia lakukan kepadamu. Namun permintaan terakhirnya hanya ingin melihat anaknya sembuh. Tuan Hector yakin kau mempunyai vaksinnya, dan dia akan memberikanmu apapun untuknya. Kini posisi Tuan Hector yang disidang tidak memungkinkan dirinya untuk memperbisnis vaksin itu. Aku mohon detektif, bahkan Tuan Hector menangis saat mengatakan pesan tersebut. Dia tak mau anaknya mati sia – sia karena ini.” Ucap HaNeul panjang lebar.
                “Beri tahu dia, bahwa aku berkata jujur tentang vaksinnya saat itu. Aku baru menemukannya pagi ini. Aku tidak berbohong kepadanya. Vaksin itu berada di dalam darah manusia, jadi temanku sedang mengusahakan untuk membuatnya jadi serum. Ah, masalah itu aku tidak mengerti namun aku akan memberikannya jika temanku berhasil membuatnya.” Kata Clove.
                “Benarkah ? terima kasih detektif atas kebaikan hatimu. Tuan Hector akan menyerahkan dirinya esok hari.” Kata HaNeul.
                “Tunggu, apa yang terjadi dengan orang – orang yang terjangkit di Vietnam ? satu desa itu ? bagaimana nasib mereka ?” Tanya Clove.
                “Aku kurang tahu tentang itu, namun apakah kau tidak melihat berita ? Ada satu desa di Vietnam yang terbakar habis karena kesalahan perkiraan saat latihan perang.” Jawan HaNeul.
                “Oh begitu.” Clove memutuskan sambungan teleponnya.
                ‘Apa – apaan ini ? tidak kusangka aku begitu terlambat sehingga akhirnya desa itu tidak terselamatkan. Ulah siapa semua ini ? Ini termasuk cara ampuh untuk menghentikan penyebaran virus itu namun tidak ada sisi manusiawi sedikitpun ! aku tidak bisa mengganti apa yang sudah terjadi. Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menyelamatkan satu orang lagi.’ Pikir Clove.
                Clove jatuh terduduk di kursi. Tangannya menggenggam erat ponselnya yang berbentuk cokelat itu. Matanya tertunduk kebawah melihat lantai marmer yang beruas abstrak pada setiap goresannya. Rambut cokelatnya menutupi hampir seluruh wajahnya. Lebam pada kakinya mengeluarkan rasa sakit yang lebih dari biasanya. Clove sangat menyesali atas keterlambatannya ini. Ini pertama kalinya ia menyelesaikan kasus dengan korban terbanyak. Bahkan Clove berfikir ia telah gagal menyelamatkan satu kehidupan di sebuah desa yang damai. Ia tidak bisa memaafkan si pembuat virus itu yang menyebabkan semua ini terjadi.

Laboratorium, 19.20
                “Apa ? kapan kau menerima telepon itu ?” Sontak Alvin saat mendengar ceritaku tentang HaNeul.
                “Tadi siang, saat aku baru sampai rumah dan bersusah payah mengambilnya.” Curhat Clove.
                “Hasilnya belum keluar, namun sudah 65% menunjukan bahwa darah Eve positif memiliki kandungan virus yang dijinakkan atau vaksin yang luar biasa sulit dibuat. Aku pikir Professor sengaja menanamkannya pada darah Eve untuk.. Ya seperti.. Terus mengasilkan..”
                “Di Daur Ulang.” Kata Clove memotong.
                “Ya kasarnya begitu.” Kata Alvin.
                “Jangan buang waktumu di laboratorium, setelah hasilnya keluar segera buatkan serumnya.” Perintah Clove.
                “Emm.. Membuat serum tidak semudah yang kau bayangkan Clove, dibutuhkan waktu yang lama dan sangat sulit menerjemahkan vaksin yang ada dalam darah. Mungkin kau harus memikirkan cara lain untuk menyelamatnya anak itu. Atau lebih baik kita lihat dulu keadaanya dan mencari jalan lebih lanjut.” Ujar Alvin.
                “Hmm.. Kau benar. Aku akan meneleponmu lagi sesegera mungkin.”Tut tut tut, Clove menutup teleponnya.
                Tut tut tut bunyi nada tombol dari ponsel Clove yang dipencet pencet beberapa kali. Clove mencoba menelepon HaNeul kembali.
                “Halo ?”
                “Hai HaNeul, katakan dimana anak itu berada ?” Kata Clove langsung.
                “Ah detektif, Dia berada di ruang sterilisasi tingkat 3 di rumah sakit NHS. Jika kau ingin melihatnya kau harus bertemu denganku dahulu untuk melewati izin dari rumah sakit.” Ujar HaNeul.
                “Emhh.. Temui aku di lobby rumah sakit sejam dari sekarang.” Clove.
                “Baiklah.” Lalu telepon terputus.

National Health Service Hospital, 21.00
                “Tuan Harris HaNeul ?” Tanya Clove.
                “Iya, ada apa gadis kecil ?” Mata HaNeul tertutup saat dia tersenyum.
                “Halo aku Clovis Calvert. Kita sudah ada janji sebelumnya.” Kata Clove.
                “Hah ? Semuda inikah ?” HaNeul terkejut melihat gadis berambut cokelat bertubuh kurus dan kakinya yang terluka mengaku sebagai detektif yang ia dengar sangat mutakhir akhir – akhir ini.
                “Dimana anak itu berada ? aku tidak punya banyak waktu.” Kata Clove.
                HaNeul tidak menjawab, mata sipitnya semakin menghilang saat menatap Clove dengan penuh curiga dan ketidak percayaan atas ada yang dikatakan Clove.
                “Apakah orang Korea selalu securiga ini ?” Clove mengeluarkan lencananya.
                “Sulit dipercaya !” Kata HaNeul saat mengambil lencana itu dari anak perempuan yang terduduk di kursi roda dan mambacanya.
                “Cepatlah.” Kata Clove.
                “Ba.. Baiklah, aku akan mengantarmu detektif.” Terlihat ragu di mulutnya saat mengucapkan detektif.
                Setelah beberapa kali melewati proses strerilisasi untuk masuk keruangan anak itu, Clove akhirnya menampakan sesuatu yang berarti pada matanya.
                “Pakaian ini merepotkan.” Gerutu Clove.
                “Kukira kau kaget melihatnya.” Kata HaNeul
                “Aku pernah melihat yang lebih buruk dari ini.” Kata Clove saat melihat kondisi anak perempuan berambut pirang yang terbaring pucat seperti mayat dengan selang – selang yang tidak dimengerti Clove.
                “Namanya Melissa. Dia adalah anak yang periang sebelumnya, aku mengenal ayahnya dengan baik. Dan tidak menyangka hal ini akan terjadi.” Kata HaNeul yang tidak dapat terdengar jelas oleh Clove karena pakaian yang menutupi kedua telinganya.
                “Apakah dia bisa mendengar atau merasakan sesuatu ?” Tanya Clove.
                “Kata perawatnya dia hanya bisa mendengar dan sulit merasakan karena virus itu menggerogoti syaraf di seluruh tubuhnya, dan bila tidak sesegera mungkin diobati mungkin dia akan tidak bisa mendengar atau melakukan apapun lagi.” Jelas HaNeul.
                “Dia akan mati.”
                HaNeul mengangguk.

Rumah, 23.14
                “Aku pulang.” Clove membuka pintu rumah dengan susah payah.
                “Dimana kursi rodamu ?” Tanya Eve khawatir.
                “Aku menyngkirkannya.” Kata Clove datar.
                “Tongkat yang bagus Clove.” Pendapat Alvin saat melihat tongkat yang Clove beli setengah jam yang lalu dari toko barang antik.
                “Itu terlihat mahal Clove, kau terlihat seperti mafia.” Kata Eve.
                “Aku selalu tertarik dengan apapun secara tidak sengaja.” Clove duduk di depan perapian.
                “Pandangan pertama.” Kata Alvin.
                “Oh shut up. Kau juga jatuh cinta pada Eve sejak pertama kali melihatnya di bawah menara jam Big Ben.” Balas Clove.
                “Oh benarkah ?” Eve memeluk Alvin dari belakan dan menjorokan wajahnya ke depan dengan mata kucingnya.
                “Clove..” Mata Alvin berputar. Namun wajah Clove tetap datar seperti biasanya.
                “Namanya Melissa.” Kata Clove yang memandang kosong api yang menyala di depan matanya.
                “Siapa Melissa ?” Tanya Eve.
                “Putri dari Gio Hector.” Clove.
                “Kau sudah melihat kondisinya ?” Tanya Alvin yang mengahampiri Clove dengan cepat.
                “Ya, namun perawatnya tidak memperbolehkan aku memotretnya. Pokoknya keadaanya sangat mengenaskan. Dia seperti mayat yang terkena kangker kulit. Bahkan lengkungan di sekitar matanya membiru. Namun badannya tidak kurus sama sekali.” Jelas Clove.
                “Kemungkinan besar virus yang menggerogotinya adalah virus pelemah daya tahan tubuh. Jadi si pasien tidak kekurangan berat badan yang begitu drastis.” Alvin.
                “Kau benar, HaNeul berkata bahwa virus itu menggerogoti system syaraf Melissa dengan sangat perlahan. Melissa masih bisa mendengar karena virus itu belum sampai ke bagian tubuh atasnya namun otaknya sedang tidur secara disengaja agar tidak menarik pertumbuhan si virus untuk menyerang bagian atas.” Kata Clove.
                “Jadi kira – kira berapa lama lagi dia akan bertahan ?” Tanya Alvin.
                “Sekitar 3 sampai 4 minggu lagi.” Jawab Clove yang membuat semua orang diam tidak berani berkomentar.
                “Jika waktu yang tersisa hanya sedikit lagi. Tak ada jalan lain, donor adalah jalan tercepat. Kebetulan Eve bergolongan darah O. Namun kemungkinan gagal sangat besar bila Melissa mempunyai golongan darah penolak. Maka akan terjadinya kefatalan luar biasa. Apalagi itu tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Dan Eve juga mungkin akan merasakan lemas dan letih yang luar biasa.” Jelas Alvin.
                “Bisakah kau berhenti mengucapkan luar biasa pada sesuatu yang sebenarnya tidak luar biasa ?” Clove memandang mata Alvin.
                “Maaf, namun cara ini membahayakan kedua pihak. Namun ini cara tercepat.” Kata Alvin.
                Clove memencet hidung dengan perlahan dan bertempo menandakan otaknya yang sedang bekerja dengan kekuatan penuh dan sangat serius dan terfokus. Matanya memandang jahat kepada api yang berkobar di hadapannya.
                “Eve.” Panggil Clove.
                “Aku akan melakukannya.” Kata Eve.
                Clove menatap Eve sebentar dan mengembalikan pandangannya ke tungku perapian. Dia telah membuat sebuah keputusan.

Chapter VII, Kenangan Yang Kembali
23 Mei 2010 NHS Hospital, 07.15
                Eve terbaring di sebuah benda yang Clove namakan kasur berjalan melewati lorong – lorong yang menuju ruang operasi. Alvin tidak berhenti menggenggam tangan Evelyn yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Clove mengikuti mereka dengan pelan dengan kakinya yang belum 100% sembuh. Tongkatnya membuat suara bertempo teratur di sepanjang lorong, Clove sedang memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
                “Kau akan baik – baik saja.” Kata Alvin menenangkan.
                Evelyn mengangguk, lalu kasur berjalan itu masuk ke ruangan yang tidak boleh Alvin dan Clove masuki. Alvin terduduk di kursi tidak nyaman yang menempel di tembok, mukanya sangat memancarkan kekhawatiran yang mendalam.
                “Bagaimana perasaanmu sekarang ?” Tanya Clove tanpa melihat Alvin.
                “Aku baik – baik saja.” Jelas wajah Alvin mengatakan tidak.
                “Katakan yang sesungguhnya padaku, bagaimana rasanya melihat kemungkinan yang akan terjadi pada Eve.” Paksa Clove.
                “Rasanya menyakitkan Clove, kau mungkin tidak pernah merasakan ini. Namun perasaan resah ini cukup untuk membuat sisa waktumu menjadi tidak menyenangkan untuk dijalani.” Jelas Alvin.
                “Kau salah, Aku pernah merasakannya sekali. Ternyata rasanya sama seperti apa yang kau rasakan sekarang.” Clove duduk di samping Alvin yang memandang heran Clove.
                “Kapan kau merasakannya ?” Tanya Alvin.
                “Sudah sangat lama.” Jawab Clove memberhentikan percakapan itu.
               
15.00
                Wajah Alvin berubah 360 derajat saat dokter datang dan mengatakan bahwa Eve sudah bisa dijenguk. Tanpa menunggu lagi Clove dan Alvin menghampiri Eve yang kini sudah idak berada di ruang operasi lagi.
                “Eve !” Alvin langsung memeluk Eve yang berwajah pucat itu.
                “Rasanya hanya lemas, bahkan aku tidak merasakan apa – apa saat di operasi.” Ungkap Eve.
                “Jelas saja. Kau hanya mendonorkan seperempat darahmu.” Kata Clove
                “Clove..” Tukas Alvin yang tidak nyaman melihat ketidakramahanku.
                “Clove benar Alvin, ini bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan.” Eve membelaku.
                “Maafkan aku.” Clove keluar dari ruangan itu.
                Clove menyenderkan tongkat jalannya pada tembok dan menyenderkan sikutnya pada permukaan balkon ruangan dimana Eve dan Alvin berada. Kepalanya pusing berat memikirkan tentang pengakuan yang akan dia buat. Dia tidak tahu akan begitu besar efek ‘perasaan’ pada kehidupannya. Clove berfikir jika Eve bukanlah wanita yang Alvin cintai, mungkin ia dengan mudahnya membuat pengakuan ini. Namun Clove berfikir apa yang akan terjadi jika Eve tahu yang sebenarnya, Akankah ia sangat terpukul ? Atau akan menjadi sangan membenci Clove ? bagaimana jika kemunkinan terburuk terjadi ? Alvin akan lebih memilih Eve daripada Clove ? dalam pertama kali dihidupnya, Clove ragu akan apa yang ia akan sampaikan kepada seseorang.
                “Ada apa Clove ?” Tanya Alvin.
                “Apakah aku harus mengatakan yang sejujurnya pada Eve ?” Tanya Clove.
                “Tentang apa ?” Alvin bingung.
                “Ahh.. Kau juga belum tahu.” Lalu Clove meraih tongkat jalannya dan kembali ke ruangan.
                Clove duduk di kursi sudut ruangan itu, matanya meraih mata Eve tanpa arti. Eve melihat Clove dengan bingung, Alvin pun sama.
                “Evelyn, berjanjilan apapun yang akan kukatakan kau tidak akan membenciku.” Ujar Clove.
                “Tergantung, jika kau merebut Alvin dariku mungkin aku akan membencimu ! hahaha.” Canda Eve.
                “Eve.” Alvin memberikan tanda padanya bahwa Clove tidak bercanda.
                “Sebelumnya aku ingin bertanya padamu, darimana kau tahu tentang Vaksin itu ?” Tanya Clove dengan pandangan yang tajam.
                Eve terdiam sebentar “ Pada suatu malam saat aku rencananya akan memberikan kejutan pada hari ulang tahun ayah, baru sampai depan pintu aku mendengar percakapannya dengan seseorang dalam telepon yang membicarakan tentang vaksin. Aku lupa apa yang mereka bicarakan waktu itu, namun yang kuingat karena vaksin itulah yang membuat ayahku sibuk akhir – akhir ini. Dan kepergiannya ke Vietnam juga dikarenakan oleh penelitian tersebut. Bahkan saat aku mencari – cari informasi tentang apa yang terjadi di Vietnam aku tahu bahwa ayah sedang membuat suatu vaksin untuk satu desa yang tercemar itu. Disitu aku mengerti, namun yang membuat aku ingin mengambil alih vaksin itu adalah ketika ayah me-loudspeak-kan teleponnya untuk mempermudah berbicara dengan si penelepon ini, aku tersungkur dan sangat terpukul saat tahu rekan kerja ayah itu seorang anak kecil. Suaranya aku yakin sekali dia belum dewasa. Bahkan mirip sepertimu ! namun aku tidak ingin membencimu seperti membenci anak yang sering ayah panggil J ini.” Eve.
                Alvin terbelalak dan kepalanya mengarah ke arah Clove dengan kilat. Namun Eve tidak menyadarinya.
                “Ada bukti kuat kalau ayahmu bekerja sama dengan anak kecil ?” Tanya Clove memastikan.
                “Ya tentu, pernah suatu ketika saat ayah dan aku sedang berbelanja. Ia melihat baju yang ia sukai lalu membandingkannya denganku dan dia berkata ‘baju ini mungkin pas untuk J’ Namun aku pura – pura tidak tahu. Dan sejak itu aku tersadar bahwa anak yang bernama J itu telah mengambil waktu dan perhatian ayah yang sangat jarang itu.” Eve berkobar.
                “Eve, aku adalah J.”
                Mata Eve melihat Clove tak percaya, pikirannya mengatakan memang sejak awal ia mencurigai Clove namun hatinya berkata itu tidak mungkin. Kini rasa penasaran Eve telah terjawab. Ternyata J adalah Clove. Eve sendiri tak mengerti mengapa ia dengan mudahnya membenci J hanya karena hal itu, padahal ia tahu betapa pentingnya J untuk ayahnya pada urusannya. Namun jantung Eve tak bisa menahan rasa kagetnya ini sampai Eve tak berhenti memegangi dadanya. Ia sampai tak bisa menangis karena rasa sakitnya itu. Alvin mencoba memanggil dokter dan menenangkan Eve, ia juga memberikan wajah kesal pada Clove namun ia terlalu baik untuk mengungkapkannya.
                “Maafkan aku, aku tidak tahu aku telah merenggut waktu berhargamu Eve.” Kata Clove.
                “Bagaimana bisa ?” Eve tergagap.
                “Beberapa bulan lalu aku menerima kasus tentang penyelidikan penjual senjata virus di Vietnam, sebenarnya tugasku hanya mencari orang dan menangkapnya. Namun saat aku melihat korban yang menjadi kelinci percobaan dari virus itu, dengan pertama kalinya hatiku tergerak untuk menyelamatkan mereka. Lalu saat aku berhasil menangkap si tersangka ia berkata vaksinnya telah dimusnahkan karena ia ingin rencana menghancurkan-bumi-nya berjalan mulus walau ia ditangkap, dan sebenarnya ia bertujuan untuk menghancurkan bumi dan membuat bumi baru. Betapa bodohnya aku tidak mengetahui polanya dari awal. Lalu aku mendatangi ayahmu dan membujuknya untuk menyelamatkan orang – orang yang terkena virus itu. Dengan berat hati ia setuju walaupun nyawanya dipertaruhkan, dan aku berjanji padanya akan melindungi vaksin yang dibuatnya. Setelah selesai professor kekurangan biaya dan tidak mengatakan tentang itu kepadaku entah alasannya apa ? lalu secara diam – diam di melakukan perjanjian bisnis dengan si keparat Gio Hector. Namun dari awal memang Professor tidak bermaksud untuk melakukan bisnis dengannya, jadi bisnisnya hancur dengan menyisakan kerugian lalu hal itu diketahui olehku dan aku membayar semua hutang professor pada Hector. Masalah selesai, naum yang kulewati adalah si Hector itu mengetahui tentang vaksin da sejak ia mengetahuinya ia mempunyai niat jahat untuk memperbisnis vaksin itu yang akan membuatnya kaya raya. Namun ternyata istri dan anaknya pun terkena virus mematikan ini, Hector lalu mengurungkan niatnya untuk memperbisnis vaksin itu dan beralih meminta secara baik – baik vaksin itu namun professor tidak memberikannya, entah professor sudah diberi tahu tentang anak dan istrinya Hector atau belum ? dan akhirnya si keparat ini membunuh professor. Namun jauh sebelum itu dari awal aku memang mencurigainya, jadi aku telah melakukan pengintaian selama beberapa minggu di kediaman dan kantornya. Dan yang membuat ini semua rumit adalah bukti yang harus aku dapatkan untuk memenjarakannya dan setelah semua ini terungkap yang aku sesalkan adalah saat aku membuatmu masuk ke dalam masalah ini. Maafkan aku, aku tidak bisa menyelamatkan ayahmu ini semua karenaku. Namun bagaimanapun perasaan bencimu kepadaku aku akan tetap menjagamu sesuai janjiku pada professor. Bahkan kau tidak sadar ya waktu sarapan beberapa hari lalu saat aku mengutarakan pemikiranku akan arti dari nama vaksin itu ? jelas kan Clovis Calvert – J . Namun lupakanlah, ini adalah kesalahan yang tidak bisa kubenahi kembali. Yang akan kulakukan sekarang adalah menyelamatkan anak yang tidak bersalah itu dan mencegah penyebaran virus yang dibawanya. Tadinya aku tidak mau melibatkanmu lagi, namun tidak ada cara lain untuk menyelesaikan tugas terakhirku ini.” Lalu Clove merapatkan mulutnya.
                “Eve.”
                “Kau boleh memarahiku karena tidak memberitahumu tentang ini sejak awal. Namun pikirkan apakah yang aku lakukan benar ?” Eve memotong perkataan Alvin dan metapnya.
                “Mengapa kau tak mengatakan hal ini dari awal ?” Tanya Alvin.
                “Aku tidak bisa menjelaskannya padamu.” Jawan Clove.
                “Aku tidak membencimu Clove.” Eve.
                Clove bengong mendengar perkataan itu. Seketika matanya terpaku pada lantai yang putih dan kaku itu.
                “Aku hanya iri melihatmu dan ayahku bersama dalam waktu yang lama. Namun setelah kupikir lagi, aku akan sangat bodoh jika membencimu karena hal itu. Bahkan, saat kau memaksa ayahku untuk membantumu itu tidak membuatku membencimu !  karena aku tahu kau sedang berusaha menyelamatkan nyawa seseorang. Aku rela ayahku mati dalam kebaikan, aku tidak akan menyalahkanmu karena aku telah sempat diculik. Aku tidak akan membencimu. Bagaimanapun juga semua yang kau lakukan itu hanya untuk menolong manusia, walaupun ayahku sendiri yang menjadi korban namun mungkin itulah takdirnya. Aku cukup senang dengan hasil kerjamu yang berhasil menangkap penjahat itu. Aku juga takjub pada kebaikan hatimu yang mengizinkan Hector untuk menyelamatkan anaknya. Aku mengerti, aku disini untuk membantu. Jangan sekalipun kau berfikir bila ada sesuatu yang terjadi kepadaku adalah kesalahanmu sepenuhnya. Bahkan yang terpenting, kau telah mempertemukan aku dengan Alvin.” Eve mengatakan semua itu dengan suara lembutnya yang menyentuh hati Clove yang membatu, Ia tak percaya ada orang sebaik Evelyn.
                “Terima kasih Evelyn.” Clove.
                “Tidak. Terima kasih Clove.” Kata Evelyn.

Rumah sakit 3 Juni 2010, 09.00
                Angin menerbakkan rambut Clove yang lebat itu, membuat acak – acakan di semua sisinya. Ia melepaskan tongkat berjalannya yang mahal terhempas ke tanah. Kaki kanannya mencoba menunpu ke tanah dan menahan seluruh badannya. Perlahan dan pasti Clove melangkahkan kaki kirinya yang sudah kehilangan lebamnya itu ke depan. Rasanya sangat memuaskan saat Clove berhasil berjalan dengan baik beberapa langkah ini. Namun masih terasa sedikit ngilu di lututnya.
                “Detektif ! kau menjatuhkan ini !”Teriak HaNeul dari belakang.
                “Aku menjatuhkannya dengan sengaja.” Lalu Clove mengambil kembali tongkatnya.
                HaNeul terdiam setelah mendengar jawaban yang begitu polos dan jujurnya itu.
                “Apakah dia itu Melissa ?” Clove menunjuk anak perempuan yang berdiri di sebrang taman dengan seorang suster.
                “Ya.” Jawab HaNeul.
                “Dia cantik.” Komentar Clove.
                “Ya anda benar detektif, dia adalah anak periang dan cantik dan terkenal juga dengan sikapnya yang baik dan juga pintar.” Jelas HaNeul, tanpa ada tanggapan dari Clove.
                “Cloveeeeeeee !!!”
                “Suara itu tak asing.”Ujar Clove.
                Eve memeluk Clove dengan erat sampai membuat badan Clove terasa sakit lagi.
                “Lihat apa yang kubawa !” Eve menyodorkan sebuah kaset.
                “Jangan bilang isinya dirimu yang sedang bernyanyi dan banyak bicara tentang diriku.” Clove menyipitkan matanya pada Eve.
                “EEhhh ?? Tahu darimana kau ?” Eve terkejut karena Clove sudah mengetahui kejutannya itu.
                “Bisa kutebak. Namun terima kasih.” Clove memasukan kaset itu ke dalam mantelnya.
                “Mana Alvin ?” Tanya Eve.
                “Dia sedang membeli sesuatu untuk seseorang yang tidak aku ingin cari tahu.” Jawab Clove datar.
                “Ohh begitu…” Eve menghembuskan nafasnya.
                “Ibu periiiiii !!” Teriak seorang anak yang berlari memeluk Eve.
                “Melissa ! senangnya melihatmu seceria ini.” Kata Eve yang langsung memeluk Melissa.
                “AKu juga senang bisa bermain diluar !” Kata Melissa.
                “Hei cantik, apakah kau ingin tahu tentang malaikat penyelamatmu yang sering aku ceritakan ?” Tanya Eve pada Melissa.
                “Waaahhh apakah dia ada disini ! aku sangat ingin menemuinya !” Teriak Melissa. Clove  memandang anak itu curiga.
                “Malaikat itu sekarang berada di belakangmu.” Maksud Eve adalah Clove.
                Mata Melissa berubah menjadi berbinar sebinar kalung yang digunakan Clove, Clove memandang anak itu kosong seperti pandangannya selalu.
                “Wahhhhhh cantik sekali ! cantik sekali !” Melissa memegang erat tangan Clove.
                “Benarkan kataku ?” Eve.
                “Benar… Namun dimana sayap yang kau katakan ? bukankan kau selamat karena terbang ke langit ?” Tanya Melissa memaksa Clove menjawab.
                “Sa.. Sayapku patah, karena sudah habis masa pemakaiannya.” Itulah jawaban yang terlintas di kepala Clove.
                “Jadi bagaimana kau akan menyelamatkan orang – orang lagi ?” Tanya Melissa,
                “Ahh Eve apa yang kaurasuki padanya ?, aku mempunyai banyak kemampuan Melissa.” Jawab Clove.
                “Terima kasih karena telah menyelamatkanku !” Kata Melissa.
                Clove mengangguk. Lalu Eve memperingati Melissa untuk kembali ke ruangannya karena jam bermainnya sudah habis.
                “Melissa akan sedikit kecewa karena malaikatnya tidak tersenyum sama sekali.” Ejek Eve.
                “Apa yang kau tenamkan pada Melissa akan membuatnya tidak berfikir kritis Eve.” Clove.
                “Nanti saat dewasa juga dia akan menyadari arti dari malaikat penyelamat kok !”
                “Namun karena cerita yang tidak diketahui ini membuat aku akan dikenang di kehidupannya.” Clove.
                “Hah ? aneh sekali.” Kata HaNeul yang sedari tadi diam.
                “AKu adalah detektif yang telah berurusan dengan banyak pelaku kejahatan, kalian bisa pikirkan bagaimana bila aku mempunyai keluarga ? Mungkin kalau hanya Eve dan Alvin tidak masalah, namun Melissa. Aku tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya karena aku.” Jelas Clove.
                HaNeul mengangguk.
                “Aku tidak merasa ketakutan menjadi temanmu Clove.” Kata Eve.
                “Akupun akan begitu bila menjadi kau. Karena Alvin.” Kata Clove.
                “Bagaimana dengan pacar ?”
                “AKu rasa itu tidak mungkin, aku kan tidak ingin terlalu terlihat oleh masyarakat umum.” Jawab Clove.
                “Sahabat ?”
                “Cukup kau dan Alvin.”
                “Rekan kerja ?”
                “Aku bekerja sendiri, dan kadang Alvin membantuku. Itu cukup.” Jawab Clove.
                “Keluarga ?” Tanya Eve.
                Clove terdiam mendengar kata yang selama ini ia hindari. Mendengar kata itu membuat kenangan buruknya kembali melintas di benaknya. Keluarga ? Apa yang ia miliki dari kata itu ? Bahkan keluarga kandungnya pun ia tak pernah temui, dan ia berfikir adalah kutukan yang mengutuknya untuk tidak mempunyai keluarga karena keluarga yang mengasuhnya sedari kecil juga meninggal dan meninggalkan Clove dengan keluarga Alvin. Bahkan untuk mengakui keluarga Egerton adalah keluarganyapun sangat berat karena ia takut kutukannya mendatangi keluarga sahabatnya itu. Bahkan sejak Eve masuk ke kehidupannya ia merasa hidupnya menjadi lebih rumit lagi karena ketakutan – ketakutan yang ia bayangkan.
                “Clove ? kau kenapa ?” Tanya Evelyn.
                Clove menghembuskan nafasnya dengan cepat dan tak teratur. “Aku sedikit pusing, aku akan pergi dari sini.” Clove pergi meninggalkan HaNeul dan Eve.
                “Kenapa dengannya ?” Tanya HaNeul.
                “Kenangan lamanya, aku tak sengata mengatakan tentang keluarganya.” Eve terdiam.
                “Sekarang aku mengerti kenapa sikapnya aneh seperti itu.” Ujar HaNeul.

                Clove berjalan gusar, matanya tak tajam dan seserius sebelumnya. Pandangannya tak menentu, kemampuan memperhatikan sudut matinya telah mengganggu pikirannya yang sedang kacau ini untuk berjalan lurus. Tangannya gemetar, kakinya terasa sakit kembali setelah tak sadar menjatuhkan tongkatnya. Beberapa kali Clove mencoba meraih apapun yang ada di sampingnya untuk menahan badannya untuk jatuh. Kepalanya sangat pusing dan ia tak mengerti apa yang terjadi pada hatinya. Kecemasan dan kenangan masalalunya bertumpuk di kepalanya membuat ia kehilangan konsentrasinya yang begitu tinggi.
                “Nona apakah kau baik – baik saja ?” Tanya seorang pria seumuran Clove dengan paras yang jelas Tampan.
                “Lepaskan.” Clove melepaskan tangannya dengan paksa dari pria tadi.
                “Kau pucat nona.” Kata pria itu mengingatkan.
                “Benarkah ?” Lalu Clove ambruk ke tanah.

Rumah sakit, 11.12
                “Dia menggerakan matanya !” Itu suara Alvin.
                “Ah rumah sakit lagi.” Clove memegang kepalanya.
                “Ada apa denganmu Clove ? jika ini karena perkataanku tadi maafkan aku.” Ujar Eve.
                “Tidak, aku hanya sedang di keadaan pikiran yang tidak stabil.” Jawab Clove.
                “Tadi mukamu pucat sekali Clove.” Ujar Alvin.
                “Apakah aku dibawa kemari oleh seorang laki – laki berambut hitam ?” Tanya Clove yang masih memeganggi kepalanya.
                “Jadi kau masih ingat padaku nona.” Laki – laki itu muncul dari sisi yang tidak terlihat.
                “Ah iya kau itu yang tadi di sana kan.” Jari Clove menunjuk pelan kearahnya.
                “Ya, namaku Caleb, Caleb Ellinson.” Caleb menyodorkan tangannya pada Clove.
                “Margareth Clove.” Clove menjabat tangannya.
                “Terima kasih sudah menyelamatkan adikku.” Kata Alvin.
                “Tidak masalah.” Kata Caleb.

Bersambung……………

 Please diminta comment. kritik dan sarannya :) Thanks for reading ^^ Tunggu edisi selanjutnya yaaaa !!